Cara Tepat Penerapan Sex Education untuk Siswa SD

edukasi 4 Des 2021

Mengharapkan anak bisa tumbuh dengan baik harus diselaraskan dengan usaha yang maksimal. Terutama dalam pembentukan karakter dan mindset-nya. Memberikan edukasi mengenai seks sejak masa kecil kepada anak adalah salah satu langkah yang perlu dilakukan. Bukan untuk memicu mereka pada hal-hal yang negatif, namun sebagai upaya preventif agar terhindar dari seks bebas dan beragam kejahatan seksual.

Sejauh ini masih banyak orangtua yang menganggap tabu untuk membicarakan seks dengan anak. Mereka takut dan merasa topik tersebut tidak etis untuk dibicarakan. Padahal dengan memberikan pendidikan tentang seks justru akan melindungi mereka dari fenomena pergaulan bebas yang saat ini sedang marak.

Sex education mempelajari beragam aspek. Tidak hanya terkait biologi dan sosial, tetapi juga mengajarkan aspek moral, budaya, hukum, dan psikologis. Tujuan utama dari edukasi ini menurut Halstead & Reiss adalah menumbuhkan perilaku positif, membentuk sikap dan refleksi kritis dalam pengalaman hidup. Tujuan tersebut menjadi efektif jika dibarengi dengan lingkungan yang dan mindset orangtua yang suportif.

Selain tujuan utama tersebut, sex education juga berorientasi pada pencegahan tindakan menyimpang seperti perilaku seks usia dini. Namun, yang lebih penting adalah fokus pada kebutuhan akan wawasan dan kebutuhan informasi mengenai seksualitas. Berusaha memberikan pemahaman bahwasanya seks menjadi kebutuhan penting manusia yang dilakukan di waktu dan cara yang tepat.

Edukasi ini menyiapkan anak untuk bisa beradaptasi pada sikap-sikap seksual secara baik dan etis. Jadi, di masa depan, mereka tidak lagi kagok dan terhindar dari pikiran serta tindakan yang menyimpang. Pengetahuan yang dimiliki anak sejak dini dapat menuntun mereka pada pikiran logis terhadap masalah reproduksi.

Pokok-Pokok Pendidikan Seksual yang Tepat untuk Anak

Dalam menyampaikan perihal seks kepada anak, terlebih pada siswa tingkat SD diperlukan cara yang khusus agar tepat sasaran. Daya pemahaman mereka tentu sangat berbeda dengan siswa SMP dan SMA bahkan orang dewasa. Sebagai orangtua ataupun guru, Anda dituntut untuk kreatif dalam memberikan edukasi ini.

Terdapat tiga cakupan penting yang terkandung dalam pendidikan seks. Pertama, penyuluhan atau sex information. Cakupan ini memberikan penjelasan aktivitas seks secara benar dengan memperhatikan tingkatan usia. Ada keterangan mengenai aspek biologis dari fungsi reproduksi yang meliputi anatomi dan fisiologi. Kedua, pengajaran atau instruction yang memuat tentang contoh-contoh serta himbauan yang perlu diterapkan pada anak berkenaan dengan seksualitas. Kemudian yang ketiga adalah pendidikan atau education in sexuality. Poin ini meliputi aspek agama, moral, sosial, etika serta pengetahuan lain yang berkaitan.

10 Mata Pelajaran Unik yang Tidak Ada di Sekolah Indonesia
Ada beberapa mata pelajaran unik yang di ajarkan di negara lain, namun tidak ada di Indonesia. Pelajaran apa sajakah itu? simak selengkapnya di sini.

Pengenalan organ internal yang vital dan sensitif sejak dini bukanlah hal yang tabu, melainkan sebuah keharusan. Seorang psikolog pendidikan, Rusmini menyatakan bahwa sex education bisa mulai diberikan saat anak usia 3-4 tahun. Pada usia ini, anak sudah bisa memahami tentang organ tubuh mereka. Anak-anak dapat mengenali dan belajar menjaga anggota tubuhnya sendiri.

