Teori Belajar dan Implementasinya dalam Kurikulum Merdeka

edukasi 28 Feb 2023

Kurikulum Merdeka menjadi solusi alternatif pemerintah untuk memberikan kebebasan dan wewenang bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan itu sendiri. Ketertinggalan pembelajaran yang berdampak pada rendahnya pencapaian kompetensi peserta didik dapat terjadi karena beberapa hal diluar ekspektasi seperti Covid19. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mempercepat pemulihan ketertinggalan pembelajaran yang dialami peserta didik serta menjadi jalan untuk menciptakan perubahan kurikulum nasional yang lebih baik.

Pembelajaran yang dirancang dalam Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran intrakulikuler yang beragam dengan memaksimalkan konten. Kurikulum Merdeka memberi rentang waktu yang cukup pada peserta didik agar mampu memahami dan memperdalam konsep serta memperkuat kompetensi. Selain itu pendidik juga diberikan kebebasan untuk merencanakan strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Impelementasi Kurikulum Merdeka tersebut disusun berlandaskan teori belajar konstruktivisme.

Implementasi Kurikulum Merdeka berdasarkan teori belajar konstruktivisme mengharuskan pendidik untuk memberi kesempatan pada peserta didik agar berani mengemukakan pendapatnya dengan percaya diri tanpa adanya rasa terpaksa. Selain itu, pendidik juga berperan mendorong munculnya kreativitas dan imajinasi peserta didik agar mampu memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan.

Hubungan Teori Konstruktivisme dan Implementasinya dalam Kurikulum Merdeka

Teori belajar terdiri dari berbagai macam seperti teori behaviorisme, teori kognitivisme, teori humanisme dan teori konstruktivisme. Kurikulum Merdeka yang secara resmi disampaikan oleh Menteri Kemendikbudristek dalam YouTube Kemendikbud RI pada tanggal 11 Februari 2021, memiliki keterkaitan erat dengan teori belajar konstruktivisme.

Teori belajar konstruktivisme menjelaskan bahwa belajar merupakan proses yang menuntut peserta didik untuk aktif dalam membangun pengetahuan secara mandiri. Prinsip dasar dalam teori belajar konstruktivisme yaitu memberi kesempatan peserta didik mengambil peran utama dalam mengendalikan proses berpikir dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Paradigma yang dibangun dalam teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa peserta didik memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda dalam mengkonstruksi pengetahuan baru. Sehingga peran pendidik adalah menuntun agar proses konstruksi pengetahuan tersebut dapat berjalan lancar.

Teori konstruktivisme membantu peserta didik menemukan suatu ide baru berdasarkan pengalaman dan dukungan pengetahuan yang mereka peroleh sehingga dapat membuat kehidupan peserta didik lebih dinamis dan pengetahuan pun terus bertambah. Kendati demikian, dukungan dari lingkungan belajar yang kondusif juga perlu diperhatikan untuk memaksimalkan hasil yang dicapai oleh peserta didik.

Implementasi Model MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka)
Kampus Merdeka memiliki kebijakan berupa pemberian hak kepada mahasiswa/mahasiswi untuk mengambil mata kuliah di luar program studi selama 1 semester dan berkegiatan di luar perguruan tinggi selama 2 semester.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalisasi teori belajar konstruktivisme dan implementasinya dalam Kurikulum Merdeka yaitu dengan cara merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif tanpa mengabaikan efektifitas dan efisiensi di dalamnya. Selain itu, pendidik juga harus meng-upgrade pengetahuan diri khususnya dalam bidang teknologi agar pembelajaran menjadi tidak monoton dan membosankan. Pendidik juga dituntut dapat memberikan contoh yang lebih konkret dan relevan dengan perkembangan zaman.

Kurikulum Merdeka dalam pandangan teori belajar konstruktivisme sama-sama menganggap pendidikan sebagai bentuk atau bagian dari pengalaman yang diperoleh. Implementasi Kurikulum Merdeka yang berlandaskan teori belajar konstruktivisme ini menekankan aspek kemerdekaan atau kebebasan pada peserta didik maupun pendidik untuk mengembangkan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata yang selanjutnya dihubungkan pada konsep abstrak (teori).

