7 Alasan Mengapa Guru Perlu Menguasai Psikologi Kolektif
Menjadi seorang guru tidak hanya dituntut untuk bisa mengajar dengan baik. Guru juga punya tanggung jawab untuk mendidik murid-muridnya. Layaknya orang tua, guru juga berkewajiban untuk mendidik murid-muridnya menjadi generasi yang unggul. Tak hanya menguasai materi pembelajaran saja. Tapi memiliki perilaku yang sesuai nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Oleh karena itu, guru tidak hanya mempelajari materi pembelajaran dan teknik mengajar saja. Guru juga harus mempelajari ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan untuk menunjang tugasnya agar memberikan pembelajaran yang berkualitas.
Adapun salah satu ilmu pendukungnya adalah psikologi kognitif. Guru perlu menguasai salah satu cabang ilmu psikologi ini. Ilmu psikologi kognitif ini nantinya bisa membantu guru untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, yaitu sebagai pendidik bagi murid-muridnya.
Apa itu Psikologi Kognitif?
Menurut Craig (1991), dalam psikologi kognitif berorientasi teoritik yang mengemukakan berbagai teori yang didasarkan pada struktur mental dan proses. Jadi, bisa disimpilkan bahwa psikologi kognitif adalah disiplin ilmu psikologi yang mempelajari proses berpikir, tentang bagaimana orang berpikir, mengingat, dan belajar. Fokus utama psikologi kognitif adalah bagaimana manusia berpikir dan menyimpan ingatan terhadap suatu objek.
Tidak seperti perspektif behaviorisme yang menekankan perilaku (behavior) yang dapat diamati (perilaku), psikologi kognitif berkenaan dengan mental. Tidak seperti perspektif psikoanalisis yang banyak bergantung kepada persepsi subjektif, psikologi kognitif menggunakan kaidah saintifik untuk mengkaji proses mental.
Jika dibandingkan dengan ilmu lainnya, psikologi kognitif adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses berpikir seperti "perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi, pemecahan masalah, kreativitas, dan pola pikir".
Sejarah Psikologi Kognitif
Kemunculan psikologi kognitif adalah saat Plato (428-348SM) dan muridnya Aristoteles (384-322SM) berdebat tentang cara bagaimana manusia memahami pengetahuan maupun dunia seisinya. Plato berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menaklukkan secara logis.
Pada Abad ke-19 dan ke-20, Wilhelm Wundt (1832-1920), seorang ahli psikologi dari Jerman mengemukakan ide untuk mempelajari pengalaman sensori melalui introspeksi. Ketika mempelajari proses perpindahan berpikir maka pikiran harus dibagi dalam struktur berpikir yang lebih kecil.
William James (1842-1910), seorang pragmatisme-fungsionalisme mengungkapkan ide atensi, kesadaran, dan persepsi. Setelah itu muncul aliran Assosiasi dari Edward Lee Thorndike (1874-1949) yang semula menggunakan stimulus dan respon dalam proses belajar.
Edward Tolman (1886-1959) percaya bahwa semua tingkah laku manusia ditujukan pada suatu destinasi. Pada kesempatan ini, Edward Tolman menggunakan tikus yang mencari makan dalam labirin sebagai bahan eksperimen. Percobaan ini membuktikan bahwa tingkah laku melibatkan proses kognisi. Inilah sebabnya Edward Tolman dijuluki sebagai Bapak Psikologi Kognitif Modern.
Selain Tolman, Albert Bandura juga mengkritik behaviorisme (perilaku) dengan menyatakan bahwa pengalaman belajar bisa diperoleh melalui persekitaran sosial individu. Dalam perolehan bahasa, Noam Chomsky seorang linguis juga mengkritik behaviorisme dengan menyatakan bahwa otak manusia diberi kemampuan untuk mengenali dan menghasilkan suatu bahasa berdasarkan pengalaman yang mereka lalui.
Prinsip Psikologi Kognitif
Dalam penerapannya, psikologi kognitif memiliki prinsip-prinsip tertentu sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudirwo (2002). Adapun prinsip-prnsip psikologi kognitif, sebagai berikut:
- Saat belajar, seseorang harus memiliki sebuah tujuan
- Tujuan dilahirkan dari kebutuhan bukan paksaan
- Harus bersedia mengalami beberapa kesulitan
- Belajar itu dibuktikan dengan perubahan perilaku
- Belajar membutuhkan insight atau wawasan apa yang harus dipelajari dan dipahami
- Seseorang membutuhkan bimbingan dalam proses belajar
- Untuk melakukan ujian, perlu melalui pemahaman yang benar
Tujuan Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif telah diimplementasikan dalam berbagai cabang ilmu psikologi lainnya, mulai dari psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi kepribadian, psikologi abnormal, psikologi perkembangan, hingga ilmu ekonomi.
Psikologi kognitif yang harus dikuasai oleh guru adalah psikologi pendidikan. Ada dua tujuan pokok mengapa guru perlu menguasai psikologi kognitif ini. Pertama, untuk mempelajari situasi dalam proses pembelajaran. Kedua, untuk penerapan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran.
Dari dua tujuan tersebut, ada 7 manfaat yang menjadi alasan penting bagi guru untuk bisa menguasai psikologi kognitif, yaitu:
1. Memahami Perbedaan Individu (Murid)
Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok murid di dalam kelas dengan hati-hati, karena setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk memahami perbedaan karakteristik murid tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Psikologi kognitif dapat membantu guru dalam memahami perbedaan karakteristik murid tersebut agar dapat memaksimalkan potensi yang ada pada tiap murid.
2. Menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada murid secara efektif. Guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif agar proses pembelajaran berjaln secara efektif.
Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan yang berbeda untuk hasil proses pembelajaran yang lebih baik. Psikologi kognitif turut berperan dalam membantu guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
3. Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan murid. Dalam psikologi pendidikan, karakteristik perkembangan murid dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat untuk murid. Dengan begitu, guru dapat menemukan jenis dan gaya belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid.
4. Memberikan Bimbingan Kepada Murid
Seorang guru memiliki banyak peran di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik. Contoh bimbingan yang bisa dilakukan guru adalah memberikan bantuan kepada murid untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Dalam psikologi kognitif, guru dapat memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang sesuai dengan murid. Hal ini disesuaikan juga dengan kemampuan kognitif dan kondisi emosional masing-masing murid.
5. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas, yaitu mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu guru dalam mengukur hasil belajar murid. Psikologi kognitif dapat membantu guru dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran murid yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi, maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
6. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Psikologi kognitif membantu guru dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang paling penting adalah terjadinya perubahan perilaku murid.
7. Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi kognitif diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada murid.
Psikologi kognitif memberikan dampak dan manfaat dari berbagai aspek dalam pembelajaran. Psikologi kognitif membantu guru untuk memahami murid lebih dalam berdasarkan karakteristiknya, tahap tumbuh kembangnya, perilaku dan tingkah lakunya, secara emosional untuk memberikan proses belajar mengajar yang tepat dan sesuai sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Proses pembelajaran yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan. Murid yang mendapatkan proses pembelajaran baik, akan menerapkan pola-pola kebiasaan yang baik setelah dirinya masuk ke dalam keluarga maupun masyarakat sehingga dapat memberikan dampak perilaku positif dalam setiap kehidupannya.