Praktisi Homeschooling yang Sukses dan Berprestasi di Indonesia
Pendidikan saat ini tidak hanya bisa ditempuh dengan mengikuti sekolah umum. Ada sistem belajar homeschooling yang juga nge-trend di sebagian masyarakat Indonesia. Mayoritas anak yang menjalani pendidikan homeschooling adalah orang-orang yang punya kegiatan padat di luar sekolah formal. Selain itu anak-anak yang berkebutuhan khusus juga lebih memilih sekolah mandiri ini.
Terdapat 3 jenis homeschooling yang dapat dipilih sesuai kebutuhan.
Pertama adalah sekolah rumah tunggal yang menerapkan belajar sendiri bersama keluarga. Jenis kedua yakni sekolah rumah majemuk di mana sistem belajarnya bersama dua sampai tiga keluarga lain. Lalu yang ketiga adalah sekolah rumah komunitas. Jenis ini mengharuskan anak datang ke sekolah non-formal.
Meskipun tidak memilih sekolah formal, bukan berarti kesempatan untuk meraih kesuksesan menjadi lebih kecil.
Banyak anak berprestasi di bidang-bidang keahliannya yang kini mengubah mindset masyarakat tentang kualitas homeschooling. Salah satu praktisi homeschooling yang sukses hingga memiliki bisnis kuliner sendiri adalah Eros Fadil.
Eros Fadil
Bisnis yang dirintis oleh Eros adalah roti panggang dan kukus. Sekilas memang tampak sederhana, namun nyatanya usahanya ini telah memiliki banyak cabang di beberapa daerah. Outletnya yang bermula di kota Bengawan kini telah tersebar ke kota Jogja, Boyolali, Ambarawa, Salatiga, dan Ungaran. Tanpa lelah dan malu, ia tetap terjun langsung melayani konsumennya dan melakukan hal-hal teknis meskipun sudah memiliki banyak karyawan.
Eros berhasil memberikan peluang lapangan pekerjaan kepada orang-orang di sekitarnya kendati pun berijazah paket C. Fakta ini cukup membuka mata orang-orang yang memandang sebelah mata pada anak homeschooling. Mendapat banyak cibiran karena belajar dengan sistem homeschooling dari orang lain tidak membuat Eros gentar. Label negatif sebagai anak yang bermasalah juga dia alami. Menjalani studi dengan homeschooling tetap membuatnya bangga.
Alasan utama Eros tidak masuk ke sekolah umum karena ia merasa nyaman belajar dengan banyaknya aturan. Waktu tahun ajaran baru di 2015 silam, keputusannya semakin kuat setelah mendapatkan saran homeschooling dari mamanya. Ia pun tertarik sebab jam belajarnya lebih fleksibel menyesuaikan keinginannya.
Sebelum memilih sekolah non-formal, laki-laki entrepreuner ini beranggapan bahwa homeschooling hanya sebatas belajar di rumah. Namun faktanya sistem sekolah ini juga punya kelas namun dengan jumlah siswa yang sedikit. Mata pelajaran yang ditawarkan imbang dengan potensi setiap siswa yang berbeda-beda. Skill di luar akademik juga sangat diperhatikan oleh para tutor. Eros sangat bersyukur karena di homeschooling ia punya banyak kesempatan untuk mengembangkan minat berwirausaha yang sudah diinginkannya sejak kecil. Bimbingan tutornya terus berlanjut hingga sekarang ia berhasil mandiri dengan bisnis roti panggang dan kukus.
Eros mengungkapkan tentang proses belajarnya selama menjalani homeschooling. Terutama dalam hal berinteraksi dan bersosialisasi. Sikap toleransi sangat dijunjung tinggi di antara siswa sekolah rumah. Terlebih banyak siswa yang berkebutuhan khusus. Kepekaan dan kepedulian mereka menjadi terasah. Ia semakin yakin bahwa untuk menjadi sukses, tidak harus sekolah formal. Sekolah non-formal pun memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi.
Hal itu dibuktikannya dengan mengikuti semua arahan tutor dengan sungguh-sungguh. Berani memulai bisnis dengan segala resikonya yang tidak mudah. Keyakinannya membuahkan hasil yang manis. Kini lelaki muda ini dapat meraih omzet bersih hingga 30 juta. Dia sangat bersyukur bisa mandiri bahkan membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
Yudhis
Selain Eros Fadil yang sukses berwirausaha, ada pula lulusan homeschooling yang berprestasi diterima di Universitas Indonesia (UI). Namanya Yudhistira Gowo Amiadji. Dengan ijazah paket C, Yudhis membuktikan keberhasilan sistem belajar homeschooling dalam mencetak siswa berprestasi. Pada SBMPTN 2019 UI menerimanya sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi dengan nilai memuaskan. Di tengah detik-detik pengumuman kelulusan, Yudhis sempat khawatir tidak diterima. Namun nyatanya dia menjadi salah satu peserta yang lolos di antara banyak pesaing.
