Ini 10 Alasan Pentingnya Sekolah Tatap Muka Menurut Guru
Sudah setahun ini murid-murid belajar dari rumah. Pandemi Corona COVID-19 membuat pembelajaran dilakukan secara daring. Meski pembelajaran secara daring ini banyak mengalami kendala, masih dianggap jalan terbaik. Pembelajaran daring atau disebut juga PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menjadi solusi terbaik agar proses pendidikan tetap berlangsung sekaligus menghindari murid-murid terkena virus yang belum ada obatnya ini.
Kendala PJJ
Meski sudah setahun dijalani, nampaknya pelaksanaan PJJ masih saja mengalami banyak kendala. Masih banyak guru yang kesulitan mengajar secara daring. Orang tua murid juga kewalahan saat mendampingi PJJ. Akibatnya, banyak murid-murid yang menurun prestasi belajarnya.
Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring juga menimbulkan banyak dampak negatif. Dampak negatif pembelajaran daring yaitu pertama, pembelajaran daring dinilai kurang efektif dan efisien.
Pembelajaran melalui daring membutuhkan usaha para siswa dan mahasiswa dalam memahami materi dan konsep yang disajikan dan disampaikan melalui video, powerpoint, dan kelas online. Kedua, keterampilan dalam penggunaan teknologi. Masih banyak pihak pengajar maupun yang diajar mengalami kebingungan dalam menggunakan media pembelajaran seperti Zoom, Google classroom, Google meet, dan lain sebagainya.
Ketiga, perkembangan teknologi yang dapat memicu adanya cyber crime pada aplikasi dan/atau platform pembelajaran daring. Keempat, munculnya tekanan dan stress yang dialami oleh siswa dan mahasiswa. Tekanan dan stress ini dipicu oleh rasa bosan karena metode pembelajaran yang dilaksanakan monoton. Di sisi lain juga adanya ketakutan masing-masing individu terhadap adanya pandemi Covid-19.
Kelima, ketidakmerataan akses di berbagai daerah, yang mana sering kali membuat siswa dan mahasiswa di daerah tertentu kesulitan dalam mengakses jaringan. Kesulitan dalam mengakses jaringan ini sangat berpengaruh dalam pemebelajaran daring terutama di kala dilaksanakannya kelas online.
PJJ nyatanya juga membuat munculnya masalah sosial baru. Banyak anak yang putus sekolah, ini karena krisis ekonomi yang dialami orang tua murid sehingga menarik anaknya dari sekolah. Ada juga orang tua yang merasa percuma membayar sekolah tetapi yang mengajari di rumah juga orang tua sendiri.
Krisis yang terjadi akibat pandemi Covid-19 juga membuat anak-anak sekolah yang terpaksa putus sekolah karena harus bekerja.
Tidak hanya itu, PJJ juga berdampak pada menurunnya capaian belajar dengan kesenjangan yang semakin lebar akibat perbedaan akses dan kualitas pembelajaran.
Hal itu belum ditambah dengan adanya kekerasan terhadap anak serta praktik pernikahan dini yang meningkat.
Rencana Pembelajaran Tatap Muka
Beberapa permasalahan tersebut mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana untuk segera membuka kembali pembelajaran tatap muka. Mendikbud Nadiem Makarim berencana memulai pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran baru, tepatnya di bulan Juli 2021 nanti.
Sebenarnya, sejak Januari 2021, pembelajaran tatap muka sebetulnya sudah dibolehkan asalkan mengantongi persetujuan pemerintah daerah. Sejak Januari 2021, pembelajaran tatap muka sebetulnya sudah dibolehkan asalkan mengantongi persetujuan pemerintah daerah.
Sejumlah sekolah yang sudah membuka pembelajaran tatap muka masih rendah yakni 15 persen. Mundur ke belakang, sekolah-sekolah yang berada di zona hijau dan zona kuning pun sudah dibolehkan menggelar pembelajaran tatap muka sejak pertengahan 2020. Akan tetapi, jumlah sekolah yang sudah melakukan pembelajaran tatap muka di dua zona tersebut juga masih sedikit.
Pendapat Guru Tentang Sekolah Tatap Muka
Rencana Kemendikbud membuka kembali pembelajaran tatap muka mendapat respon baik dari sejumlah pihak terkait. Banyak orang tua yang setuju dengan rencana ini. Orang tua banyak yang mendukung anak-anaknya untuk kembali belajar di sekolah.
Dengan kembali belajar di sekolah anak-anak bisa secara optimal. Mereka akan lebih konsentrasi belajar. Sehingga tidak akan tertinggal pendidikannya.
