Pentingnya Menjaga Mental Anak Selama PJJ Dari Kacamata Psikolog
Dampak yang terjadi sejak pandemi Covid-19 muncul di seluruh negeri, membuat semua rencana yang sudah dibuat sejak lama mendadak harus diubah dan diatur ulang demi terhindar dari virus Covid-19 yang begitu menyeramkan. Hal itu juga berlaku pada negeri kita, Indonesia. Pemerintah dengan sigap mengambil langkah dan menerapkan social distancing yang diharapkan dapat meminamalisasi penyebaran virus Covid-19 ini. Bisa dikatakan cukup banyak masyarakat yang statusnya sebagai pekerja mengalami stress dalam menjalani aktivitasnya yang dengan tiba-tiba harus dilakukan di dalam rumah. Bagaimana dengan anak-anak? Perkembangan mental anak menjadi sorotan para psikolog dan orang tua.
Tepatnya pada bulan Maret 2020, pandemi Covid-19 mulai memasuki wilayah Indonesia. Kemudian pemerintah mengambil tindakan dan mulai menerapkan social distancing. Beberapa kantor mulai menerapkan work from home. Pandemi Covid-19 ikut meresahkan dunia pendidikan, kemudian pemerintah mengambil tindakan untuk menerapkan program pembelajaran jarak jauh (PJJ) guna mengatasi penyebaran virus Covid-19.
Menurut laman Kompas (13/07/2020), terdapat beberapa dosen yang berasal dari Departemen Psikologi Pendidikan di Universitas Padjadjaran, Bandung, yang menyurvei sebanyak 1.403 responden siswa yang berasal dari 21 provinsi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara daring dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara random melalui sosial media dari tanggal 6-12 Mei 2020. Responden dari penelitian ini dilakukan oleh sebanyak 753 orang siswa SMP, 351 orang siswa SMA, dan 299 orang Mahasiswa/i.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan penyesuaian akademik yang mereka alami. Menurut responden siswa SMA dan Mahasiswa/i, selama instruksi yang diberikan jelas, mereka sudah mengerti harus melakukan apa dan masih bisa memahami penjelasan dan materinya dengan baik. Sedangkan bagi responden siswa SM, mereka masih belum bisa menyesuaikan pembelajaran yang dilakukan dengan baik, beberapa faktor yang menyebabkan mereka masih kesulitan dalam melakukan pembelajaran jarak jauh ini yaitu tidak adanya panduan yang jelas, terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana, sampai tingkat beban yang diberikan. Selain itu, psikologis anak SMP masih berada pada transisi di antara peralihan pembelajaran dasar ke tingkat menengah.
Di dalam laman ini, Kompas (13/07/2020) juga dijelaskan bahwa Anissa Lestari Kaduyono, seorang dosen di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan ini lebih spesifik menyasar kepada 867 orang tua, siswa dan guru yang ada di Bandung. Survei ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian yang sebelumnya dan dilakukan pada tanggal 8-14 Juni 2020.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa sebanyak 19,6 persen dari total responden mengaku merasa cemas dan khawatir, 12,5 persen merasa bosan, 9 persen merasa akan kehilangan penguasaan materi dan 8,3 persen merasa membutuhkan liburan apabila program pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini akan diperpanjang.
Dalam laman Kompas (18/05/2020), Direktur Early Childhood Care and Development Resource Center, Fitriani Herarto berkata, “Dalam kondisi seperti ini, anak-anak tidak mengerti dengan apa yang sedang dihadapi.” Sama hal-nya yang dikatakan oleh Spesialis Perkembangan Anak ChildFund International di Indonesia, Eka Hidayati, yang mengatakan bahwa anak-anak yang khususnya berusia 2 tahun ke atas masih sangat rentan untuk merasakan kebingungan dengan semua yang terjadi di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Perubahan rutinitas yang terjadi di masa pandemi Covid-19 ini cenderung menyebabkan rasa cemas, khawatir dan bahkan sampai stress. Tidak sedikit anak yang sudah mengalami fase malas belajar dikarenakan kegiatan pembelajaran yang menurut mereka terlalu berat, mengekang dan tidak monoton di setiap harinya. Tidak adanya kehadiran guru untuk mengajar seperti biasa merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kemampuan akademik siswa saat ini.
