Tips Membuat Koneksi Literasi Lintas Mata Pelajaran
Bahasa merupakan elemen penting yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya di kehidupan sehari-hari. Sebagai alat sosial, bahasa membantu seseorang untuk mengungkapkan perasaan atau menyampaikan emosinya. Bahasa juga memudahkan penyampaian dan pemahaman suatu informasi. Mustahil dapat mengerti suatu maksud dari pikiran orang lain tanpa membahasakannya dalam ucapan yang jelas.
Bahasa mulai dipelajari seseorang sejak usia dini. Anak dapat memasuki bangku sekolah, jika dia sudah mampu berbicara dengan baik, dimulai dari bahasa ibunya. Meskipun kemampuan berbahasa penting, dalam mendukung keberhasilan seseorang tidak hanya memerlukan kecakapan bahasa. Namun juga membutuhkan keterampilan dalam literasi.
Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sedangkan literasi menurut Education Development Center (EDC) lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Literasi dianggap sebagai kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya.
Bahasa dan literasi merupakan aspek kemampuan yang berbeda. Bahasa merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat berbicara dan berkomunikasi kepada orang lain secara lisan. Sedangkan literasi merujuk pada kemampuan seseorang dalam membaca, menganalisis hingga memahami pesan yang tersirat di suatu tulisan. Dalam penerapannya pada aktivitas di sekolah maupun kehidupan bermasyarakat, seseorang tidak hanya membutuhkan kemampuan berbahasa, namun juga memiliki keterampilan berliterasi.
Keterampilan literasi menjadi salah satu kecakapan hidup yang dibutuhkan di abad XII. Karena sumber daya manusia yang mumpuni dan berkualitas setidaknya memiliki tiga aspek dasar yang harus dipenuhi, yaitu literasi dasar, karakter dan kompetensi. Sedangkan di sisi lain berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, serta banjirnya informasi menjadi tantangan tersendiri bagi sumber daya manusia saat ini. Terlebih banyak informasi yang beredar, namun sangat minim yang bermanfaat dan berasal dari sumber terpercaya. Oleh karena itu, persoalan tersebut mengharuskan seseorang untuk memiliki kepekaan tinggi dalam menyaring informasi yang tersebar. Agar tidak mudah percaya, terhasut ataupun terseret arus informasi bohong (hoax) yang dapat menjerumuskan.
Di Indonesia kecakapan literasi ini masih dianggap cukup rendah. Terbukti dengan adanya hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA), dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Fakta akan rendahnya tingkat literasi di Indonesia juga dikuatkan dengan hasil rata-rata Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca), yang disampaikan pada diskusi dan peluncuran buku Alibaca oleh Puslitjakdikbud, Balitbang, Kemendikbud pada tahun 2019. Dalam diskusi tersebut diungkapkan bahwa Indeks Alibaca Nasional termasuk dalam kategori aktivitas literasi masih rendah. Dari skala indeks 0 - 100, aktivitas literasi kita berada di poin 37,32. Indikator penilaian tersebut meliputi kecakapan, akses, alternatif dan budaya. Dari 34 provinsi di Indonesia tidak ada satupun yang masuk dalam level aktivitas literasi tinggi.
Berdasarkan hasil penyusunan indeks yang dilakukan, kemudian memunculkan beberapa rekomendasi, antara lain perlu perhatian lebih terhadap daerah-daerah yang berindeks rendah; perlu dorongan penggunaan internet sehat untuk menunjang aktivitas literasi; perbanyak akses terhadap fasilitas literasi publik; Gerakan Literasi Sekolah perlu dibarengi dengan gerakan literasi berbasis keluarga; dan swasta perlu lebih berperan memajukan literasi melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan.
Mempertimbangkan tantangan hidup di era saat ini serta berbagai fakta persoalan yang terjadi, upaya dalam meningkatkan keterampilan literasi bagi siswa sangatlah penting. Tidak heran bila pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) tengah merancang "Peta Jalan Pembudayaan Literasi Nasional". Peta Jalan Pembudayaan Literasi akan menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga, komunitas, dan lembaga swadaya masyarakat terkait untuk melaksanakan program-program pembudayaan literasi.
Menguatkan kebihakan Kemenko PMK di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN), upaya tersebut diterapkan dalam berbagai kegiatan literasi yang dikelola unit-unit kerja terkait. Gerakan ini sebagai upaya untuk memperkuat sinergi antar unit utama pelaku gerakan literasi dengan menghimpun semua potensi dan memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia.
