Pentingnya Melakukan Asesmen Diagnostik Kognitif dan Non-Kognitif Sebelum Kegiatan Pembelajaran

edukasi 26 Jan 2023

Kegiatan pembelajaran adalah proses yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan adanya proses kegiatan belajar, proses transfer ilmu dari guru kepada siswa bisa berjalan dengan lancar.

Dalam penerapannya, proses kegiatan pembelajaran tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan anak bangsa saja, tetapi kegiatan pembelajaran juga bisa menjadi sarana untuk mendidik dan mengembangkan moral siswa. Namun, kegiatan pembelajaran tidak bisa berjalan dengan sendirinya, harus ada data atau informasi yang dapat membantu guru dalam menilai kinerja siswa.

Pendataan atau pencarian informasi tersebut dinamakan sebagai asesmen. Pada kesempatan ini, kita akan membahas tentang manfaat asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif dalam proses kegiatan belajar.

Saat ini, ada berbagai asesmen yang dapat digunakan guru dalam proses kegiatan belajar, salah satunya yaitu asesmen diagnostik. Berikut penjelasan tentang asesmen diagnostik dalam kegiatan pembelajaran.

Asesmen Diagnostik dalam Proses Kegiatan Pembelajaran

Asesmen diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan guru secara spesifik. Adapun yang diidentifikasi guru yaitu seperti kompetensi, kekuatan, dan kelemahan siswa dalam proses kegiatan belajar. Dengan dilakukannya identifikasi tersebut guru dapat merancang kegiatan belajar sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa.

Dalam penerapannya, asesmen diagnostik dilakukan guru di awal kegiatan belajar, hal ini dikarenakan guru ingin melihat kompetensi dan memonitor perkembangan belajar siswa dari aspek kognitif maupun aspek non-kognitif.  Hasil dari asesmen diagnostik tersebut akan digunakan guru sebagai alat untuk memetakan kebutuhan belajar siswa. Dengan begitu, guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai kondisi dan kompetensi siswa.

Asesmen diagnostik terbagi menjadi dua, yaitu asesmen diagnostik kognitif dan asesmen non-kognitif. Berikut penjalasannya.

Asesmen Diagnostik Kognitif

Asesmen diagnostik kognitif merupakan asesmen yang dilakukan guru pada awal dan akhir proses kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memantau seberapa jauh siswa dapat memahami tema pembelajaran yang sedang berlangsung.

Dalam penerapannya, asesmen diagnostik kognitif sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan, yaitu sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dengan begitu asesmen ini bisa juga disebut sebagai asesmen formatif. Selain itu, asesmen diagnostik kognitif juga dapat dilakukan guru di pertengahan atau akhir semester dalam bentuk ujian, atau biasa disebut sebagai asesmen sumatif.

Tujuan Asesmen Diagnostik Kognitif

1. Mengidentifikasi pencapaian kompetensi siswa.

2. Menyesuaikan proses kegiatan belajar di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa.

3. Memberikan kelas remdial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang nilai kompetensinya di bawah rata-rata.

Tahapan Asesmen Diagnostik Kognitif

- Persiapan & Pelaksanaan

1. Membuat jadwal kegiatan pelaksanaan asesmen

2. Mengidentifikasi materi asesmen berdasarkan penyederhanaan kompetensi dasar yang telah disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Menyusun beberapa pertanyaan sederhana, meliputi:

a) 2 pertanyaan yang sesuai dengan kelasnya, dengan mengangkat topik capaian pembelajaran baru

b) 6 pertanyaan dengan topik yang diambil satu kelas di bawah

c) 2 pertanyaan dengan topik yang diambil dua kelas di bawah.

Sesuaikanlah pertanyaan yang diberikan dengan topik yang menjadi prasyarat untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran di jenjang sekarang.

d)     Memberikan asesmen untuk semua siswa di kelas, baik kepada siswa yang belajar tatap muka di sekolah maupun siswa yang belajar di rumah.

- Tindak Lanjut

1. Melakukan Pengolahan Data Hasil Asesmen

a) Membuat penilaian dengan menggunakan kategori “Paham Utuh”, “Paham Sebagian”, dan “Tidak Paham”.

b) Menghitung rata-rata kelas.

2. Membagi Siswa Menjadi Tiga Kelompok

a) Siswa yang memiliki nilai rata-rata kelas akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan ATP sesuai dengan fasenya.

b) Siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan diberikan pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi.

c) Siswa yang memiliki nilai di atas rata-rata akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pengayaan.

Apa itu Asessmen Diagnostik Non-Kognitif dan Contohnya
Asesmen atau penilaian adalah langkah penting yang dilakukan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman, pengetahuan, maupun keterampilan siswa dari suatu pelajaran yang sudah dipelajari.

3. Melakukan Penilaian Pembelajaran Topik

Guru akan melakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran yang baru. Dengan adanya manfaat asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif dalam proses kegiatan belajar, guru dapat menyesuaikan proses kegiatan belajar sesuai dengan rata-rata kemampuan siswa.

4. Mengulangi Proses Diagnostik

Guru akan mengulangi proses asesmen diagnostik ini dengan melakukan asesmen formatif (menggunakan strategi belajar yang baru dan bervariatif) sampai siswa dapat mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan guru.

Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

Asesmen diagnostik non-kognitif merupakan proses mengumpulkan informasi mengenai karakter dan kondisi yang tidak berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa. Adapun cakupan dari asesmen diagnostik non-kognitif ini yaitu biasanya berkaitan dengan aspek-aspek emosional, aspek sosial, dan perkembangan yang tidak berkaitan dengan kecerdasan atau kemampuan akademik siswa.

Contoh dari asemen diagnostik non-kognitif ini yaitu meliputi evaluasi kematangan emosional siswa, kemampuan sosial siswa, kemampuan siswa dalam mengelola emosi, kemampuan siswa dalam beradaptasi, dan kemampuan interpersonal siswa.

Dalam penerapannya, asesmen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti melalui tes, observasi, dan wawancara dengan individu ataupun seseorang yang dekat dengan siswa.

Hal ini sesuai dengan tujuan dari asesmen diagnostik non-kognitif, yaitu penting bagi guru untuk mengetahui bagaimana siswa mengelola emosi dan interaksi sosialnya di kelas, yang mana kedua hal tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan sosial siswa di sekolah.

Adapun hasil dari asesmen ini yaitu dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya. Selain itu, asesmen ini juga berguna bagi siswa untuk mengelola masalah-masalah yang kemungkinan besar akan dihadapi siswa di kemudian hari.

Tujuan Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

1. Mengetahui tingkat kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa.

2. Mengetahui adanya aktivitas yang dilakukan siswa ketika belajar di rumah.

3. Mengetahui kondisi dari keluarga siswa.

4. Mengetahui latar belakang yang mendasari pergaulan siswa di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Mengetahui gaya belajar, karakter, serta minat yang dimiliki siswa.

Dalam penerapannya, bisa dilihat bahwa sangat penting bagi guru untuk memiliki keterampilan dalam bertanya maupun membuat pertanyaan yang dikategorikan sebagai hal-hal penting dalam menjalankan asesmen diagnostik non-kognitif ini.

Tahapan Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

- Persiapan

1. Menyiapkan alat bantu yang dapat melancarkan kegiatan wawancara

2. Membuat beberapa daftar pertanyaan kunci mengenai kegiatan atau aktivitas siswa.

- Pelaksanaan

Meminta siswa untuk mengekspresikan perasaannya selama proses kegiatan sedang berlangsung di kelas maupun di rumah. Kegiatan ini bisa dilakukan siswa dengan cara bercerita langsung, menuliskan kegiatannya di secarik kertas, maupun melalui gambar.

Selain itu, pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan dengan strategi tanya jawab, yaitu:

1. Memastikan pertanyaan yang akan diberikan itu jelas dan mudah dipahami.

2. Menyertakan acuan atau stimulus yang dapat membantu siswa menemukan jawabannya dengan mudah.

3. Memberikan waktu berpikir kepada siswa sebelum menjawab pertanyaan.

- Tindak Lanjut

1. Mengidentifikasi siswa dengan ekspresi emosi yang negatif dan mengajak siswa untuk berdiskusi empat mata.

2. Menentukan tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan siswa serta orangtua jika memang diperlukan.

3. Mengulangi pelaksanaan asesmen diagnostik non-kognitif pada awal kegiatan pembelajaran.

Bagaimana Mengimplementasikan Pendidikan Etika?
Pendidikan tidak hanya mengacu pada kecerdasan pikiran, namun juga pada budi pekerti

Demikianlah penjelasan mengenai asesmen diagnostik dan manfaat asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif dalam proses kegiatan belajar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa asesmen diagnostik ini sangat penting dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran.Dengan dilakukannya asesmen diagnostik ini, guru dapat merancang kegiatan pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Agnes Meilina

content writer - content creator - reviewer books

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.