Perlukah Anak Bisa Membaca dari Usia 3 Tahun?

parenting 4 Feb 2024

Suatu hari dikegiatan posyandu balita terlihat para ibu yang membawa batita mereka sedang asyik berbincang-bincang. “Alhamdulillah, ya. Anak-anak kita sekarang sudah berusia tiga tahun. Kemarin Alif sudah bisa baca, loh bun!” cerita bunda Alif dengan penuh semangat.

Bunda Cantika bertanya,”Wah, apa benar Bunda Alif? Kok bisa? Memang Alif les baca di mana?” Pertanyaan yang diutarakan Bunda Alif hanya dapat dijawab lewat senyuman sambil memeluk erat anaknya.

Nah, Bunda pasti sudah sering mendengar kisah semacam ini, kan? Bisa dari perbincangan di antara para bunda, keluarga atau teman yang menceritakan jika anaknya, keponakan atau saudara mereka ada yang sudah bisa membaca di usia 3 tahun? Tidak sedikit orangtua yang akhirnya berlomba-lomba untuk memasukkan putra putri mereka ke kelas-kelas membaca dengan target agar bisa membaca di usia dini.

Sebelum orangtua memutuskan untuk mengajarkan membaca atau memasukkan anak ke kelas baca, sangatlah bijak dan penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0 – 3 tahun atau yang biasa disebut toddler. Pada rentang usia ini menurut Piaget ada pertumubuhan dan perkembangan yang terjadi yaitu:

Fase Sensori Motorik

sumber: https://www.pexels.com/

Fase perkembangan ini terjadi pada saat anak berusia 0 – 2 tahun, di mana kebutuhan yang terjadi sifatnya lebih pada kebutuhan fisik, seperti kebutuhan akan makan dan minuman yang sangat penting untuk membentuk struktur fisiologisnya, tentunya di usia ini pun anak masih membutuhkan ASI.

Perkembangan motoriknya juga terjadi pada usia ini, misalnya anak belajar untuk merangkak, belajar duduk dengan baik, belajar berjalan dan kesetimbangan serta tak kalah pentingnya belajar bermain. Perlu dipahami bahwa bermain adalah hal penting bagi anak, stimulasi perkembangan motorik sensosinya berkembang saat bermain.

Misalnya anak memegang mainan, memainkan mainan yang dipukul atau diketuk, memasukkan mainan ke dalam tempat tertentu, menyusun mainan
balok atau kardus dan masih banyak lagi stimulasi yang dapat diberikan pada anak
melalui permainan edukasi. Pada usia ini biasanya perkembangan wicara anak secara normal sudah dapat memanggil kedua orangtuanya dengan panggilan mama–papa, ayah–ibu, abi–ummi, bahkan keluarga yang lain seperti kakak, nenek, kakek, nama-nama benda disekitarnya dan sebagainya.

Tips Menjaga Kesehatan Mental Remaja
Kesehatan mental adalah kondisi individu yang menyadari kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis yang dimilikinya

Fase Pra-Operasional

sumber: https://www.pexels.com/

Pada fase ini terdapat dua tahapan fase yang berkembang yaitu pra-konseptual dan intuitif. Fase perkembangan pra-konseptual terjadi ketika anak berada pada usia 2 hingga 4 tahun. Bisa jadi pada fase ini merupakan momen yang ditunggu oleh para orangtua karena kemampuan bahasanya mengalami banyak kemajuan.

Anak mulai bisa mengucapkan kata selain mama atau papa, dalam beberapa artikel menyebutkan bahwa di usia ini anak dapat mengucapkan kurang lebih 50 kata yang dikenalnya. Hal menakjubkan juga terjadi pada usia ini yaitu anak sudah dapat merangkai dua atau tiga kata sekaligus.

Jika kita perhatikan maka di perkembangan usia ini anak sudah dapat diajak berkomunikasi. Tidak hanya itu, ternyata anak juga mulai mengenal lingkungan sosial. Fase selanjutnya adalah fase perkembangan intuitif, terjadi pada rentang usia 4 hingga 7 tahun. Kemampuannya dalam bersosialisasi di masyarakat juga makin berkembang meski berpikir tentang sebab akibat masih belum mereka pahami.

Orangtua dan lingkungan harus paham bahwa di usia ini anak akan melihat dan
mencontoh apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa di sekitanya. Jadi kita harus lebih peka ya bunda untuk memberikan contoh dan lingkungan yang baik demi tumbuh kembang anak secara optimal.

Anak dapat mengambangkan persepsinya melalui pengalaman sensorinya, mereka memandang, meraba dan menjangkau benda yang dapat diraihnya. Sehingga semua fokus akan tercurahkan kepada benda yang digenggamnya. Dari konsep ini, bunda dapat memberikan rangsangan sensori dan motoriknya sekaligus yaitu melalui bermain dan permainan.

Bermain merupakan kegiatan yang pasti dilakukan oleh setiap anak dan bersifat spontan, sedangkan permainan adalah kegiatan bermain dengan tata cara dan urutan tertentu untuk memainkannya.

Selanjutnya kita perlu pahami juga apa sebetulnya yang menjadi esensi dari membaca yaitu merupakan kegiatan yang melibatkan aktifitas fisik dan kesiapan mental untuk mengantarkan pemahaman anak dalam upaya mengerti makna simbol-simbol. Bentuk, huruf, angka bisa dikatakan sebagai simbol-simbol yang pada akhirnya nanti dapat mereka baca.

Lalu adakah keterkaitan antara bermain, permainan dan kegiatan membaca? Setelah kita memahami bagaimana perkembangan anak pada rentang usia 0 hingga 3 tahun berada pada fase sensori motorik dan fase pra-operasional, kita dapat mempersiapkan aktifitas bermain anak menjadi stimulasi yang makin bermakna bagi perkembangan kebahasaan anak.

Sebagai catatan penting bagi kita para orangtua adalah tidak perlu memaksakan kehendak apalagi berambisi saat proses memperkenalkan simbol-simbol terhadap anak. Ingat ya bunda, bahwa yang berproses dalam perkembangan ini adalah anak dan fokus kita kepada anak, sehingga subyek belajar adalah mereka. Peran orangtua sebagai fasilitator yang menyediakan alat bermain dan permaianan, memberikan arahan, bimbingan dan pendampingan.

Menstimulasi anak agak bisa membaca tidak harus kaku seperti anak berada di sekolah ya bunda. Ada banyak cara agar anak mengenal dan menyukai literasi atau membaca, namun akan menjadi ideal apabila lingkungan keluarga terutama orangtua yang menjadi contoh dan pendamping langsung saat masa tumbuh kembang ini.

Berikut contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengenalkan membaca pada anak:

- Usia 0 – 1 tahun

Pada usia ini anak penglihatan dan pendengaran bayi mulai berkembang baik, meski pada bulan-bulan awal masih dominan warna hitam putih yang dilihatnya. Namun kita dapat menstimulasi penglihatannya di atas tempat tidurnya dengan mainan warna warni.

Biasanya anak mulai menyukai benda-benda yang dapat berputar dan menimbulkan suara. Momen ini sangat sesuai buat bunda untuk membacakan cerita kepada anak, bahkan saat bunda sedang menyusui mereka akan sangat fokus dengan menatap pada bundanya. Bisa juga bunda memberikan buku yang menstimulasi indera perabanya misalnya buku touch and feel.

- Usia 1 – 2 tahun

Ketika menginjak usia 1 tahun motorik anak sudah berkembang baik, bunda bisa
memberikan anak buku-buku yang sesuai dengan usia ini. Buku yang disarankan adalah berbentuk boardbook atau buku-buku berhalaman tebal agar tidak mudah robek. Sebab sistem motoriknya sedang berkembang sehingga anak membutuhkan latihan untuk mengoptimalkannya, seperti menyobek, meremas, melempar, dan sebagainya.

Buku ini dapat dilihat dan di bolak-balik sendiri oleh anak, tetapi orangtua tetap harus mendampingi ya. Membaca buku bersama anak disarankan menjadi pembiasaan dan dilakukan secara konsisten minimal saat akan menjelang tidur malam atau 20 menit sehari.

- Usia 2 – 3 tahun

Setelah menginjak usia 2 tahun, kemampuan wicara anak rata-rata sudah berkembang baik. Motorik halusnya juga berkembang dengan baik pula, terlihat anak dapat menggenggam, menyusun alat mainnya. Koordinasi panca indera juga cukup berimbang. Mereka sudah dapat berkomunikasi dan menterjemahkan rasa penasaran ke dalam pertanyaan, “Ini apa, bunda?”

Nah, ketika perkembangan ini mulai muncul maka orangtua wajib menjawab pertanyaan anak agar rasa ingin tahunya terpenuhi. Stimulasi literasi yang dapat diberikan bisa berupa buku dengan sedikit kalimat dan gambar yang besar di tiap halamannya.

7 Kanal Youtube yang Menawarkan Tutoring Gratis untuk Siswa
Setiap orang yang membutuhkan ilmu pengetahuan, bisa mencarinya di laman youtube. Berbagai tutorial tersedia di sana.

Mengajak anak melakukan pembiasaan membaca buku, atau orangtua membacakan buku, bisa dengan metode read aloud. Selain itu bunda juga bisa men-stimulasi dengan memperkenalkan flash card dengan gambar dan tulisan dalam satu sisi yang sama.

Pengenalan ini disarankan dalam suasana bermain anak yang menyenangkan. Dengan pembiasaan membaca, anak dapat memiliki memori kosa kata dan menjadi bekal anak untuk mengembangkan wicaranya dan proses belajar membaca yang berkelanjutan.

Jadi perlukah anak bisa membaca dari usia 3 tahun? Maka jawabannya akan kembali pada orangtua masing-masing dan kesiapan anak pada fase yang dilewatinya. Akan tetapi, tidak perlu terburu-buru hanya demi memuaskan ego orang tua.

Enni Kurniasih

"Penulis, blogger, pemerhati pendidikan dan parenting"

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.