Penjabaran gerakan literasi nasional di sekolah (GLS) bertujuan sebagai upaya menumbuhkan budi pekerti serta agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis, sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Gerakan literasi sekolah dilaksanakan dalam kegiatan rutin untuk menumbuhkan minat dan meningkatkan keterampilan membaca siswa. Materinya tidak lepas dari nilai-nilai budi pekerti, semisal kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan siswa.
Tips Membuat Koneksi Literasi dalam Lintas Mata Pelajaran
Guru sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran memiliki peran dan tanggung jawab penuh, agar upaya meningkatkan daya baca siswa dapat terwujud dengan baik. Dalam pelaksanaannya, guru bisa melakukan koneksi literasi lintas mata pelajaran. Jadi tidak hanya guru bahasa saja yang berkewajiban menciptakan budaya literasi, namun juga di mata pelajaran lainnya. Lalu, bagaimana guru yang mengajar mata pelajaran nonbahasa membuat koneksi literasi dalam lintas mata pelajaran? Yuk simak tips-tips berikut ini!
1. Mengidentifikasi Materi dan Kesempatan Literasi
Guru mata pelajaran nonbahasa mengidentifikasi materi yang sekiranya dapat mendorong siswa untuk berliterasi. Guru juga mencari celah kesempatan literasi yang dapat dilakukan melalui aktivitas pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pemahaman materi yang diharapkan. Sebagai contoh guru PJOK, biasanya untuk mata pelajaran ini siswa lebih sering melakukan praktik jenis olahraga tertentu.
Nah, sebelum melakukan praktik guru dapat mengarahkan siswa untuk mencari referensi terkait jenis olahraga yang ingin dipelajari. Semisal senam irama, siswa perlu mencari tahu gerakan-gerakan yang relevan digunakan, langkah yang perlu dilakukan mulai persiapan hingga pendinginan, tujuan dan contoh-contohnya. Baru kemudian siswa mengeksekusi senam irama dengan kreasi kelompok.
2. Menyesuaikan dengan Perkembangan Siswa dan Karakteristiknya
Menerapkan aktivitas belajar dengan upaya meningkatkan kemampuan literasi perlu memperhatikan perkembangan, kemampuan dan karakteristik siswa. Cara untuk mengetahui apakah aktivitas belajar bisa sesuai atau tidaknya dengan melakukan asesmen diagnosis awal. Sebagai pertimbangan bagi guru menciptakan strategi belajar berprinsip literasi.
3. Melaksanakan Kegiatan Literasi secara Bertahap dengan Menyenangkan
Setelah guru mengidentifikasi kesempatan berliterasi dan melakukan diagnosis awal pada siswa, selanjutnya guru menerapkan strategi yang sesuai. Kegiatan yang berkaitan dengan literasi ini dilakukan secara bertahap, menyenangkan dan berkelanjutan. Sehingga siswa merasa terbiasa dan dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menghadirkan Beragam Referensi atau Buku Bacaan
Untuk menciptakan dan mendukung budaya literasi, tentunya dibutuhkan berbagai referensi atau bahan bacaan bagi siswa. Hal ini perlu digiatkan oleh guru, namun juga harus didukung penuh oleh pihak sekolah. Dimulai dari kelas-kelas, menciptakan lingkungan ramah baca, hingga perbaikan fasilitas literasi seperti di perpustakaan. Berbagai referensi yang tersedia di sekolah ini sebagai upaya untuk mendukung siswa dengan berbagai minat dan berbagai karakteristiknya.
5. Membuat Strategi Membaca yang Variatif
Upaya dalam menerapkan budaya literasi memang tidak mudah. Perlu digaris bawahi bahwa tugas ini bukan semata-mata tanggung jawab guru, namun juga semua golongan. Dari pemerintah, pemegang kepentingan, sekolah, orangtua hingga masyarakat harus saling bekerja sama agar peningkatan literasi bisa berhasil.
Itulah tips-tips yang dapat dimanfaatkan guru untuk melaksanakan kegiatan literasi dengan melakukan koneksi lintas mata pelajaran. Sebagaimana yang sudah dipahami kecakapan literasi penting untuk siswa, sehingga bukan hanya menjadi kewajiban dan tanggung jawab guru bahasa untuk membiasakan siswa memiliki daya baca yang baik. Semoga bermanfaat dan mari bersama-sama menciptakan budaya cinta literasi bagi bangsa!