Melahirkan Karya Melalui Festival Literasi, Bagaimana Guru Penggerak Melakukannya?
Festival Literasi atau disingkat FeLSi merupakan gagasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang bertujuan untuk menjadi salah satu program pembentukan karakter peserta didik. Tak hanya menjadikan siswa melek literasi, tetapi juga melatih afektif dan estetis peserta didik agar mereka percaya diri melalui media seni serta eksperesi.
FeLSi merupakan ruang kreatif yang dapat mencetak siswa-siswa dengan bakat, karakter dan berkesadaran akan seni serta bakat yang mereka miliki. Media literasi ialah wadah bagi pelajar/pemuda-pemudi untuk dapat mencurahkan intuisi, estetika, pengembangan ide dan imajinasi estetis dengan tetap menjunjung tinggi budi pekerti dan etika.
Memasuki era kurikulum Merdeka Belajar, kita semua merasakan banyak perubahan dalam kualitas pendidikan di negeri ini. Tak hanya berfokus pada akademis semata, para satuan belajar juga sudah menyadari bahwa karakter dan bakat para peserta didik juga berperan penting dalam membentuk lulusan yang berkualitas. Nantinya, lulusan setiap satuan belajar diharapkan dapat menjadi penerus bangsa dengan budi pekerti luhur serta berkarakter, dan saling menghargai perbedaan antar individu.
Adanya FeLSi tentu berperan banyak bagi satuan sekolah. Tidak hanya siswa, tetapi para tenaga pendidik, mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman serta teknologi yang semakin maju. Artinya, tak hanya siswa yang belajar, tetapi para guru juga turut belajar.
Dalam kegiatan FeLSi, guru memiliki peran sebagai penggerak para siswa-siswinya. Penggerak berarti mengkoordinasi, mengarahkan, serta memberikan ruang bagi mereka para peserta didik. Di tahun sebelumnya, FeLSi tingkat SMA/SMK sederajat memiliki rangkaian lomba jurnalistik, fotografi, dan cipta cerpen. Pada tahun 2021, terdapat beberapa pokok pengembangan diri yang dibangun dari FeLSi.
Literasi Jurnalistik mengembangkan daya berpikir kritis siswa. Informasi serba cepat dan hoax bertebaran di mana-mana membuat bidang jurnalistik perlu diasah sejak dini. Melalui bidang fotografi, diharapkan siswa dapat mengasah berbahasa secara visual, mengenal simbol-simbol, kebudayaan, dan seni. Sementara itu, bidang menulis cerpen dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis sosial-budaya, mengasah empati, serta imajinasi.
Harapan kedepannya, ketiga bidang yang telah dilombakan dapat memancing bidang-bidang lainnya untuk diselenggarakan seperti tari, debat, public speaking, seni rupa dan sebagainya di tahun selanjutnya.
Lalu, bagaimana secara teknis guru menggerakkan kegiatan tersebut? Dalam e-book panduan teknis FeLSi 2021 yang diterbitkan oleh Kemdikbud, guru dapat menyiapkan/ menggerakkan siswa-siswinya dengan tahapan sebagai berikut.
a. Sosialisasi
Agar para siswa mengenal apa itu FeLSi, perlu dilakukan sosialisasi oleh pihak sekolah. Guru penggerak dapat berkoordinasi dengan para wali kelas untuk menyampaikan informasi seputar FeLSi dan tata cara mengikutinya. Agar para siswa antusias, guru sebaiknya mengemasnya dengan menarik.
b. Memilih Peserta
Kemendikbud mengumumkan bahwa sasaran peserta FeLSi merupakan peserta didik SMA/SMK sederajat di seluruh penjuru Indonesia. Kriteria peserta sudah dicantumkan dalam buku panduan FeLSi 2021 yang mempermudah guru melakukan screening terhadap murid-muridnya. Setelah kriteria umum sudah terpenuhi, guru dapat melakukan seleksi berdasar bakat dan minat siswanya. Perlu dilakukan seleksi untuk menjadi perwakilan sekolah agar mereka yang betul-betul memiliki minat dan bakat di bidang tersebut secara totalitas menjalani perlombaan.