Edukasi seksualitas yang sifatnya praktis yang cocok untuk diterapkan kepada anak menurut pakar, yakni sebagai berikut:

1. Menanamkan Rasa Malu

Untuk memiliki rasa malu, anak butuh dilatih sejak dini. Hal ini bertujuan agar ia tidak serampangan dan mengumbar hal-hal yang tidak pantas. Lakukan kebiasaan di rumah kepada anak agar tidak bertelanjang seusai mandi. Meskipun di depan orang terdekatnya, pastikan anak untuk berganti pakaian di tempat tertutup. Menutup bagian tubuhnya yang sensitif di hadapan orang lain.

Cara ini mengajarkan kepada siswa agar menjaga tubuhnya dari pandangan orang lain, apalagi orang asing. Menjadi waspada ketika ada orang yang menyentuh tubuhnya dengan tidak sopan. Ia pun tidak mudah memperlihatkan anggota tubuhnya yang sensitif secara terbuka.

2.  Memperkuat Jiwa Maskulin dan Feminim

Orangtua maupun guru bertanggung jawab untuk menuntun proses pembentukan identitas anak. Ada perbedaan mendasar antara anak laki-laki dan perempuan, baik secara biologis maupun psikis. Mereka harus menyadari perbedaan tersebut. Bukan untuk membanding-bandingkan, namun menyesuaikan peran serta fitrahnya dalam kehidupan. Langkah yang terpenting adalah dengan menumbuhkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan membiasakan feminitas pada anak perempuan.

3.  Melatih untuk Tidur di Kamar Sendiri

Sex education juga bisa diajarkan kepada anak dengan memberikannya kamar pribadi. Guru di sekolah juga perlu menghimbau kepada peserta didiknya untuk tidak lagi tidur dengan orangtuanya. Anak mulai dilatih mandiri dengan tidur sendiri.

Usia yang tepat untuk memulai langkah ini yakni ketika mereka menginjak usia 7 tahun. Maksimal umur 10 tahun, anak sudah harus tidur terpisah. Terlebih lagi dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin. Hal ini menunjukkan kepada mereka bahwasanya mereka harus saling menjaga satu sama lain dengan eksistensinya masing-masing. Tidak berinteraksi berlebih terhadap lawan jenis, apalagi yang bersinggungan dengan anggota tubuh.

4.  Mengajarkan untuk Menjaga Kebersihan Alat Vital

Didikan untuk menjaga kebersihan alat vital yang sensitif sangat bermanfaat untuk masa depan mereka. Kesehatan reproduksi menjadi perhatian yang penting agar kebutuhan seksualnya terpenuhi dengan baik. Hal ini tentu menjaganya dari penyakit kronis yang berbahaya. Mereka juga akan terlatih mandiri, melindungi miliknya yang berharga.

5.  Mendidik Anak untuk Menjaga Pandangan Mata

Jauhkan siswa dari gambar-gambar, bacaan, suara, dan film pornografi. Menjaga pandangan mata sangat penting untuk melindungi mereka dari pikiran dan perilaku yang tidak etis. Pada fase tertentu, mereka tentu akan merasakan ketertarikan pada lawan jenis. Itu sudah menjadi fitrahnya sebagai manusia. Namun, ketertarikan tersebut akan terhindar dari hal yang negatif jika mereka sudah terlatih menjaga pandangan. Melihat lawan jenisnya dengan cara yang sopan dan beretika.

7 Keterampilan Hidup yang Harus Diajarkan Guru Kepada Para Murid
Tugas guru bukan hanya memberikan penjelasan atau pengajaran materi akademik saja, tetapi juga harus berperan dalam mengenalkan keterampilan hidupnya demi tercapainya cita-cita.

Sekolah dan keluarga adalah pintu pertama yang sangat dekat dengan kehidupan anak. Memberikan informasi yang tepat tentang edukasi seksual menjadi PR besar bagi para guru dan orangtua. Saat ini banyak terjadi fenomena yang tidak elok dipandang. Anak muda melakukan pergaulan bebas, dilecehkan, dan melecehkan. Peristiwa demikian tidak boleh dibiarkan terus menerus karena akan merusak penerus bangsa. Kesalahpahaman tentang seks harus diluruskan. Problem seksual wajib diatasi dengan bijak. Semoga 5 cara di atas dapat diterapkan dengan baik dan berdampak positif sebagaimana mestinya.

Miela Baisuni

Freelance content writer & social media specialist, traveller.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.