Perumusan Tujuan Pembelajaran dengan Design Thinking
Design thinking, apa yang ada dibenak Anda saat mendengar kata tersebut? Apakah yang terlintas inovasi? Berpikir out of the box? Atau mungkin berarti sebuah terobosan baru? Semuanya tidak salah, semua hal tersbut memang bisa menggambarkan apa itu design thinking.
Biasanya design thinking ini banyak digunakan oleh para desainer. Desainer selalu menggunakan design thinking untuk menciptakan produknya. Namun, akhir-akhir ini penggunaan design thinking mengalami perluasan. Tak terbatas pada pekerjaan mendesain saja, tetapi bisa digunakan hampir di semua bidang kehidupan.
Misalnya, akhir-akhir ini dunia pendidikan seringkali menyebutkan design thinking sebagai salah satu pendekatan yang digunakan. Penggunaan design thingking dalam dunia pendidikan dianggap sebagai sebuah inovasi baru yang punya peran penting. Salah satunya, dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
Design thinking bisa membantu merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat. Bagaimana caranya? Hal ini selanjutnya akan dibahas kemudian. Artikel ini akan membahas tentang bagaimana perumusan tujuan pembelajaran dengan design thinking.
Pengertian Design Thinking
Sebelum membahas bagaimana perumusan tujuan pembelajaran dengan design thinking, ada baiknya kita cari tahu terlebih dahulu apa itu design thingking. Pengertian design thinking ini telah banyak dirumuskan oleh beberapa ahli.
Menurut “Interaction Design Foundation”, design thinking merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang yang berguna untuk memahami pengguna, menantang asumsi, mendefinisikan ulang suatu permasalah, serta menciptakan sebuah solusi.
Sedangkan menurut "Career Foundry", design thinking adalah sebuah ideologi atau proses untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks dan berfokus pada kepentingan pengguna.
Kesimpulannya, design thinking merupakan pendekatan atau metode pemecahan masalah baik secara kognitif, kreatif, maupun praktis untuk menjawab kebutuhan manusia sebagai pengguna.
Design thinking ini mencakup proses-proses seperti analisis konteks, penemuan dan pembingkaian masalah, pembuatan ide dan solusi, berpikir kreatif, membuat sketsa dan menggambar, membuat model dan membuat prototipe, menguji dan mengevaluasi.
Bila dilihat lebih jauh lagi, dalam design thinking ini terdapat beberapa kemampuan, misalnya:
- Menyelesaikan masalah yang kompleks
- Mengubah strategi menjadi solusi
- Berpikir kritis
- Penggunaan media non verbal
Proses Perkembangan Design Thinking
Konsep design thinking sudah dikenal sejak tahun 1960-an. Konsep design thinking ini pertama kali dikemukakan oleh John E. Arnold di dalam bukunya yang berjudul "Creative Engineering" yang terbit pada tahun 1959. Kemudian, L. Bruce Archer memperbarui gagasan design thinking ini pada tahun 1965, di mana dikemukakan bahwa design thinking perlu dilakukan secara sistematis.
Konsep pemikiran tentang design thinking ini selalu mengalami perkembangan. Herbert Simon, seorang sosiolog dan psikolog yang berasal dari Amerika menyumbangkan pemikirannya tentang design thinking melalui artikelnya yang berjudul The Sciences of The Artificial yang terbit tahun 1969. Pada artikel tersebut, Simon memperkenalkan 7 langkah untuk menerapkan design thinking sebagai pendekatan kreatif untuk memecahkan masalah.
Tahapan Design Thingking
Penerapan design thinking ini memiliki beberapa tahapan. Berikut ini adalah beberapa tahapan design thinking.
- Emphatize
Emphatize adalah tahapan design thinking yang paling mendasar. Untuk memulai tahapan design thinking ini, kita harus memahami atau berempati untuk mengenal pengguna. Melalui empati ini kita bisa mengetahui keinginan, kebutuhan, dan tujuan yang dimiliki oleh pengguna.
