Kegiatan Apa Saja yang Membangun Percaya Diri Anak?
Rasa percaya diri adalah salah satu bekal penting dalam perkembangan kepribadian dan proses belajar yang panjang. Dari usia pra-sekolah, anak sudah mulai dikenalkan dengan aktivitas yang membangun rasa percaya diri. Peran orangtua dan guru yang menanamkan rasa percaya diri akan membuat anak lebih sukses di masa mendatang.
Apa bedanya anak yang mempunyai kepercayaan diri dan anak yang kurang percaya diri? Anak yang kurang percaya diri akan merasa enggan untuk mencoba hal-hal baru dan kurang menyukai tantangan karena mereka takut gagal, merasa tak mampu dan takut mengecewakan orang lain. Lain halnya dengan anak yang mempunyai rasa percaya diri. Anak yang percaya diri akan lebih menjalani tantangan sebagai cara menemukan pengalaman baru, teman baru, dan cara baru dalam bersenang-senang.
Seorang psikolog, Carl Pickhardt, mengatakan dalam artikel di The Asian Parent bahwa musuh dari kepercayaan diri adalah patah semangat dan ketakutan. Lalu kebiasaan baik apa yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk menanamkan rasa percaya diri anak? Orang tua dapat menunjukkan sikap menghargai pada setiap usaha yang dilakukan anak. Sebagai orang tua, kita dapat mengatakan bahwa dia hebat karena sudah melakukan sesuatu. Sebuah pujian dapat memberikan efek yang penting sekali karena anak dapat merasakan ketulusan cinta dan mengetahui bahwa kita menyukai apa yang telah dilakukan dan dicapainya.
Menemani anak saat berlatih juga membuat anak merasa mendapat dukungan sehingga rasa percaya diri menjadi timbul. Rasa percaya diri yang dipupuk sedikit demi sedikit menjadikan saat suatu kali dia harus melalui proses seorang diri menjadi lebih siap.
Seringkali anak juga bertanya tanpa henti. Sebagai orang tua terkadang kita merasa terganggu dengan pertanyaanya. Sepintas, mungkin pertanyaan mereka terkesan konyol dan tak penting tetapi jangan patahkan rasa keingintahuannya. Aktivitas bertanya ini baik sekali dan tidak perlu dihentikan. Bertanya juga menumbuhkan kesadaran pada anak bahwa ada banyak hal yang tidak ia ketahui. Hal-hal yang ingin mereka ketahui ini ia percayakan pada orangtua untuk mencari jawabannya. Di masa sekolah, anak yang mendapat respon baik saat bertanya akan dengan percaya diri bertanya pada guru dan menjadi anak yang kritis terhadap situasi yang dihadapi. Dampak baiknya, anak yang percaya diri lebih mengetahui cara belajar yang efisien dan mendapatkan hasil yang optimal.
Sebagai orangtua, terkadang kita juga harus ‘tega’ membiarkan anak menyelesaikan tantangannya secara mandiri. Dengan tidak cepat mengambil alih kesulitannya maka aktivitas ini juga memupuk rasa percaya diri dan rasa tanggungjawabnya. Anak akan merasa mampu menghadapi tantangan dengan penuh percaya diri. Sesekali biarkan anak mengetahui kesalahan dan bantu ia memperbaiki kesalahannya. Sebagai orang tua, kita bisa mengajarkan bahwa kesalahan yang dilakukan anak adalah kesempatan belajar dan berkembang. Dengan memahami ini, anak akan lebih berani mencoba dan tidak takut gagal. Tentu ini adalah bekal baik untuk pendidikan dan kariernya di masa depan.
Baik di rumah maupun di sekolah, anak dan pendidiknya dapat melakukan kegiatan berikut untuk membantu meningkatkan kepercayaan dirinya:
1. Bercerita
Kemampuan bercerita (story telling) adalah salah satu ketrampilan berbicara atau memberikan informasi kepada orang lain. Anak yang suka bercerita, menyampaikan informasi dengan tepat dengan kosakata yang baik dan tepat di kemudian hari cenderung percaya diri, komunikatif an mempunyai pola pikir analitis.
2. Menari dan Menyanyi
Sejak kecil anak-anak juga diajarkan menyanyi dan menari karena kegiatan ini selain menggali potensi yang ada juga baik bagi kesehatan badan dan mental. Menyanyi dan menari membuat relax, bahagia, dan menambah rasa percaya diri.
