7 Cara Membangkitkan Kognitif Siswa dalam Belajar

teaching 4 Mei 2021

Apakah Anda sering memerhatikan perkembangan kognitif setiap siswa Anda di dalam kelas? Bagaimana perkembangannya? Lalu, bagaimana cara membangkitkan kognitif siswa dalam belajar? Nah, untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab di bawah ini. Simak penjelasannya, ya.

Perkembangan kognitif siswa mengacu pada kemampuan yang mereka miliki dalam memahami sesuatu. Adapun tahap perkembangan kognitif anak usia dini dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan operasional formal.

Perkembangan seorang siswa sudah mulai kelihatan sejak mereka masih kanak-kanak, karena pada masa kanak-kanak tersebutlah mereka akan belajar menguasai beberapa keahlian tertentu dan mulai menghadapi tugas baru. Bisa dikatakan bahwa guru adalah orang terdekat yang bisa memantau perkembangan kognitif siswa di kelas, tetapi orang tua memiliki peran yang tidak kalah besar dalam perkembangan kognitif anak, motorik, sensorik, fisik, bahasa, serta emosi anak sedari kecil hingga mereka sudah duduk di bangku sekolah dasar.

Menurut Piaget, salah satu tokoh psikologi, mengemukakan bahwa anak-anak memiliki cara berpikir yang berbeda dari orang dewasa. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif anak usia dini menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut.

Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif anak usia dini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

1. Tahap Sensorimotor (0-24 bulan)

Pada tahap ini, seorang anak belum mengetahui apa yang mereka butuhkan, inginkan, atau mengetahui apa yang terjadi pada orang lain, sehingga pada fase ini seorang anak dianggap “egosentris”. Kemudian, ketika mereka sudah menginjak usia 18 bulan, mereka sudah mulai mengenali mana orang asing, mana orang terdekatnya, serta sudah mulai memahami apa yang sedang terjadi.

2. Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah mulai menerima rangsangan, meskipun yang didapatkan masih terbatas. Selain itu, pada fase ini anak sudah memasuki lingkungan sosial dan mulai berinteraksi dengan orang lain, serta anak mulai mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang diri sendiri dan kesulitan melihat dari sudut pandang orang lain. Anak juga sudah dapat mengklasifikasikan suatu objek dengan satu ciri, misalnya dalam mengumpulkan suatu benda yang berwarna kuning, walau bentuknya berbeda-beda.

3. Tahap Pra-operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, bisa dikatakan bahwa anak sudah mampu mengurutkan dan mengklasifikasikan suatu objek atau situasi tertentu. Kemampuan anak dalam mengingat dan berpikir secara logis pun semakin meningkat. Selain itu, anak juga sudah mampu memahami konsep sebab-akibat, sehingga mereka sudah bisa belajar membaca dan belajar berhitung.

4. Tahap Operasional Formal (11 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah bisa berpikir secara abstrak dan menguasai penalaran. Anak sudah mampu menarik suatu kesimpulan dari beberapa informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, pada fase ini peran orang tua dan guru sangat penting dalam membantu mereka untuk bisa melewati masa peralihan dari anak-anak menuju remaja.

Wujudkan Generasi Emas, Generasi Cerdas dan Berkarakter
Pendidikan karakter sangat penting dilakukan untuk membentuk generasi cerdas dann berbudi luhur. Dalam program sekolah penggerak diharapkan dapat wujudkan profil pancasila.

7 Cara Membangkitkan Kognitif Siswa dalam Belajar

Ada beberapa cara membangkitkan kognitif siswa dalam belajar yang dapat Anda lakukan. Berikut penjelasannya.

1. Mengubah Suasana Belajar Siswa

Tidak jarang setiap guru akan menemukan siswa yang bosan ketika kegiatan belajar mengajar (KBM) sedang berlangsung. Ada berbagai macam alasan seorang siswa bisa merasa bosan ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, yaitu seperti mengantuk, materi yang terlalu padat, gaya belajar yang monoton, dan suasana kelas yang tidak ceria dan kurang hidup.

Dengan kondisi seperti ini, maka tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan kognitif siswa akan sulit meningkat, sehingga salah satu cara yang dapat Anda lakukan yaitu dengan mengubah suasana belajar, seperti menggunakan model pembelajaran baru dan lakukan beberapa permainan yang menarik, tetapi pastikan bahwa permainan yang akan diterapkan masih ada kaitannya dengan pembelajaran.

2. Melakukan Tanya Jawab

Dengan melakukan tanya jawab, siswa akan merasa tertantang dan pemikirannya akan dilatih untuk selalu berpikir dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, tidak jarang guru akan selalu melakukan sesi tanya jawab ketika sudah selesai mengajar. Biasanya kegiatan tanya jawab ini akan dilakukan siswa ketika mereka sedang presentasi di depan kelas atau ketika guru telah selesai mengajar.