Saat berempati, kita perlu melakukan observasi mendalam terhadap pengguna. Kita perlu meninggalkan opini subyektif kita. Fokus pada apa yang diinginkan oleh pengguna. Untuk mengasah emosi ini, kita bisa menggunakan pertanya Apa (What), Mengapa (Why) dan Bagaimana (How). Ketiga pertanyaan ini akan membantu kita dalam melakukan observasi yang obyektif.
- Define
Setelah mengobservasi pengguna menggunakan empati, langkah selanjutnya adalah mencari tahu masalah atau hambatan yang dialami oleh pengguna. Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah merumuskan problem statement.
Saat merumuskan problem statement ini, gunakan sudut pandang pengguna. Hal ini sangat penting, agar selanjutnya kita bisa membuat solusi sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh pengguna.
- Ideate
Setelah mengenal pengguna dan membuat problem statement, saatnya mencari ide-ide kreatif untuk mencari solusi. Dari sinilah proses kreatif dimulai. Menurut Nielsen Norman Group, ideate merupakan proses untuk menghasilkan rangkaian gagasan berdasarkan suatu topik tertentu, tanpa harus ada upaya untuk menilai ataupun mengevaluasi.
Pada tahap ini, kita diperbolehkan melakukan eksplorasi ide sebebas mungkin. Ideate ini bisa dibilang proses yang cukup menantang. Sebab, mencari ide-ide solutif ini membutuhkan proses pemikiran yang mendalam.
- Prototype
Jika telah berhasil merumuskan ide, maka langkah selanjutnya adalah memvisualisasikan ide tersebut. Pada tahap protorype ini ide-ide yang bersifat abstrak akan dikonkritkan.
Prototype ini adalah produk yang belum jadi, sifatnya sementara. Dalam prototype ini, kita bisa melakukan evaluasi terhadap ide yang kita buat. Apa yang masih kurang, apa yang perlu diperbaiki. Bisa dikatakan bahwa prototype ini merupakan suatu bentuk simulasi atas solusi yang ditawarkan untuk memecahkan suatu permasalahan.
- Test
Test adalah tahapan terakhir dalam design thinking. Pada tahap ini kita akan melakukan test atau uji coba prototype yang telah dibuat oleh para pengguna. Test ini berupa product review dari penggunaa atas solusi yang ditawarkan.
Walaupun test adalah tahapan terakhir dalam penerapan design thinking ini, bukan berarti prosesnya telah selesai. Seperti pengertian dari design thinking, di mana menekankan kata inovatif dan solutif, yang mana jika prototype yang ditawarkan tidak sesuai, maka perlu dicari ide baru. Pada tahap ini, Anda perlu merumuskan kembali solusi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Design Thinking untuk Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Lalu, bagaimanakah peranan design thinking dalam bidang pendidikan? Design thinking dianggap sebagai sebuah pendekatan baru yang bisa mendukung proses pembelajaran. Design thinking membantu untuk merumuskan tujuan pembelajaran.
Design thinking membantu guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang berfokus pada siswa. Guru mencari tahu, apa kebutuhan belajar setiap siswanya. Melalui empati, guru memulai dari memahami keinginan, kebutuhan, dan tujuan belajar siswanya. Kemudian membuat problem statement berdasarkan hasil observasinya.
Guru pun akan melakukan brainstorming untuk mengumpulkan sebanyak ide-ide kreatif yang bisa menjadi solusi untuk menjawab problem statement yang sudah dibuat. Kemudian guru akan membuat prototype sebelum akhirnya melakukan test atau uji coba kepada siswa-siswanya. Melakukan apakah solusi yang dibuat sudah tepat untuk menyelesaikan permasalahan para siswanya.
Design thinking ini membantu guru merumuskan tujuan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan melalui pendekatan design thinking akan lebih sesuai untuk siswa. Berorientasi pada kebutuhan siswa.
Pada akhirnya, pendekatan design thinking ini sangat membantu guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat. Guru akan melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. Hal ini sangat mendukung untuk kurikulum saat ini. Kurikulum merdeka belajar berfokus pada kebutuhan siswa. Dan ini bisa dijawab dengan menggunakan pendekatan design thinking tersebut.
Demikian artikel tentang bagaimana perumusan tujuan pembelajaran dengan design thinking. Semoga artikel ini membantu Anda dalam merumuskan tujuan pembelajaran dengan design thinking.