Upaya Membangun Generasi Pelajar Pancasila
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya memajukan Pendidikan Indonesia. Beragam kebijakan baru diluncurkan untuk memperbaiki atau memperbarui sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik. Salah satu kebijakan Kemendikbud, Nadiem Makarim yaitu adanya sekolah penggerak.
Pendidikan karakter juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh Kemendikbud guna mempersiapkan generasi cerdas berkarakter. Kemendikbud pun membuat kurikulum pendidikan berbasis Pancasila untuk mencapai tujuan tersebut. Setidaknya ada 6 profil fokus pendidikan karakter yang disebut sebagai profil pelajar pancasila.
Berikut 6 profile pendidikan karakter Pancasila:
- Berakhlak Mulia
- Bernalar Kritis
- Kreativitas
- Kebhinnekaan Global
- Kemandirian
- Gotong Royong
Pelajar Pancasila
Untuk memasukkan nilai-nilai Pancasila kepada pelajar diperlukan kerjasama yang baik antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat. Pendidikan Pancasila memberikan pengaruh baik pada generasi Indonesia.
Namun di lain sisi, hal ini juga menjadi tantangan bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menjadikan pelajar Indonesia berkarakter dan berwawasan global. Untuk memudahkan pencapaian tersebut, Kemendikbud membuat Pusat Penguatan Karakter (Puspeka).
Yang menjadi pertanyaannya saat ini, apakah Pancasila masih relevan dengan gaya hidup modern seperti sekarang? Mengingat banyaknya remaja yang telah terbawa arus perubahan gaya hidup lebih bebas dan dinilai tidak sesuai dengan karakter Pancasila.
Perubahan ini terjadi seiring perkembangan zaman, karena adanya disrupsi dari teknologi, sosiokultural dan lingkungan. Disrupsi teknologi membuat sektor lainnya terdampak, misalnya pada kemunculan era otomatisasi, big data, percetakan 3 dimensi hingga kecanggihan kecerdasan buatan. Lalu dampaknya meluas sampai sosiokultural yang menyebabkan perubahan sosial ekonomi, demografi dan kesadaran etika, kesehatan dan privasi.
Adapun perubahan yang terjadi pada sektor lingkungan, misalnya ketersediaan energi dan air yang berbanding terbalik dengan kebutuhan manusia.
Dalam hal ini, pendidikan karakter yang sesuai dengan nilai Pancasila memiliki peran penting untuk menentukan arah perubahan generasi, jangan sampai nilai budaya Indonesia tergerus dan hilang.
Dilansir dari m.antaranews.com, Mendikbud, Nadiem Makarim berharap pendidikan karakter ini dapat membuat generasi muda pintar memilah dan memilih informasi yang benar dan tidak benar. Dengan begitu, mereka tidak mudah menerima budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, artinya mereka lebih bijak dalam menggunakan teknologi yang bebas ini.
Menanggapi hal ini, Kepala Puspeka Kemendikbud Hendarman juga mendukung pendidikan karakter Pancasila, karena nilai-nilai yang terkandungnya sangat relevan dengan perkembangan zaman saat ini.
Terlebih, Pancasila merupakan dasar negara dan pedoman bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pancasila menjadi budaya setiap masyarakat Indonesia yang harus dipertahankan.
Yuk kenali apa itu pelajar pancasila lebih lanjut dengan menonton video kejarcita berikut ini:
Upaya Menciptakan Pelajar Pancasila
Puspeka diharapkan mampu mencapai target menciptakan pelajar Pancasila dengan optimal. Lantas bagaimana caranya?
Kampanye Melalui Komunikasi Publik
Pasalnya puspeka mulai mengembangkan tema kampanye melalui komunikasi publik di berbagai media, tujuannya agar banyak anak muda yang yang mengubah paradigma atau pola pikir dan perilakunya sesuai dengan nilai Pancasila.
Ada 4 tahap Strategi kampanye untuk mencapai tujuan, di antaranya yaitu:
1. Sadar (Aware): yaitu membuat peserta didik lebih peka dan sadar terhadap kondisi lingkungan atau hal yang terjadi di sekitarnya.
