Tantangan Penerapan Design Thinking pada Praktik Sekolah
Zaman terus berubah, begitu juga dengan pendidikan. Pada abad 21 ini, pendidikan diharapkan mampu menghasilkan siswa-siswa yang memiliki karakteristik yang dibutuhkan sesuai zamannya.
Pada abad 21 ini, siswa dituntut untuk tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif, berpikir kritis , mampu melakukan pengintegrasian ilmu, mudah mendapatkan informasi, komunikatif dan kolaboratif, menghargai perbedaan pendapat dan mampu belajar sepanjang hayat.
Ini yang juga menjadi pemicu Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim atau yang akrab disapa Mas Menteri untuk membuat sebuah terobosan baru. Tahun ajaran 2022 lalu, Mas Menteri menetapkan kurikulum baru sebagai acuan pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Kurikulum baru tersebut bernama Kurikulum Merdeka.
Kurikulum merdeka ini berfokus pada pemberian materi esensial, penguatan karakter, dan peningkatan kompetensi siswa. Selain itu, kurikulum merdeka ini juga memberikan kebebasan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.
Harapannya, kurikulum merdeka bisa membuat siswa memiliki karakteristik yang dibutuhkan dalam abad 21 ini. Sekaligus mampu mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia selama terjadinya pandemic COVID-19 dalam dua tahun terakhir ini.
Salah satu pendekatan yang dianggap penting dalam penerapan kurikulum merdeka adalah pendekatan design thinking. Design thinking adalah metode penyelesaian masalah yang dilakukan secara kreatif dan inovatif pada proses kegiatan belajar siswa. Dengan menggunakan pendekatan design thinking ini siswa akan diajarkan tentang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dengan mendekat pada sumber masalah tersebut.
Kegiatan ini tentunya akan membentuk karakter siswa yang kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah yang akan mereka hadapi. Dengan begitu, kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah akan semakin bagus.
Namun, meski sangat dibutuhkan, pendekatan design thinking ini memiliki tantangan tersendiri. Nyatanya, design thinking memiliki tantangan saat diterapkan pada proses pembelajaran di sekolah. Tulisan ini selanjutnya akan membahas tentang apa saja tantangan penerapan design thinking dalam praktik sekolah.
Perkembangan Design Thinking
Meski baru-buru ini diperbincangkan, sebenarnya design thinking bukanlah hal yang baru. Konsep design thinking mulai dikenal sejak tahun 1960-an. Tokoh pertama yang mengemukakan konsep design thinking ini yaitu John E. Archer di dalam bukunya yang berjudul "Creative Engineering" yang terbit pada tahun 1959.
Kemudian, pada tahun 1965 L. Bruce Archer memperbaruhi gagasan mengenai konsep design thinking ini di mana dijelaskan bahwa konsep ini perlu dilakukan secara sistematis.
Pada tahun 1969, Herbert Simon, seorang sosiolog sekaligus psikolog Amerika mengemukakan pemikirannya mengenai konsep design thinking ini melalui artikelnya yang berjudul The Sciences of the Artificial yang terbit pada tahun 1969. Di dalam artikelnya tersebut Simon memperkenalkan 7 langkah menggunakan design thinking sebagai sebuah pendekatan kreatif untuk menyelesaikan masalah.
Inilah yang membuat mengapa sangat penting menggunakan pendekatan design thingking pada kurikulum merdeka. Design thinking akan membantu kurikulum merdeka dalam mendidik siswa menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, serta memiliki kemampuan problem solving yang baik.
Metode Desing Thinking
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menerapkan design thinking pada praktik sekolah. Beberapa metode design thinking yang bisa digunakan antara lain :
1. Discovery
Discovery menuntut siswa untuk memahami dan mengobservasi masalah yang sudah ada. Siswa diminta memperluas informs tentang masalah yang ada. Mencari berbagai sumber informasi, mulai dari buku-buku pendukung, berselancar di dunia mya atau bahkan melakukan wawancara pada pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah tersebut.
2. Interpretation
Interpretation adalah metode design thinking di mana siswa dituntut bisa menghubungkan titik-titik yang ada pada masalah. Hal ini akan membuat siswa bisa melakukan kategorisasi terhadap permasalahan yang dihadapinya.
