Creative Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
World Economic Forum mengatakan bahwa kreativitas menjadi keterampilan terbaik yang dibutuhkan oleh tenaga kerja di abad ke-21 agar berhasil dalam persaingan. Sebagai pendidik, mendorong dan mengembangkan kreativitas siswa melalui model pembelajaran yang dipilih. Sebagai contoh, guru bisa menerapkan model Creative Problem Solving (CPS) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa di dalam kelas.
Creative Problem Solving (CPS) adalah model pembelajaran yang berfokus pada keterampilan memecahkan masalah dan tantangan dalam menemukan solusi terbaik dengan cara berpikir kreatif, inovatif, dan imajinatif. Memiliki keterampilan berpikir kreatif sangat penting bagi siswa untuk mempersiapkan diri dalam perubahan yang terjadi begitu cepat di masa mendatang. Dengan kreativitas yang tinggi, bukan hal mustahil bagi siswa untuk menjadi penemu-penemu baru di dunia.
Creative Problem Solving (CPS) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran menjadi sangat penting untuk membentuk siswa menjadi pemikir yang mampu berkolaborasi dengan ide-ide yang kompleks. Siswa akan dilatih untuk menumbuhkan intuitif dalam analisis kritis dan imajinasi untuk mengungkap ide atau solusi-solusi yang baru dalam memecahkan masalah.
Karakteristik Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Model pembelajaran Creative Problem Solving digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara kreatif karena di dalamnya terdapat proses identifikasi masalah hingga bagaimana cara penyelesaiannya dan penarikan kesimpulan. Model ini berpusat kepada peserta didik. Namun, model ini memerlukan bimbingan guru karena terdapat banyak kegiatan yang harus dilalui.
Dalam pendekatan Creative Problem Solving, aspek komunikasi, interaksi sosial antar-peserta didik dan sikap kooperatif, menjadi dimensi penting yang mendukung implementasinya dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Peran guru dalam pembelajaran Creative Problem Solving ialah memberikan arahan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah secara mandiri, kreatif, dan menstimulasi mereka agar mampu berimajinasi. Selanjutnya, guru juga perlu menyediakan materi atau topik pembelajaran yang dapat merangsang pemikiran peserta didik untuk memecahkan masalah dengan berpikir kreatif ketika proses belajar berlangsung.
Model pembelajaran CPS dikembangkan pertama kali oleh Alex Osborn sehingga model ini sering disebut The Osborn-parnes Creative Problem Solving Models.
Terdapat dua asumsi dalam Creative Problem Solving, yaitu sebagai berikut.
1. Setiap orang kreatif di dalam berbagai bidang.
2. Keterampilan berpikir kreatif dapat dipelajari dan ditingkatkan.
Tahapan CPS
Berikut adalah tahapan dari CPS, yaitu sebagai berikut:
- Mess-finding, yaitu guru mengidentifikasi masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik.
- Fact-Finding, yaitu peserta didik menemukan fakta yang berhubungan dengan permasalahan untuk mencari informasi esensial terhadap masalah yang sedang diidentifikasi.
- Problem-finding, yaitu peserta didik mengidentifikasi kemungkinan penting yang mendasari permasalahan.
- Idea-finding, yaitu menemukan ide dan gagasan yang mungkin bisa dijadikan solusi dalam memecahkan masalah. Pada tahap ini, guru perlu memberikan apresiasi terhadap gagasan dan ide yang diajukan oleh peserta didik dan menyortir ide yang paling berpotensi dijadikan solusi terbaik.
- Solution-finding, yaitu melalukan evaluasi terhadap ide atau gagasan final yang memiliki potensi terbesar dan paling tepat dijadikan solusi untuk memecahkan permasalahan.
- Acceptance-finding, yaitu mengimplementasikan cara berpikir yang baru dalam memecahkan isu-isu dalam kehidupan sehari-hari secara kreatif.
Implementasi proses model pembelajaran Creative Problem Solving dapat dilakukan dengan cara berikut.
- Memberi apersepsi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik akan pentingnya pembelajaran yang akan mereka ikuti.
- Membentuk peserta didik ke dalam kelompok kecil untuk melakukan diskusi
- Membagikan lembar kerja untuk setiap kelompok yang telah berisi masalah beserta arahan pengerjaannya.
- Klarifikasi masalah, yaitu memberikan penjelasan terhadap masalah yang diajukan. Dengan demikian, peserta didik memahami dengan jelas dan mudah untuk merumuskan langkah penyelesaian yang harus diambil.
- Pengungkapan Pendapat, yaitu peserta didik diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat, ide dan gagasan mereka secara kreatif dan divergen.
- Evaluasi dan Pemilihan, peserta didik mempertimbangkan secara kritis dan selektif terhadap strategi yang dianggap kurang relevan dan paling potensial untuk dijadikan alternatif terbaik sebagai solusi dalam memecahkan masalah.
- Implementasi, di sini peserta didik bersama kelompoknya menentukan solusi terbaik dalam memecahkan permasalahan dan mempresentasikan gagasan mereka kepada kelompok lain serta guru. Selanjutnya, guru memberikan konfirmasi maupun penegasan dan secara bersama menyimpulkan materi pembelajaran. Sebagai pemantapan materi, guru bisa membagikan kuis untuk dikerjakan peserta didik secara individu.
Kelebihan dan Kelemahan Creative Problem Solving
Kelebihan Pendekatan Creative Problem Solving
- Creative Problem Solving memberi kesempatan peserta didik untuk memahami konsep dan cara untuk menyelesaikan suatu masalah.
- Mendukung partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
- Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena di awal pembelajaran disajikan permasalahan yang harus dicarikan solusi penyelesaiannya.
- Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan.
- Mendukung peserta didik dalam menerapkan pengetahuan baru yang telah diperoleh, ke dalam situasi/permasalahan baru yang akan dihadapi.
Kelemahan Pendekatan Creative Problem Solving
- Guru memiliki tantangan dalam aplikasi CPS ke dalam pembelajaran karena level pemahaman dan kecerdasan peserta didik tidak sama.
- Adanya kemungkinan peserta didik yang tidak siap dalam menghadapi masalah baru.
- Model ini tidak begitu cocok untuk diaplikasikan pada peserta didik di bangku Taman Kanak-Kanak atau pun di kelas awal Sekolah Dasar.
- Memerlukan alokasi waktu yang tidak sebentar dalam proses pembelajaran untuk mempersiapkan peserta didik dalam mengikuti langkah-langkah CPS sehingga kemungkinan peserta didik merasa bosan dalam menyelesaikan kompleksnya masalah dengan variasi jawaban yang tak kalah kompleks. Selain itu, pemilihan topik diskusi atau permasalahan yang dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik juga menjadi tantangan bagi guru dan bukanlah suatu hal yang mudah.
Creative Problem Solving memiliki prinsip dasar dalam penerapannya untuk memecahkan masalah secara kreatif, berikut adalah prinsip tersebut.
1. Assume Nothing
Guru harus mampu mendorong siswa untuk terus berpikir kreatif karena apabila peserta didik menganggap mereka telah menemukan jawaban dari suatu permasalahan maka mereka cenderung tidak akan kreatif dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, asumsi menjadi musuh dari kreativitas dan pemikiran yang orisinal.
2. Problems Are Opportunities
Guru mampu memotivasi peserta didik untuk memiliki pandangan bahwa masalah bukan hanya berupa kesulitan yang harus dihadapi, melainkan sebuah peluang baru yang ditawarkan. Pergeseran pandangan ini bisa mendorong perspektif siswa untuk melihat peluang ketika terjadinya suatu masalah.
3. Suspend Judgment
Guru memberikan kebebasan peserta didik untuk menemukan ide atau gagasan yang baru tanpa terburu-buru memberikan penilaian yang dapat menghambat munculnya kreativitas siswa.
Dengan demikian, penerapan pembelajaran Creative Problem Solving diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk mampu mengaplikasikan pemikiran kreatif mereka dalam memecahkan permasalahan yang mungkin akan ditemui di kehidupan sehari-hari atau di masa mendatang.