Sejak SD hingga SMA Yudhis tidak pernah sekalipun menjalani pendidikan di sekolah formal. Ijazah yang dia punya seluruhnya adalah kejar paket. Berdasarkan pertimbangan dari kedua orang tuanya, dia berani memutuskan sendiri memilih sekolah non-formal. Orang tuanya pun sangat mendukung karena merasa jika sekolah formal, masa anak mereka akan sulit untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
Dengan menempuh sekolah non-formal Yudhis merasa punya lebih banyak peluang untuk mengasah bakat dan minatnya. Proses belajarnya pun menjadi fokus dan terarah sejak kecil. Ia sangat enjoy dengan belajarnya karena bebas memilih bidang yang disukai. Ketika dia sedang ingin belajar 3D grafis, maka akan fokus pada bidang tersebut. Namun ketika dia merasa tidak passion dalam 3D grafis, maka dengan mudah bisa berhenti dan pindah pada bidang lain. Kini setelah bertahun-tahun mencari tahu skill yang cocok untuknya, dia memiliki keahlian dalam desain grafis dan programming.
Meskipun homeschooling memberikan kebebasan padanya, tidak ia sia-siakan. Lelaki berusia 18 tahun ini melakukan belajar secara intensif khusus pembekalan SBMPTN 2019 lalu. Yudhis senang sekali dan bersyukur bisa lolos walau hanya setahun melakukakan bimbel. Hal itu dilakukkannya agar bisa melanjutkan pendidikan di universitas.
Tidak pernah sekolah formal sejak SD membuatnya ingin meluaskan pertemanan. Ketika keinginan itu muncul, bapaknya menyarankan untuk memilih UI karena akan menemukan teman-teman yag berkualitas. Selain itu, dia juga ingin merasakan bagaimana sekolah formal. Visi tersembunyi yang ia bawa adalah mengamati serta mengevaluasi pendidikan di Indonesia secara kontekstual.
Yudhis menganggap ada banyak hal yang masih harus dibenahi dari kualitas pendidikan Negara ini meskipun telah banyak mengalami kemajuan. Terutama pada hal diskoneksi antara guru, siswa, dan orang tua. Dia sangat ingin pendidikan benar-benar bermanfaat untuk anak-anaknya kelak. Lebih baik lagi dan terus berkembang pesat di masa depan.
Zulaikha
Keraguan para orang tua mengenai bisa tidaknya anak homeschooling melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi juga terpatahkan oleh keberhasilan Zulaikha Hanif Hamdani. Ia bisa lolos di jurusan yang bahkan lulusan sekolah formal sangat sulit untuk meraihnya. Zulaikha kini menjadi mahasiswa kedokteran dengan ijazah paket C. Kuliah di jurusan yang banyak diimpikan ini tentu menjadi gebrakan hebat siswa sekolah non-formal.
Cerita pendidikan homeschooling yang ia jalani bermula dari keinginan orang tuanya yang berharap Zulaikha menjadi dokter. Awalnya dia menempuh pendidikan formal jurusan IPS. Namun setelah tahu keinginan orang tua, akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke jurusan IPA. Sayangnya dia tidak menemukan sekolah yang membolehkannya langsung masuk kelas dua. Alhasil di tengah kerisauan itu, dia melihat plakat homeschooling saat berkeliling. Lalu masuklah dia ke sana kemudian menceritakan permasalahannya.
Di homeschooling tersebut rasa lega mengguyurnya karena tidak harus mengulang dari kelas satu lagi. Dia pun antusias mendaftar dan mengikuti studi di sekolah non-formal tersebut. Perempuan asal Solo ini merasa mendapatkan privasi karena jumlah muridnya terbatas. Senang sekali dia belajar dengan fokus karena pelajaran yang didapatkannya lebih intensif.
Selama menjalani masa belajar secara homeschooling hal serupa yang terjadi pada Eros dan Yudhis juga dialami Zulaikha. Cara pandang orang lain mengenai anak seperti mereka seakan tidak layak untuk masuk ke perguruan tinggi apalagi di universitas dan jurusan bergengsi. Tidak pula bisa sukses seperti anak-anak sekolah formal. Faktanya tiga orang ini mematahkan cara pandang tersebut. Mereka bisa sukses dan berprestasi.