Oleh karena itu, dalam implementasi Kurikulum Merdeka yang berlandaskan teori belajar konstruktivisme, selain peserta didik, para pendidik juga dituntut untuk terus belajar berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan sekitar terutama dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Misalnya, dengan melakukan observasi dan narasi dari sesama guru di satuan pendidikan yang berbeda. Hal tersebut bisa menjadi salah satu alternatif untuk dijadikan inspirasi dalam mengoptimalkan penerapan kurikulum merdeka sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Implikasi teori belajar konstruktivisme juga dituangkan ke dalam konsep dasar yang dipakai dalam merancang capaian pembelajaran di Kurikulum Merdeka. Penyusunan capaian pembelajaran ini dimuat lebih sederhana sehingga peserta didik memiliki waktu lebih panjang untuk mencapai kompetensi yang diharapkan secara lebih mendalam.

Dalam penyusunan capaian pembelajaran yang disusun berdasarkan fase per fase ini pula pendidik memiliki waktu yang lebih longgar dan leluasa untuk mengembangkan pembelajaran karena tidak terburu-buru untuk menyelesaikan konten isi dalam waktu satu tahun seperti halnya di kurikulum sebelumnya.

Seperti yang telah dijelaskan, dalam teori belajar konstruktivisme, belajar dianggap suatu proses konstruksi pengetahuan baru yang dilakukan oleh peserta didik dengan kemampuan awal yang telah mereka miliki, diikuti pengalaman belajar dan interaksi sosial mereka. Dalam konsep ini, peserta didik akan dituntun secara aktif menemukan pengetahuan baru berdasarkan kematangan kognitifnya dengan tujuan membangun pemahaman dan menciptakan suatu karya berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh.

Ketika peserta didik telah mampu menciptakan karya artinya mereka sudah memahami dan menguasai kompetensi yang diharapkan. Jika mengacu pada teori belajar konstruktivisme, kemampuan memahami telah berada dalam level tertinggi, berbeda dengan taksonomi bloomdi mana memahami berada di level C2.

Sebagai instrumen penting dalam pelaksanaan pembelajaran, Kurikulum Merdeka diharapkan menjadi sarana untuk menghasilkan pembelajaran inklusi, di mana iklim yang tercipta dalam pembelajaran dapat menerima keberagaman peserta didik dengan segala perbedaan yang dimiliki baik dalam bidang sosial, agama, budaya dan suku bangsa. Pembelajaran inklusi yang diharapkan tercermin dalam penerapan profil belajar Pancasila sebagai upaya untuk mewujudkan tumbuhnya toleransi dalam kegiatan pembelajaran.

Kurikulum Merdeka juga diharapkan bisa diimplementasikan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, kehadirannya didukung dalam peraturan dalam perundang-undangan yang bersifat fundamental. Akan tetapi, meski telah didukung oleh regulasi yang kuat, keberlanjutan implementasi Kurikulum Merdeka juga memerlukan adanya dukungan masyarakat/publik beserta para orangtua.

Pengembangan Pembelajaran Melalui Konsep Konstruktivistik dan Sosiokultural
Menurut teori Konstruktivisme, belajar didefinisikan sebagai proses pembentukan kontruksi pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Semua ilmu atau pengetahuan yang diperoleh berdasarkan persepsi siswa itu sendiri.

Keberhasilan Kurikulum Merdeka tidak bisa dilepaskan dari dukungan orangtua dalam mendampingi anak selaku peserta didik ketika belajar di rumah. Orangtua diharapkan aktif dalam mencari tahu capaian kompetensi apa saja yang harus dikuasai sang anak sesuai dengan fasenya. Untuk mewujudkan kerja sama yang solid antar pemerintah dan peran orangtua, Kemendikbudristek telah menyediakan buku-buku teks pelajaran dan informasi detail tentang Kurikulum Merdeka yang bisa diakses melalui website Kemendikbud.

Satuan pendidikan yang ingin mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dalam kegiatan pembelajaran mereka, tidak diberikan syarat khusus oleh pemerintah. Selama ada keinginan untuk memperbaiki pembelajaran dan bersedia mempelajari materi yang disiapkan oleh Kemendikbudristek maka dipersilakan untuk mencoba penerapan Kurikulum Merdeka. Oleh karena itu, tidak ada proses seleksi yang diberikan pada satuan pendidikan yang ingin mencoba Kurikulum Merdeka.

Dengan demikian, penerapan Kurikulum Merdeka dapat dilakukan oleh setiap satuan pendidikan. Sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, satuan pendidikan terlebih dahulu mengisi formular pendaftaran dan survey singkat yang telah dipersiapkan. Mempertimbangkan kesiapan yang berbeda antar satuan pendidikan, maka Kemendikbudristek akan menyusun pemetaan terkait kesiapan dan menyediakan bantuan pada satuan pendidikan agar dapat mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan optimal.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.