Ice Breaking Kinestetik yang Bisa Dilakukan Saat Blended Learning
Pembelajaran secara daring yang dimulai di semua jenjang pendidikan sejak pandemi membawa banyak sekali perubahan. Kemampuan yang dibutuhkan saat mengajar blended learning ternyata sangat berbeda dengan bertatap muka secara langsung. Salah satunya adalah semakin tingginya tuntutan bagi guru untuk lebih kreatif dan melek teknologi.
Terdapat skill khusus dalam menyampaikan materi secara efektif dalam kelas daring. Tahukah Anda hal penting apa yang menunjang blended learning tapi masih banyak diremehkan oleh guru? Jawabannya adalah ice breaking.
Dalam sistem pembelajaran luring, siswa membutuhkan kesenangan saat belajar. Apalagi saa belajar secara daring. Dengan adanya ice breaking, guru dapat menyelamatkan siswa dari rasa bosan, kesulitan memahami pelajaran dari jarak jauh, serta dari rasa malas.
Menurut Said (2010), ice breaking adalah kegiatan bermain yang dapat mencairkan suasana suatu kelompok yang kaku. Ketika diterapkan di sela-sela proses belajar mengajar, kegiatan ini akan mengantarkan siswa pada gelombang otak alfa zone. Di kondisi tersebut materi akan lebih mudah diserap tanpa perlu bersusah payah.
Lalu, ice breaking seperti apa yang cocok digunakan dalam kelas daring?
Sebelum itu, perlu Anda ketahui bahwa jenis pembelajaran secara virtual terbagi menjadi dua. Ada synchronize dan unsynchronize online system. Pada synchronize system guru dan murid melaksanakan pembelajaran melalui aplikasi video conference seperti G-meet, Zoom, Skype, Webex, dsb.
Sedangkan pada unsynchronized system, guru dan murid tidak perlu bertatap muka di depan layar, melainkan melalui grup chatting seperti WhatsApp dan Telegram. Keduanya tentu sangat berbeda jenis materi dan suasana pembelajarannya. Oleh karena itu, ice breaking yang dipilih juga harus sesuai dengan sistem tersebut.
5 Ide Ice Breaking untuk Blended Learning
Dalam artikel ini, saya akan lebih fokus memberikan referensi ice breaking kinestetik. Ice breaking ini lebih cocok diterapkan dalam synchronize system.
- Tebak Gambar
Ada banyak jenis permainan dalam tebak gambar. Anda dapat menggunakan 2 gambar yang hampir mirip. Kemudian mintalah para murid untuk menemukan perbedaannya.
Ice breaking ini melatih mereka agar bisa fokus dan lebih peka pada segala sesuatu dengan lebih detail. Sediakan cukup banyak gambar yang bisa dijadikan objek permainan ini.
Jika siswa sudah mulai bisa beradaptasi, tingkatkan tantangannya dengan memberikan durasi untuk menemukan perbedaan dalam 2 gambar. Dijamin siswa jadi melek! Ga jadi ngantuk saat kelas daring.
Lalu opsi lain dari ice breaking tebak gambar adalah dengan menyediakan potongan-potongan gambar yang digabung sehingga membentuk satu kalimat. Biasanya ada clue yang diberikan di setiap gambar untuk merangkai kata-kata yang sesuai.
Semisal ada gambar jam dinding, tulisan BU, dan monyet dalam satu frame. Anda tampilkan gambarnya, lalu siswa akan merangkai kata-kata di balik gambar tersebut.
- Tebak Lagu
Selanjutnya adalah ice breaking menggunakan instrument lagu. Anda dapat menentukan apakah siswa harus menjawab judulnya atau penggalan dari lirik yang hilang dari suatu lagu.
Selama permainan ini berlangsung, agar siswa lebih bergairah, mintalah mereka untuk mengangkat tangan saat hendak menjawab. Aturan ini dilakukan hanya jika jumlah siswa dalam kelas daring sedikit. Dalam artian bisa terlihat dalam satu layar.