Pembelajaran jarak jauh dilaksanakan untuk mencegah anak-anak agar tidak tertular virus Covid-19 dikarenakan mereka sangat rentan untuk tertular virus tersebut. Namun, dikarenakan mereka harus mengikuti demi program pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berguna untuk meminimalisasi penyebaran virus Covid-19, perkembangan mental anak menjadi salah satu masalah lain yang timbul dan harus segera diatasi oleh orang tua. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya perubahan rutinitas dan juga diterapkannya social distancing dalam skala besar yang berkonsekuensi terhadap tutupnya sekolah secara sementara. Apabila biasanya mereka bisa bertemu dengan teman-teman dan bermain di luar ruangan, kini mereka diharuskan untuk tetap stay at home sejak bulan Maret 2020.
Aspek-aspek psikologi yang ditimbulkan anak tidak boleh dibiarkan begitu saja. Mereka cenderung akan selalu berpikiran dan merasakan hal-hal negatif dan tidak bisa merasakan energi positif yang seharusnya mereka terima di masa pertumbuhannya. Faktor lain seperti berkurangnya kemampuan anak dalam menguasai materi selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) berlangsung yang menyebabkan menurunnya nilai akademis membuat mereka kerap kali merasa frustasi dan stress. Tidak jarak kita bisa menemukan mereka mengeluh di sosial media dan merasa butuh liburan. Terbatasnya ruang gerak dan interaksi dengan teman-teman membuat mereka lumayan tertekan dan menjadi faktor berkurangnya perasaan bahagia di setiap harinya.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan penanganan terhadap anak untuk mengatasi gejala stress dan frustasi sebelum menjadi fatal di kemudian hari. Orang tua pun harus mampu mengenali emosi dan membuat mereka untuk kembali nyaman dan ceria, sekaligus bisa membuat mereka untuk kembali berpikir positif di setiap harinya.
Selain itu, guru dan orang tua harus saling bekerja sama untuk membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Guru juga harus bisa berperan aktif dalam memberikan dan menjelaskan materi pembelajaran yang lebih kreatif yang bisa meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk membuat kegiatan pembelajaran jarak jauh menjadi lebih menyenangkan, yaitu:
1. Mengubah Suasana Belajar
Hal pertama yang dapat Anda lakukan yaitu dengan membuat tempat belajar anak menjadi lebih asyik dan nyaman. Anda bisa memanfaatkan taman atau halaman rumah yang bisa meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Ruangan yang tertutup dan tidak adanya interaksi dengan teman-teman seperti biasanya kerap kali membuat anak menjadi lebih sensitif dan melankolis. Mereka cenderung menjadi lebih pasif dan bahkan menjadi malas ketika pembelajaran sedang berlangsung.
2. Memberikan Reward
Selain itu, Anda juga bisa memberikan reward ketika anak Anda berhasil mendapatkan nilai yang bagus di pekerjaan rumahnya. Anda tidak harus memberikan reward yang besar, dengan reward yang kecil mereka akan merasa bahagia dan tersentuh karena sudah merasa bahwa kerja kerasnya dihargai oleh kedua orangtuanya.
3. Mengadakan Games atau Kegiatan Bersama Keluarga
Hal terakhir yang dapat Anda lakukan yaitu dengan mengadakan games kecil atau bermain bersama keluarga ketika anak Anda sudah merasa jenuh dalam belajar. Anda dapat membuat sebuah permainan yang menyangkut pembelajaran seperti menanam sayur-sayuran yang jaraknya harus pas satu sama lain. Anda juga dapat bermain ular tangga matematika yang berisikan tentang perkalian matematika atau menghitung luas dan keliling bangun ruang. Anda bisa menggunakan aplikasi Youtube untuk membantu Anda dalam membuat permainan ini.
Adanya dukungan dari orang tua dan guru diharapkan bisa meminimalisasi dampak dari pandemi Covid-19 dan juga bisa menangani permasalahan perkembangan mental anak selama pembelajaran jarak jauh berlangsung.