3. Melakukan Proses Pembelajaran secara Outdoor

Siapa sih yang tidak suka belajar di tempat outdoor? Memang tidak bisa dipukul sama rata, tetapi mayoritas setiap siswa akan merasa bahagia ketika kegiatan belajar yang biasanya dilakukan di dalam kelas, diganti menjadi di luar kelas. Mengapa belajar outdoor dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa? Dengan belajar outdoor, pikiran siswa menjadi lebih rileks dan motivasi mereka dalam belajar semakin meningkat, maka bisa diharapkan kemampuan kognitif mereka pun akan semakin meningkat juga.

4. Zone of Proximal Development (ZDP)

Kerap kali kita menemukan keadaan di mana siswa mengalami kesulitan dalam mencerna atau melakukan sesuatu karena mereka masih belum bisa memahami permasalahan tersebut dengan benar, sehingga mereka tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam kondisi ini, seorang guru tidak bisa mengekang siswa dan membatasi mereka dalam mencari bantuan dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dikarenakan kemampuan setiap orang dalam menjelaskan sesuatu berbeda-beda. Karena bisa saja siswa tersebut akan lebih paham ketika teman sekelompoknya menjelaskan permasalahan tersebut. --> JELASKAN ZDPnya

5. Scaffolding

Scaffolding merupakan serangkaian teknik yang bertujuan untuk membantu tahap pembelajaran pada anak. Scaffolding memiliki kaitan erat dengan ZPD, tetapi pada proses penerapannya, scaffolding hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa atau para ahli. Tanpa kita sadari, penerapan scaffolding sudah sering kita temukan di kehidupan sehari-hari, seperti tanya tutor, kegiatan pembelajaran di sekolah, atau ketika orang tua sedang membantu anak-anaknya ketika sedang kesulitan belajar.

Sehingga, bisa dikatakan bahwa scaffolding sama seperti bantuan yang diberikan oleh tutor, guru, orang tua, atau teman sebaya dalam memberikan stimulus yang dapat merangsang pemahaman anak yang sedang kesulitan. Namun, ketika kemampuan seorang anak sudah semakin meningkat, maka bantuan yang diberikan sudah bisa dikurangi sedikit demi sedikit. Dengan pernyataan tersebut terbukti bahwa scaffolding dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan kognitif.

6. Penggunaan Bahasa dan Pikiran

Menurut teori Vygotski, penggunaan bahasa dan pikiran memiliki peran dalam mengontrol dan membimbing perilaku seseorang. Selain dapat membantu seseorang dalam hal komunikasi dan sosial, kemampuan bahasa dan pikiran juga dapat digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Adapun dua konsep bahasan dan pikiran yang dicetuskan oleh Vygotski yaitu private speech dan inner speech. Perbedaan antara private speech dan inner speech yaitu private speech adalah keadaan di mana anak akan berbicara kepada dirinya sendiri tanpa bermaksud berbicara dengan orang lain secara spontan. Fase ini biasanya akan dialami ketika anak berusia 3-5 tahun dan mulai hilang ketika anak sudah memasuki fase anak-anak pertengahan.

Sedangkan pada inner speech, yaitu keadaan di mana anak berbahasa hanya untuk dirinya sendiri tanpa melibatkan lingkungan sekitarnya. Adapun tujuan dari inner speech ini yaitu untuk mengontrol perilaku anak, yang mana bentuk dari kontrol tersebut bisa berupa pikiran, rencana, dan tindakan yang akan mereka lakukan nantinya. Biasanya inner speech ini akan terbawa sampai mereka beranjak dewasa.

Bermain Catur Dapat Meningkatkan Kecerdasan? Yuk Simak Berikut 7 Fakta Mengenai Permainan Catur
Catur merupakan salah satu permainan atau olahraga otak yang cukup populer di seluruh dunia.

7. Bermusik

Musik memiliki banyak manfaat bagi seseorang, terutama dalam meningkatkan kognitif anak. Namun, Anda juga harus memastikan bahwa musik yang didengar anak harus sesuai usia dan mudah diterima. Pada kondisi ini, Anda tidak harus bermain musik atau mengajarkan musik kepada siswa di kelas. Anda bisa memutarkan beberapa musik klasik atau musik yang bisa membangkitkan semangat anak dalam belajar. Selain dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, musik juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Sekian penjelasan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak serta beberapa cara membangkitkan kognitif siswa dalam belajar. Dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa, hal utama yang harus diperhatikan bahwa siswa harus memiliki motivasi dalam belajar serta metode belajar yang akan digunakan harus tepat.

Agnes Meilina

content writer - content creator - reviewer books

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.