Membentuk Cara Berpikir Sistematis, Analitis, dan Berkelanjutan pada Siswa

teaching 29 Apr 2023

Sudah seharusnya seorang guru menciptakan iklim belajar yang menyenangkan aktif dan kreatif pada anak, sehingga anak didik akan tumbuh menjadi pribadi yang bisa berpikir untuk menganalisis peristiwa yang dia temui dan amati dan mampu menyelesaikan permasalahan untuk mendapatkan sebuah solusi. Menurut Halpern sebuah pembelajaran bisa dikatakan berhasil ketika seorang pendidik bisa mendorong anak didiknya untuk bisa berpikir sendiri dan mampu berpikir kritis.

Membentuk cara berpikir sistematis, analitis dan berkelanjutan pada siswa memiliki arti memberi kesempatan pada siswa agar dia mampu memandang sebuah persoalan dari sudut pandang pikirannya sendiri, serta membiarkan siswa berpikir dengan menyertakan alasan kenapa dia memiliki sudut pandang tersebut. Mengajak siswa untuk berpikir sistematis, analitis dan berkelanjutan juga mengajak siswa berpikir secara sadar agar memiliki tujuan tertentu, sehingga setiap pemikiran dilandasi dari informasi yang didapatkan dari berbagai referensi serta menggunakan logika berpikir.

Diawali dengan mengajak siswa untuk berpikir kritis maka akan membiasakan siswa berpikir sistematis, analitis dan berkelanjutan. Siswa yang dibiasakan dan distimulasi untuk berpikir kritis biasanya akan menciptakan iklim belajar yang selalu dinamis dan tidak membosankan, para siswa akan merasa tertantang untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan bahkan dengan tingkat sulit sekalipun.

Metode Belajar untuk Membentuk Cara Berpikir Sistematis, Analitis dan Berkelanjutan pada Siswa

Lalu bagaimana metode yang tepat agar siswa dapat berpikir secara sitematis, analitis dan berkelanjutan? Seorang pakar pendidikan Anderson mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk mengajarkan siswa mampu berpikir sistematis, analitis dan berkelanjutan adalah dengan merangsang siswa untuk berpikir kritis.

Guru bisa merangsang berpikir kritis anak dengan cara aktif berdiskusi dan menyususn pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan anak untuk berpikir kritis dan manganalisis. Dimulai dari metode mengajak anak berpikir dari tingkat rendah atau LOTS atau Lower Order Thinking Skills dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah, sampai kepada mengajak anak untuk berpikir pada tataran tingkat tinggi atau HOTS yaitu Higher Order Thinking Skills.

1. Teknik Belajar LOTS (Low Order Thinking Skills)

Teknik belajar dengan cara LOTS atau Lower Order Thinking Skills bisa dijadikan pemanasan disaat memulai sebuah pembelajaran. Teknik belajar pada tingkat ini biasa disebut juga dengan tingkat berpikir rendah, dibentuk dengan cara membiasakan siswa untuk mencatat, menyalin, mengingat dan menghafal serta mengikuti. Biasanya Teknik ini dimulai dengan mengikuti instruksi yang telah diberikan oleh guru atau sekedar mengikuti apa yang dilakukan oleh temannya.

Soal yang diberikan pada tingkat pemikiran rendah biasanya hanya berupa soal-soal yang sifatnya mengingat dan menghafal. Beberapa contoh pertanyaan pada Teknik belajar LOTS, diantaranya:

  1. Tahun berapa Indonesia memperoleh kemerdekaannya?
  2. Apa nama karya sastra terkenal dari Leonardo Davinci?
  3. Di manakah Sungai Nil berada?
  4. Sebutkan isi dari Pancasila!

Pertanyaan yang terkait hafalan di atas bisa dijadikan sebagai pemanasan awal untuk memulai sebuah pembelajaran sebelum masuk pada tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. Tentu saja untuk membentuk pemikiran sistematis, analitis dan berkelanjutan dalam eknik belajar di tataran rendah pun perlu strategi lebih lanjut. Bagaimana strategi lanjutannya? Beberapa cara di bawah ini bisa kita terapkan kepada siswa:

1. Mengulang Terus Informasi dan Fakta yang Didapat            

Setelah para siswa disuguhkan dengan beberapa pertanyaan seperti contoh di atas, perlu diadakan lagi pengulangan penyebutan fakta yang disuguhkan secara berulang-ulang agar siswa bisa mudah mengingat.

2.  Menuliskan Kembali Informasi yang Didapat                        

Setelah mengulang menyebutkan informasi yang didapat, siswa juga bisa diminta untuk menuliskannya kembali, agar lebih menguatkan ingatan.