3. Ideation
Metode ideation menuntut siswa bisa menghasilkan ide baru untuk menyelesaikan masalah yang sudah ada. Siswa dituntut menghasilkan ide-ide yang inovatif dalam membuat konsep penyelesaian masalah yang ada.
4. Experimentation
Metode experimentation mengajak siswa untuk untuk mencoba ide yang telah dihasilkan, dengan karya orang lain ataupun teman. Tidak hanya itu, siswa juga dapat menerapkan ide-ide yang mereka miliki untuk dijadikan sebuah bukti fisik yang dapat diuji coba.
5. Evolution
Pada metode evolution ini, siswa diajak untuk menarik kesimpulan tentang ide yang mereka hasilkan. Setelah mendapatkan kesimpulan akan suatu masalah, siswa akan mendapatkan beberapa poin yang dapat dijadikan evaluasi dalam pemecahan masalah berikutnya.
Tantangan Penerapan Design Thinking dalam Praktik Sekolah
Lalu, bagaimana penerapan design thinking pada praktik sekolah? Design thinking ini bisa dipraktikkan dalam berbagai konteks sekolah. Namun. Pada kenyataannya penerapan design thinking pada praktik sekolah memiliki tantangannya masing-masing.
Berikut adalah beberapa tantangan penerapan design thinking dalam praktik sekolah.
1. Pendidikan di Daerah Khusus
Metode design thinking ini dapat diterapkan dalam pendidikan yang berada di daerah khusus. Sebagaimana kita ketahui, daerah khusus disebut juga daerah 3 T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) tetap bisa berpeluang menerapkan design thinking.
Tantangan penerapan design thinking pada praktik sekolah di daerah 3 T adalah masih terbatasanya sarana dan prasarana yang bisa digunakan guru dalam menggunakan pendekatan ini.
2. Pembelajaran dan Pengajaran Daring Baruan
Pada pembelajaran dan pengajaran daring baruan, tantangan penerapan design thinking terletak pada terbatasnya waktu, sinyal, kuota, media, hingga sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran.
3. Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan
Tantangan design thinking dalam memahami prespektif sosiokultural dalam pendidikan adalah adanya kelas multicultural, adanya perbedaan status sosial ekonomi juga beragam faktor lainnya yang kurang mendukung.
4. Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Meskipun design thinking bisa digunakan sebagai pengatar pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, dalam praktiknya mendapatkan tantangan tersendiri. Tantangan design thinking sebagai pengantar pendidikan anak berkebutuhan khusus terletak pada keterbatasan keterampilan guru dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
5. Teknologi dalam Pengajaran
Tantangan design thinking pada praktik sekolah yang berhubungan dengan teknologi dalam pembelajaran adalah adanya seleksi dalam penggunaan data elektronik.
6. Pembelajaran Berdiferensiasi
Mengapa konsep design thingking ini bisa dianggap penting dalam penerapan kurikulum merdeka? Tak lain adalah kurikulum merdeka yang lebih banyak menggunakan pembelajaran berdiferensiasi, membutuhkan design thinking untuk meningkatkan kulitas guru dalam membuat rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik maisng-masing siswanya.
Dalam penerapannya, konsep design thinking ini dapat membantu guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang kreatif dan sesuai kebutuhan masing-masing siswa. Meski begitu, penerapan design thinking pada pembelajaran berdiferensiasi memiliki tantangan berupa beragamnya karakteristik siswa yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan belajarnya masing-masing.
Design thinking sangat mendukung penerapan kurikulum merdeka. Membuat siswa menjadi lebih inovatif dan kreatif dalam memecahkan masalah. Meski masih ada tantangan penerapan design thinking dalam praktik sekolah, pendekatan ini tetap layak untuk diusahakan.
Demikian artikel tentang tantangan penerapan design thinking pada praktik sekolah. Semoga artikel ini bisa membantu Anda mengetahui tantangan penerapan design thinking pada praktik sekolah, sehingga mampu mencari solusinya. Agar design thinking bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran.