Penerapan Color, Symbol, Image untuk Melatih Rutinitas Berpikir Siswa
Santrock, seorang penulis dan ahli di bidang psikologi mendefinisikan berpikir sebagai memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Hal ini dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikirsecara kritis, membuat keputusan, berpikirkreatif, dan memecahkan masalah. Proses berpikir tidak serta merta terbentuk begitu saja tanpa adanya latihan dan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Pendidikan formal di sekolah merupakan salah satu wadah yang membentuk proses berpikir anak sehingga melahirkan suatu pandangan, persepsi dan kreativitas. Setiap harinya, siswa akan dipertemukan dengan bahan ajar baik berupa tulisan, audio, video, gambar, simbol maupun warna. Otak manusia menyukai hal-hal yang cenderung indah dan menarik, terutama yang ditangkap oleh panca indera mata.
Dalam melatih rutinitas berpikir siswa, symbol, image, dan color sangat membantu karena siswa, terutama mereka yang dalam usia anak-anak hingga remaja sangat tertarik dengan visual. Selain soal ketertarikan, color, image dan symbol dapat membantu siswa dalam mengklasifikasikan hal-hal di sekitarnya. Misalnya, warna merah cenderung menggambarkan “stop”, larangan dan keberanian. Simbol tong sampah akan dikenali sebagai tempat untuk membuang sampah, dan gambar rumah di baliho menerangkan bahwa perusahaan tersebut menjual rumah.
Symbol juga membantu siswa dalam pelajaran yang memiliki kaitan dengan rumus-rumus. Seperti simbol sama dengan, plus, akar dan semacamnya. Dalam dunia seni, simbol tertentu juga memiliki makna yang mendalam, inilah pentingnya melatih rutinitas berpikir siswa karena banyak hal di dunia ini memiliki makna yang berbeda-beda.
Image atau gambar dapat membantu siswa untuk mengolah persepsinya dan memberikan informasi akan hal-hal yang belum diketahuinya. Misalkan saja dalam modul materi menjelaskan tentang siklus hujan, dengan adanya gambar, siswa akan lebih memahami tujuan belajar dan memiliki persepsi bahwa hujan yang turun telah melalui proses penguapan, tertumpuk di awan lalu turun ke permukaan bumi. Contoh lainnya dengan image, siswa dapat mengetahui bagaimana bentuk penampang daun, bentuk organ tubuh di dalam perut, bentuk balon udara, bentuk pegunungan di kawasan lain dan sebagainya.
Lalu, bagaimana cara menerapkan color, symbol, dan image untuk melatih rutinitas berpikir siswa?
Gunakan Warna Sebagai Sarana Pengklasifikasian
Biasanya, dalam pelajaran tertentu siswa dihadapkan dengan istilah-istilah baru. Guru dapat membuat kolom-kolom berwarna untuk mengelompokan istilah tersebut berdasar kriteria tertentu. Misalnya dalam pelajaran Biologi, guru mengkategorikan binatang-binatang bertulang-belakang di kolom warna kuning dan binatang-binatang invertebrate di kolom berwarna biru muda.
Penggunaan warna sebagai sarana kategorisasi ini dapat digunakan dalam presentasi/ power point, modul, atau saat pemberian tugas. Untuk pemberian tugas, guru dapat meminta siswa mengkategorisasikan berdasar ukuran, jenis atau keberfungsiannya.
Gunakan Warna Sebagai Petunjuk
Tentu tidak asing jika warna lampu lalu lintas ada merah, kuning, dan hijau. Ketiganya memiliki fungsi yang sama, yakni sebagai petunjuk. Setiap warna memiliki makna perintah yang berbeda-beda, merah untuk perintah berhenti, kuning sebagai perintah untuk bersiap dan hijau ialah perintah untuk melaju.
Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas berpikir siswa, lho! Guru dapat menerapkan di dalam proses belajar mengajar. Contohnya penggunaan bendera warna-warni dalam kelas olahraga. Jika guru mengangkat bendera warna merah, tandanya siswa harus berlari, di saat guru mengangkat bendera warna biru, tandanya siswa harus lari di tempat.
Dalam pelajaran Geografi, warna juga sangat membantu siswa dalam memahami materi, seperti membaca peta, warna biru muda untuk lautan dangkal, biru tua untuk lautan dalam, warna hijau muda untuk dataran rendah dan hijau tua untuk dataran tinggi.
Penggunaan Symbol
Dunia ini dipenuhi simbol-simbol, gunanya untuk mempermudah manusia dalam mengartikan suatu hal yang lebih kompleks. Simbol juga mempermudah kita dalam mengerjakan rumus, seperti dalam menghitung luas bangun datar lingkaran. Penggunaan 𝝅 (phi) lebih mudah diingat dibanding angka 3,14 atau 22/7. Contoh lainnya dalam pelajaranGeografi, siswa akan mengenali simbol gunung berapi di dalam peta dengan bentuk segitiga merah, simbol pesawat untuk mengartikan tempat tersebut adalah bandara, dan sebagainya.
Untuk pengetahuan umum, biasanya di dinding sekolah juga dikenalkan simbol rambu-rambu lalu lintas seperti simbol dilarang berhenti, dilarang parkir dan yang lainnya. Pemberian simbol toilet laki-laki dan perempuan juga membantu siswa dalam melatih berpikir di ranah pengetahuan umum.
Penggunaan Image/Gambar untuk Memberikan Pengetahuan
Bagaimana siswa SD dapat mengetahui pesawat bentuknya sedemikian rupa? Memang sebagian anak pernah menumpangi pesawat, tapi sebagian besar lainnya belum pernah. Di situlah fungsi dari gambar sebagai pemberi pengetahuan. Di sekolah, siswa sering disajikan gambar hal-hal yang belum mereka ketahui, diberikan penjelasan yang amat rinci, sehingga suatu saat menemuinya secara langsung, siswa dapat memahami apa yang ada di depannya.
Untuk mengenali pahlawan-pahlawan bangsa, tentu saja image/gambar sangat berperan penting. Biasanya di dinding sekolah terpampang foto pahlawan-pahlawan nasional, pahlawan revolusi, tokoh pendidikan dan foto tokoh penting lainnya. Saat siswa mengenali wajah-wajah pahlawan tersebut, mereka dapat mengimajinasikan cerita-cerita sejarahnya. Dengan begitu kemampuan berpikir mereka dapat bertumbuh dengan lebih baik.
Menggunakan Image/Gambar untuk Melatih Persepsi Peserta Didik
Para peserta didik tumbuh dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Maka dari itu tidak semua siswa memiliki orang tua yang dapat melatih proses belajar dan proses berpikir mereka dengan baik. Dalam modul pembelajaran, terutama dalam pelajaran PKn sering kita temukan gambar orang menolong sesamanya, seorang anak membantu nenek menyebrang jalan, gambar membantu orangtua di dapur. Gambar-gambar tersebut berfungsi membangun persepsi siswa untuk berbuat baik, saling menghargai antar manusia.
Tidak perlu kaget ketika siswa memiliki persepsi yang berbeda alias otentik. Kembali lagi ke awal bahwa setiap anak tumbuh dari latar belakang yang bermacam-macam. Tugas tenaga pendidik ialah meluruskan persepsi yang keliru. Selagi persepsinya masih masuk akal, hal tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Menggunakan Image untuk Melatih Afeksi Siswa
Proses berpikir tidak melulu soal perjalanan otak secara logis. Neurotransmitter di otak juga berperan penting dalam menentukan mood dan perasaan setiap orang. Artinya hal yang berkaitan dengan afeksi juga memiliki kaitan dengan proses berpikir. Saat afeksi bagus, maka kognitif juga akan berjalan beriringan dengan baik. Peserta didik yang memiliki kondisi afeksi positif juga akan lebih mudah mencerna materi saat proses belajar. Maka dari itu, gambar dapat menjadi salah satu media untuk mengasah afeksi siswa.
Guru dapat memberikan gambar-gambar inspiratif yang meningkatkan mood serta memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Contohnya gambar-gambar orang sukses, gambar pemandangan yang indah, gambar tokoh idola mereka, gambar-gambar estetik dan yang lainnya.
Itulah penerapan color, symbol, dan image dalam melatih rutinitas berpikir siswa yang dapat dilakukan di sekolah maupun di rumah. Selamat mencoba!