c. Mejelaskan Kriteria Penilaian
Agar peserta terarah dalam membuat karya, guru penggerak dapat memberikan sosialisasi juga tentang kriteria penialainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan buku panduan FeLSi, menginformasikan situs-situs pendidikan seperti kejarcita.id untuk mendapatkan referensi terkait karya-karya yang dilombakan, terutama lomba cipta cerpen. Sementara itu, untuk referensi fotografi, siswa bisa diarahkan ke laman Youtube mengenai teknik pengambilan. Kemudian, bagi peserta lomba jurnalistik bisa mengunjungi laman-laman media kredibel seperti Kompas, Tempo, Suara Merdeka, dan semacamnya.
d. Melatih Peserta Menciptakan Karya
Setelah mendapatkan delegasi dari masing-masing bidang, guru harusnya memberikan pengarahan dan pelatihan sebelum mengikuti perlombaan FeLSi. Pastikan setiap delegasi bidang memiliki satu-dua pelatih yang kompeten di bidangnya.
Menciptakan karya merupakan bentuk hasil belajar, mengobservasi, dan menganalisis lingkungan. Meskipun diberikan tema yang sama, setiap individu akan melahirkan karakter karya yang berbeda bergantung proses yang mereka lalui. Baiknya guru hanya memberi arahan mengenai teknis susunan karya agar tidak membaurkan pemikiran guru itu sendiri dalam karya-karya peserta.
Berikan apresiasi atau pujian atas karya yang dihasilkan oleh para peserta. Dalam mencipta karya, biarkan mereka seimajinatif mungkin meski dalam lingkup tema yang telah ditentukan. Memberikan mereka kepercayaan dapat membentuk rasa percaya diri para peserta.
Karena di tahun 2022 festival ini dimulai pada bulan september, ada baiknya melatih para siswa yang berminat dalam ajang perlombaan nasional ini. The Need of Achievement siswa di generasi Z ini cukup tinggi akibat berkembangnya media digital. Banyak individu, terutama pelajar yang telah membangun personal branding sejak remaja. Hal ini juga dapat memancing minat siswa untuk mengikuti kompetisi-kompetisi yang ada.
e. Menanamkan Moral Value pada Peserta
Selain melatih peserta terkait dengan bidangnya masing-masing, guru penggerak perlu menanamkan moral value yang menunjang karakter para peserta. Moral value yang dimaksudkan ialah kejujuran, rasa percaya diri, keoriginalitasan, sportivitas, dan optimisme.
Moral value akan dibawa para peserta hingga masa dewasanya nanti. Oleh karena itu, sekolah sebagai rumah kedua para siswa patut memberikan pendidikan karakter juga. Sesuai dengan kurikulum terkini, pendidikan di Indonesia tidak hanya berpacu pada akademis semata, tetapi pembentukan kaerakter positif bagi para penerus bangsa.
f. Persiapan Tahap Seleksi
Guru penggerak wajib memberi informasi terkait teknis babak penyisihan. Mulai dari tahap seleksi administrasi hingga tahap final. Perlu diketahui syarat administrasi sangat menentukan siswa dapat lanjut atau tidak menuju babak final. Dalam tahap tersebut diperlukan ketelitian serta kehati-hatian, mulai dari berkas pribadi peserta hingga mengunggah karya.
Apabila peserta mampu lolos ke tahap final, guru wajib memberikan bahwa mereka yang telah lolos babak penyisihan akan diberikan pelatihan secara online sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pelatihan ini bertujuan agar peserta yang telah lolos terbekali untuk membuat karya baru untuk babak final. Situs pengunggahan karya finalis terdapat pada laman https://sma.pusatprestasinasional.kemendikbud.go.id/felsi .
FeLSi tidak hanya sebagai ajang siswa dan sekolah unjuk prestasi. Festival ini juga memberikan peluang para penerus bangsa untuk menciptakan jenis pekerjaan baru yakni pekerjaan-pekerjaan turunan dari jurnalistik, fotografi, dan kepenulisan. Seperti muda-mudi di era 90-an, mereka mungkin tidak menyangka di era milenium ada pekerjaan sebagai youtuber, ghost-writter, influencer, dan pekerja kreatif lainnya.
FeLSi juga menjadi wadah bagi mereka para pencetus ide-ide cemerlang di masa depan. Maka dari itu, berkembangnya dunia pendidikan juga harus beriringan dengan berkembangnya teknologi dan digitalisasi. Selain itu, ajang perlombaan nasional ini juga mengajarkan siswa tentang berkoneksi, bersosialisasi, serta beradaptasi. Salam pendidikan, salam kreatif, salam berkarya, majulah pendidikan Indonesia!