Menggerakan badan saat menyanyi atau menari juga membawa manfaat seperti olahraga. Tidak hanya tubuh yang sehat, jiwa, dan perasaan juga menjadi lebih baik. Bahkan kebiasaan berolahraga sejak dini dapat membuat anak mampu mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
3. Bermain Aktif
Yang dimaksud bermain aktif adalah bermain yang dilakukan bersama partner bermain seperti teman sebaya, orang tua, guru atau pengasuhnya. Lain halnya dengan bermain pasif yang minim melibatkan aktivitas fisik seperti bermain games melalui gadget, mendengarkan cerita, menonton televisi ,atau membaca buku dengan permainan di dalamnya.
Manfaat bermain aktif untuk anak adalah menumbuhkan rasa percaya pada kemampuan diri, berani menjadi diri sendiri, emosinya menjadi lebih stabil, menumbuhkan rasa empati terhadap partner bermainnya.
4. Bermain Peran
Mungkin masih teringat sejak kecil, kita pernah bermain sekolah-sekolahan, dokter-dokteran, salon-salonan. Kemudian saat masa sekolah, suatu hari kita dikenalkan tokoh pahlawan, memakai baju daerah pada hari kartini atau hari kemerdekaan. Bermain peran dapat melatih imajinasi anak sejak dini. Anak mampu mengembangkan kreativitasnya dari peran yang mereka mainkan. Begitu pula dengan rasa percaya diri juga tumbuh saat memerankan tokoh idola atau panutannya.
Kegiatan tersebut hanya sebagian kecil ide yang dapat memupuk rasa percaya diri pada anak. Namun, jangan lupa sesuaikan juga dengan usia anak dan tahapan prosesnya. Jika sebelumnya anak jarang dikenalkan dunia luar dan bersosialisasi maka tidak bisa tiba-tiba anak menyapa dengan ramah orang yang baru dikenalnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, orangtua juga dapat menerapkan kebiasaan (habit) yang mendukung perilaku sehingga anak tumbuh menjadi anak yang penuh pecaya diri. Kita bisa memberikan tanggungjawab sesuai usianya misalnya tanggungjawab merapikan mainan dan kamar tidurnya. Mungkin bagi kita caranya menata mainan bukan seperti yang kita mau tetapi mainan kembali ke tempat semula sudah merupakan bentuk percaya diri atas tanggung jawab yang ia lakukan.
Ada masanya anak-anak menyenangi pakaian tertentu dan akan memakainya berulang kali. Membiarkan anak memilih pakaian sendiri, memilih buku cerita sendiri atau memilih menu yang disukainya adalah bentuk percaya dirinya dan juga menunjukkan pilihan sikapnya. Hanya saja kita sebagai orangtua tetap memberikan pemahaman bahwa ada baju tertentu yang harus kita pakai di situasi tertentu. Misal baju seragam untuk ke sekolah atau baju resmi supaya terlihat sopan dan rapi. Begitu pula dengan menu yang disukainya. Mungkin dia akan makan yang itu-itu saja tetapi kita bisa memberikan wawasan tentang makanan sehat.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, saat anak melakukan kesalahan jangan jatuhkan percaya dirinya dengan mengoreksi di depan orang lain. Sebagai orangtua kita yang harus menahan sikap untuk tidak cepat-cepat menyalahkan. Ambil jeda dan pahami bahwa percaya dirinya lebih penting daripada kesalahan dalam proses belajarnya. Ingatlah, sebagai orang dewasa pun kita tidak suka jika dikritik di tempat umum, bukan?
Hal terakhir yang kita bisa terapkan kepada anak adalah memberi contoh dan mengajak anak beraktivitas bersama. Kita bisa menunjukkan sikap ramah dan murah senyum kepada orang lain supaya anak belajar bersosialisasi dan tidak canggung. Kita mengajak anak beribadah, bersilaturahmi, bersedekah supaya percaya dirinya juga tertanam untuk menerapkan kebaikan. Nyatanya, percaya diri adalah juga perasaan mampu menjadi diri sendiri dan perasaan mau melakukan sesuatu untuk orang lain yang lebih bermakna.