Lalu bagaimana dengan para guru? apakah para guru mendukung pembelajaran tatap muka di masa pandemi?.
Sejumlah organisasi guru menyatakan dukungannya terhadap vaksinasi Covid-19 bagi guru dan tenaga kependidikan sebagai syarat pelaksanaan pembelajaran tatap muka.
Berdasarkan hasil survei Kemendikbud pada 8-15 Agustus 2020, 91,4% guru secara nasional telah siap kembali mengajar secara tatap muka di sekolah. Hasil survei menurut kategori lokasi ajar menemukan 97,8% guru di daerah tertinggal dan 90,5% guru di daerah non-tertinggal mengaku siap.
Hasil survei Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) pada 24-27 November 2020 juga menunjukkan mayoritas (61%) guru setuju pembukaan sekolah secara bertahap mulai Januari 2021. Sementara, 27% guru setuju pembukaan sekolah setelah pemerintah menyediakan vaksin corona. Sedangkan, 12% guru setuju pembukaan sekolah setelah tahun ajaran baru pada Juli 2021.
10 Alasan Penting Perlunya Pembelajaran Tatap Muka Saat Pandemi Menurut Guru
1. Efektivitas Pembelajaran
Alasan pertama dan yang paling penting untuk segera diadakan pembelajaran tatap muka adalah agar pembelajaran berjalan efektif. Harus diakui bahwa selama PJJ ini, pembelajaran tidak berlangsung secara efektif. Guru tidak bisa efektif dalam mengajar. Sebaliknya, murid juga tidak bisa efektif menyerap materi pembelajaran.
2. Fokus Belajar
Belajar dari rumah membuat banyak murid tidak fokus belajar. Mereka banyak terdistraksi dengan lingkungan rumah. PJJ membuat murid-murid terhubung dengan internet, ini membuat mereka susah fokus belajar sebab teralihkan dengan media sosial.
3. Mengejar Ketinggalan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, PJJ membuat banyak murid ketinggalan pelajaran. Dengan adanya pembelajaran tatap muka, diharapkan bisa mengejar ketinggalan selama ini.
4. Mengurangi Ancaman Putus Sekolah
Risiko putus sekolah menjadi makin besar karena anak terpaksa harus bekerja membantu perekonomian keluarga di tengah krisis pandemi COVID-19. Persepsi orang tua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar juga menjadi penyebab banyak orang tua memutuskan untuk menghentikan anak sekolah. Dengan kembali masuk sekolah, ancaman putus sekolah bisa dikurangi.
5. Menekan Angka Kekerasan Pada Anak
Saat PJJ banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga yang melibatkan anak dan tidak terdeteksi karena kurangnya akses dan interaksi dengan pihak luar seperti guru. Ini akan hilang jika pelajaran tatap muka kembali diadakan.
6. Mengurangi Tekanan Psikososial
Minimnya interaksi sosial dengan guru, teman serta lingkungan, ditambah tekanan pembelajaran jarak jauh dapat menyebabkan anak stres. Ini tidak akan terjadi jika mereka bisa kembali belajar di sekolah.
7. Mengurangi Kendala Tumbuh Kembang
Perbedaan akses dan kualitas membuat kesenjangan capaian belajar terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda. Hilangnya pembelajaran tatap muka secara berkepanjangan juga berisiko terhadap pembelajaran jangka panjang baik secara kognitif maupun perkembangan karakter. Ini menjadi salah satu penting mengapa pembelajaran tatap muka perlu segera dilakukan.
8. Kemudahan Akses Sumber Belajar
Dengan kembali belajar tatap muka, baik murid dan guru tidak akan kesulitan mengakses sumber belajar. Tidak seperti saat PJJ.
9. Lebih Terkontrol
Pembelajaran tatatp muka membuat proses belajar lebih terkontrol. Sebab guru bisa secara langsung mengawasi murid-muridnya.
10. Memudahkan Praktikkum
Jika pembelajaran dilakukan dengan tatap muka, proses praktikum dan penugasan juga lebih mudah disiapkan, diatur, dan dinilai. Sebab seluruh siswa bisa dilihat secara langsung kinerja dan proses kerjanya oleh guru.
Itulah 10 alasan pentingnya sekolah tatap muka menurut guru. Agar kegiatan pembelajaran berjalan lancar, Anda bisa gunakan kejarcita. Kejarcita.id merupakan pendidikan berbasis teknologi yang memberikan berbagai kemudahan dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar.