Perkembangan Sejarah Pendidikan di Indonesia
Maju atau tidaknya sebuah negara sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan masyarakatnya. Pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga pendidikan moral dan karakter. Mengingat Indonesia merupakan negara maritim dan masih banyak wilayah pelosok yang belum terjamah fasilitas pendidikan, itu menjadikan Indonesia masih tergolong menjadi negara berkembang.
Memang disayangkan, kekayaan alam dan budaya bangsa kita yang sangat melimpah belum diiringi kemerataan pendidikan. Namun kabar baiknya, Indonesia telah mengalami banyak perkembangan kualitas serta kuantitas di bidang pendidikan. Mari kita flashback untuk mengetahui perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia.
Pendidikan Zaman Hindu-Buddha
Awalnya, Indonesia tidak memiliki bentuk pendidikan formal di zaman Hindu-Buddha. Pendidikan saat itu ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan tentang kebajikan dalam agama. Hindu dan Buddha memiliki kecenderungan Sinkretisme, yaitu figur Siva dan Buddha sebagai kekuatan atau keagungan yang Maha Tinggi.
Di zaman tersebut, banyak kerajaan-kerajaan besar yang menjadi cikal bakal Indonesia bermunculan. Persebaran agama Hindu-Buddha makin luas dan menjadi inspirasi motto negara kita, yakni Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti 'berbeda-beda, tetapi tetap satu juga'.
Pendidikan Zaman Islam
Islam datang ke Negeri Zamrud Katulistiwa pada akhir abad 13 dan mampu mencakup seluruh negeri di abad ke 16. Penyebaran agama Islam saat itu beradaptasi dari kebudayaan lokal yang sudah ada, yakni Hindu-Buddha. Maka dari itu, para wali menggunakan wayang dan tembang untuk menyisipkan value keislaman. Kegiatan tersebut dinamakan sebagai “Pendidikan Islam Tradisional”.
Pendidikan Islam Tradisional ini tidak diselenggarakan secara terpusat, melainkan secara perorangan melalui para ulama di setiap daerah yang terkoordinasi oleh para wali di Jawa, yakni Wali Songo. Beberapa wilayah yang digunakan oleh para wali dan ulama untuk berdakwah juga menjadi cikal bakal tempat ibadah dan pesantren yang ada di zaman ini.
Zaman Kolonial Belanda
Datangnya kaum kulit putih dari Belanda menjadikan pendidikan di Indonesia terawasi dengan cukup ketat. Memang dengan dijajahnya Indonesia oleh Belanda, pendidikan kita mulai mengalami kemajuan secara formal. Namun, pihak Belanda cukup ketar-ketir karena menyadari bahwa dengan pendidikanlah warga pribumi mampu melakukan perlawanan-perlawanan halus.
Saat Belanda menguasai Nusantara, mereka memiliki tiga poin politik etis yang dikembangkan di Indonesia yakni irigasi, migrasi dan edukasi. Dalam poin edukasi, pihak Belanda mendirikan sekolah-sekolah bergaya barat untuk warga pribumi. Akan tetapi, karena kekhawatiran Belanda saat itu, yang diajarkan pada pribumi hanyalah berhitung, membaca, dan menulis saja. Sekolah ini tidak bertujuan mencerdaskan pribumi, berbeda dengan sekolah yang didirikan khusus bagi para kaum asli Belanda.
Pada saat itu, pendidikan rakyat turut bermunculan, yakni lembaga pendidikan yang didirikan oleh warga pribumi sendiri seperti Muhammadiyah dan Taman Siswa. Sederhananya, zaman tersebut terdapat tiga jalur pendidikan berikut.
1. Sistem pendidikan Islam dengan berdirinya pondok pesantren.
2. Pendidikan bergaya barat yang telah disediakan oleh kaum Belanda.
3. Sekolah swasta yang pro-pribumi seperti Taman Siswa dan Muhammadiyah.
Adanya perubahan baru inilah yang menjadi cikal bakal perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui jalur pendidikan. Akan tetapi, perjuangan yang bersifat kedaerahan ini berubah menjadi perjuangan kebangsaan sejak Budi Utomo didirikan di tahun 1908. Karena perjuangan kebangsaan ini pesat, lahirlah Sumpah Pemuda di tanggal 28 Oktober 1928.
Setelah itu, munculah tokoh-tokoh pendidikan lainnya di Indonesia. Mereka di antarannya seperti Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa, Mohammad Syafei dengan Indonesisch Nederlandse School, Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah. Semua bertujuan untuk mendidik anak-anak bangsa agar memiliki jiwa yang merdeka.
Zaman Penjajahan Jepang
Setelah Belanda terkalahkan kekuasaannya oleh Jepang, pendidikan di Indonesia juga mengalami perubahan. Dualisme pendidikan di era Belanda telah dihapuskan, semua masyarakat mendapatkan pendidikan yang sama. Akan tetapi, kabar buruknya adalah Jepang sangat serakah menguras kekayaan negeri kita tercinta.
Saat itu, mewajibkan penggunaan Bahasa Indonesia lingkup pendidikan, pekerjaan dan bidang-bidang lainnya. Tanpa disadari, Jepang telah memberikan peluang yang besar untuk warga Indonesia bersatu menjemput kemerdekaan.
Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan
Suatu kebahagiaan yang tidak terdefinisikan bagi seluruh rakyat Indonesia saat itu ialah berhasil menjadi bangsa yang merdeka. Merdeka karena perjuangan, bukan karena hadiah dari negeri penjajah. Setelah itu, pendidikan di negara kita mengalami banyak perkembangan positif dan menjadi prioritas. Kantor pengajaran Jepang yang dikenal dengan Bunkyio Kyoku turut diberhentikan.
Setelah itu, Ki Hajar Dewantara ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran mulai dari 19 Agustus—14 November 1945. Kemudian, digantikan oleh Mr.Dr.T.G.S.G. Mulia dari tanggal 14 November 1945—12 Maret 1946. Tak lama kemudian, posisi itu digantikan oleh Mohammad Syafei dari tanggal 12 Maret 1946—2 Oktober 1946. Saat itu, memang jabatan menteri pendidikan dan pengajaran tidaklah lama dikarenakan belum banyak yang bisa diperbuat oleh mereka.
Kurun waktu antara 1945—1969, Indonesia mengalami lima kali perubahan tujuan pendidikan nasional. Seperti yang telah dipaparkan dalam surat keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP & K), Mr. Suwandi, tanggal 1 Maret 1946, tujuan pendidikan nasional pada masa awal kemerdekaan menekankan penanaman jiwa patriotisme. Hal ini dapat dimaklumi sebab pada saat itu bangsa Indonesia baru saja terlepas dari penjajah yang berlangsung cukup lama dan masih terlihat adanya gelagat bahwa Belanda ingin kembali menjajah Indonesia. Oleh karena itu, penanaman jiwa patrionisme melalui pendidikan dianggap merupakan jawaban guna mempertahankan negara yang baru merdeka.
Pada awal 1950-am, kurikulum sekolah ditujukan untuk
a. meningkatkan kesadaran bernegara dan bermasyarakat;
b. meningkatkan pendidikan jasmani;
c. meningkatkan pendidikan watak;
d. meningkatkan perhatian kesenian;
e. menghubungkan isi pelajaran pada kehidupan sehari-hari; dan
f. mengurangi pendidikan pikiran.
Pendidikan Era Pembangunan Jangka Panjang (1969-1993)
Indonesia telah merdeka dan negeri maritim ini memutuskan untuk melakukan program pengembangan dengan sebutan Pembangunan Jangka Panjang di tahun 1969—1993. Banyak perbaikan di berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan.
Pembangunan Jangka Panjang meliputi lima pelita, yakni pelita I—V yang start pada tahun 1969/1970 hingga tahun 1993/1994, atau 25 tahun. Selama kurun tersebut, pendidikan Indonesia Indonesia mengalami perbaikan serta kemajuan. Hal ini ditandai oleh makin luasnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, meningkatnya jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia serta SDM yang terlibat dalam pendidikan, dan meningkatnya kualitas pendidikan dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Pendidikan Setelah Era Pembangunan Jangka Panjang
a. Wajib Belajar Sembilan Tahun
Pada bulan Mei 1994, rancangan wajib belajar sembilan tahun hingga jenjang sekolah menengah pertama telah dimantapkan. Wajib belajar 6 tahun kini telah ter-upgrade menjadi 9 tahun.
b. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 diberlakukan secara bertahap dari tahun ajaran 1994/1995. Kurikulum ini disusun dengan tujuan agar proses pendidikan dapat menyesuaikan diri dengan tantangan yang terus berkembang sehingga mutu pendidikan akan semakin meningkat.
Kurikulum 1984 dipandang perlu adanya perbaikan. Pasalnya, menurut hasil-hasil pengkajian, telah ditemukan adanya materi kurikulum yang tumpang tindih dan membutuhkan penambahan. Contohnya tumpang tindih antara materi PMP, Sejarah Nasional, dan PSPB yang dalam Kurikulum 1994 strukturnya lebih disederhanakan.
Disahkannya UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diikuti oleh berbagai peraturan pemerintah mempunyai implikasi pada perlunya penyesuaian kurikulum pendidikan. Menyusul terjadinya informasi, dilakukan kembali revisi atas Kurikulum 1994 dengan menata kembali struktur programnya. Revisi tersebut kemudian dikenal dengan Kurikulum 1994 yang disempurnakan.
c. Kurikulum di Era 2000-an
Kurikulum 1994 telah diubah menjadi Kurikulum 2000. Kemudian, disempurnakan menjadi Kurikulum 2002 (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Kurikulum ini terfokuskan pada 3 aspek utama, yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Pada tahun 2005, Kurikulum 2002 digantikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada tahun 2013, kurikulum kembali diubah menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 12 (K13) menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan juga pengetahuan.
Nah itulah sejarah yang telah Indonesia alami dalam dunia pendidikan. Kita tidak menyangka kini pendidikan Indonesia begitu maju selaras dengan perkembangan teknologi. Mari kita bersama-sama mewujudkan Indonesia yang cerdas dan merdeka dalam belajar!