2. Memahami (understand): Peserta didik harus apa yang disampaikan dan perannya sebagai pelajar Pancasila.
3. Ikut Serta (Join): Setelah itu, masuklah ke tahap ketiga yaitu peserta didik ikut serta pada program pendidikan untuk mewujudkan pelajar Pancasila.
4. Melakukan (Do): Tahap terakhir yaitu peserta didik telah mendapatkan nilai-nilai Pancasila, dan bukan hanya mengemukakan wacana, tetapi juga dapat mengimplementasikannya dengan baik.
Contoh penerapan pelajar Pancasila yang paling sederhana yaitu membuang sampah pada tempatnya. Hal ini terlihat mudah dan sepele, namun tak sedikit pelajar yang masih kurang peduli terhadap lingkungan.
Untuk memasukkan nilai karakter ini, pertama peserta didik perlu diberi tahu akibat membuang sampah sembarangan yaitu menimbulkan bau tidak sedap atau atau menularkan penyakit. Hal ini baru masuk ke dalam tahapan sadar (aware).
Setelah peserta didik mulai memahami, guru dapat menunjukkan bagaimana seharusnya sampah dibuang di tempat sampah atau dimanfaatkan menjadi barang yang lebih berguna. Contoh ini harus dilakukan secara konsisten atau berulang-ulang agar menjadi kebiasaan dan dapat menularkan ke khalayak ramai. Setelah itu barulah peserta didik memasuki tahap melakukan (Do):
Dilansir dari adv.kompas.id, Hendarman menyampaikan bahwa pendidikan karakter yang sesuai dengan Pancasila ini harus dilakukan baik dalam kurikulum, penilaian atau pedagogis. Saat ini pendidikan karakter Pancasila dilakukan berbasis budaya sekolah, berbasis masyarakat dan berbasis kelas. Untuk yang berbasis kelas dapat dimasukkan dalam mata pelajaran atau muatan lokal.
Gerakan Penumbuhan Karakter
Ada berbagai gerakan penumbuhan karakter yang bisa dilakukan mulai dari sosialisasi, penyempurnaan pembelajaran hingga aneka kompetisi untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Mekanisme penumbuhan karakter dilakukan dengan menyebarluaskan konten pada masyarakat, keluarga dan satuan pendidikan yang akan dikoordinasikan oleh pusat penguatan karakter Kemendikbud.
Harapannya, konten-konten yang dibagikan dapat meningkatkan pengamalan nilai Pancasila dan pemahaman masyarakat terhadap program merdeka belajar dan sekolah penggerak
Kerja Sama Berbagai Pihak
Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa pendidikan karakter bukan hanya dibebankan untuk sekolah saja, tetapi untuk semua pihak pemangku kepentingan pendidikan, mulai dari guru, peserta didik, keluarga dan masyarakat. Peserta didik perlu mengambil peran, sedangkan masyarakat dan keluarga perlu memberi pengaruh dan dukungan.
Oleh sebab itu, Kemendikbud menggunakan berbagai media guna menyebarkan pengaruh pendidikan karakter, termasuk dalam modul pembelajaran. Meskipun dalam bentuk modul pembelajaran, namun hal ini tidak bisa dijadikan rujukan satu-satunya untuk sekolah, tetapi diperlukan pula guru yang kreatif.
Selama masa pembelajaran jarak jauh ini, Kemendikbud melakukan penyederhanaan kurikulum. Hal ini sesuai dengan surat keputusan 4 menteri, di mana target pencapaian kurikulum bukan lagi menjadi Fokus utama.
Masih menggunakan pola yang sama, pendidikan karakter bisa dilakukan dengan memilih nilai yang realistis dan konkret yang bisa dilakukan di rumah. Mengingat di masa PJJ ini, orangtua mengambil alih peran guru.
Contoh penerapan sederhananya yaitu melaksanakan kewajiban atau ibadah seperti shalat lima waktu bagi umat muslim, menyelesaikan tugas sekolah tepat waktu, menggunakan gawai dengan bijak dan membantu orang tua dirumah. Dengan adanya cara-cara sederhana ini, diharapkan nilai-nilai Pancasila menjadi karakter atau kebiasaan peserta didik.
Itulah beberapa hal mengenai pelajar pancasila beserta upaya menciptakan pelajar pancasila yang bisa Anda ketahui. Semoga bermanfaat.