3.  Membaca Ulang Materi                                                            

Membaca ulang materi yang diberikan bisa membentuk pola berpikir yang sistematis pada siswa.

Tiga langkah di atas bisa dimulai untuk membiasakan anak berpikir secara sistematis. dan perlu dilakukan secara berulang pada setiap pembelajaran di tataran tingkat berpikir rendah atau Lower Order Thinking Skills atau lebih dikenal dengan LOTS

2.  Teknik Belajar HOTS (Higher Order Thinking Skills)

Teknik belajar pada tataran ini mengambil dari konsep berpikir yang dirumuskan oleh Benyamin Bloom dan kawan-kawan. Teknik belajar HOTS biasanya dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan pemahaman yang lebih baik dalam sebuah materi pembelajaran, untuk selanjutnya diaplikasikan, dianalisis dan dievaluasi.

Pada tataran tingkat yang lebih tinggi ini siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam menganalisis sebuah persoalan. Biasanya pertanyaan pada tingkat yang lebih tinggi menanyakan tentang bagaimana dan mengapa sebuah peristiwa  bisa terjadi. Bahkan pertanyaan yang mengkaitkan tentang bagaimana sebuah peristiwa, obyek bahkan sebuah ide berhubungan dengan obyek, peristiwa dan ide yang lainnya.

Pertanyaan tipe ini dikemukakan agar siswa yang diberi pertanyaan mampu mengungkapkan ide dan gagasannya dibarengi dengan konsep berpikir kritis. Berbagai pertanyaan tingkat tinggi digunakan untuk melatih siswa menggunakan informasi yang didapat diolah  dan menjadikan informasi tersebut sebuah kesimpulan dan perbandingan.

Beberapa contoh pertanyaan HOTS atau Higher Order Thinking Skills diantaranya:

  1. Bagaimana cara bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah?
  2. Bagaimana dampak pencemaran limbah pabrik tahu di desa Karangkates bagi para penduduk sekitar pesisir sungai? Bagaimana solusinya agar air sungai tidak tercemar oleh limbah?

Dengan memberikan pancingan seperti pertanyaan di atas, maka siswa diajak untuk berpikir secara kritis untuk membentuk pemikiran yang sistematis, analitis dan berkelanjutan demi memecahkan sebuah solusi tertentu. Jawaban yang diberikan dari pertanyaan di atas kemungkinan banyak versi dan lebih dari satu jawaban yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan.

Media Pembelajaran yang Ideal pada Pembelajaran Paradigma Baru
Pembelajaran paradigma baru berorientasi terhadap penguatan kompetensi dan pengembangan karakter nilai-nilai Pancasila dalam diri peserta didik.

Strategi dalam Memberikan Pertanyaan untuk Membentuk Siswa Berpikir Sistematis, Analisis dan Berkelanjutan

Isi pertanyaan perlu dirancang agar permasalahan yang diajukan dapat memancing rasa penasaran, sehingga ingin mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Hal ini sangat penting dalam membentuk pola berpikir kritis pada siswa.

Tips Merancang Kegiatan Pembelajaran
Rancangan Kegiatan Pembelajaran (RKP) merupakan seluruh komponen kegiatan pembelajaran yang menjadi bahan persiapan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam merancang sebuah pertanyaan, beberapa diantaranya, yaitu:

  1. Mengajukan bentuk persoalan yang mengandung jawaban yang bisa diterima lebih dari satu.
  2. Ajukan pertanyaan lanjutan misalnya “ Ada tambahan lagi?”.
  3. Beri umpan balik juga pujian kepada siswa, misal merespon jawaban siswa dengan pernyataan “Menarik sekali jawabannya”.
  4. Minta siswa untuk merangkum pendapat temannyadengan menggunakan kalimat yang berbeda.
  5. Pancing siswa untuk memberikan pertanyaan pada temannya.
  6. Panggil semua siswa, berikan kesempatan berbicara pada siswa yang tidak memberi jawaban.
  7. Informasikan kepada siswa bahwa pertanyaan yang diajukan mengandung banyak jawaban.
  8. Tanyakan pada siswa, bagaimana kamu menemukan jawaban tersebut.
  9. Lakukan interaktif dengan menanyakan apakah yang lain setuju dengan pendapat teman yang sedang mengemukakan jawaban.

Demikian sekelumit pembahasan tips dan trik bagaimana membentuk pola berpikir siswa agar sistematis, analitis dan juga berkelanjutan.



Enni Kurniasih

"Penulis, blogger, pemerhati pendidikan dan parenting"

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.