Namun jika jumlahnya banyak, Anda bisa meminta mereka untuk mengetiknya di kolom Zoom chatting. Penting bagi Anda untuk melakukan riset terlebih dahulu. Sesuaikan pilihan lagu yang menjadi bahan ice breaking dengan selera siswa zaman sekarang.
- Tebak Cerita dari Emoticon
Saat ini era media sosial yang banyak menggukan simbol-simbol ekspresif dalam mengirim pesan yang disebut emoticon. Peserta didik generasi sekarang tentu sudah sangat dekat dengan hal tersebut.
Jadi, agar lebih bermanfaat, kita manfaatkan sebagai bahan untuk ice breaking. Stepnya adalah menampilkan sederetan emoticon di layar yang mengandung cerita. Atau bisa juga simbol-simbol random yang harus bisa dijadikan sebuah narasi.
Semisal guru menampilkan emoticon terik matahari, cemberut, ice cream, berlari, ngiler, nangis. Dari 6 emoticon tersebut, siswa diminta untuk merangkai kalimat menjadi sebuah cerita pendek.
Misalnya, seperti contoh kalimat “Hari ini hujan tidak akan turun. Beno sedang kesal karena tidak dibelikan ice cream oleh ibunya. Dia pun berlari menjauh dari rumah sambil menangis karena ngiler ice cream tapi tidak dituruti”.
Supaya lebih seru, siswa harus menceritakannya dengan ekspresif sesuai yang ada di layar.
- Don’t Smile or Sing
Tidak kalah seru dengan permainan sebelumnya, don’t smile or sing ini mengasah kemampuan siswa dalam mengelola emosi. Selain itu juga melatih mereka untuk fokus. Meskipun terhalang layar gadget, kegiatan belajar mengajar bisa tetap menyenangkan dengan diselingi ice breaking ini. Bagaimana caranya?
Pertama-tama, Anda perlu menyiapkan banyak cerita lucu untuk diperdengarkan kepada siswa. Satu persatu cerita tersebut disampaikan. Siswa harus diam tidak bersuara sedikit pun. Meskipun sedang lucu-lucunya, siswa tidak boleh tertawa. Tersenyum sedikit pun tidak bolehh.
Nah, jika ada yang tertawa atau tersenyum, maka dia kalah. Hukuman baginya adalah bernyanyi. Anda juga bisa memperlihatkan ekspresi-ekspresi menggelitik yang mengundang tawa sebagai ganti dari cerita lucu.
- Sambung Kata
Pejuang kelas daring memang menguji kreativitas. Jangan sampai kehabisan ide untuk menghidupkan suasana belajar secara virtual. Gunakan ice breaking sambung kata untuk menyelamatkan Anda dari kebosanan.
Caranya sangat mudah. Anda tidak butuh banyak persiapkan. Cukup ucapkan satu kata kemudian siswa diminta untuk menyambung kata tersebut dengan kata yang lain. Satu siswa satu kata dan harus nyambung jadi satu kalimat.
Jika khawatir tidak tertib dalam menjalankannya, maka sebelum mulai pastika Anda sudah membuat urutan siswa dari yang pertama sampai terakhir untuk menyumbang satu kata.
Di akhir ice breaking Anda bisa membacakan hasil dari sambungan kata yang sudah mereka buat. Pasti lucu dan seru!
Lima ice breaking di atas adalah segelintir contoh yang dapat diterapkan saat kelas daring. Masih banyak ice breaking lainnya yang sangat bermanfaat untuk keberlangsungan pembelajaran.
Kelas daring memang membutuhkan banyak sekali penyesuaian. Apalagi bagi guru yang sudah terbiasa dengan kelas luring. Namun sebenarnya tidak hanya pembelajaran secara virtual saja yang memerlukan ice breaking. Dalam kegiatan belajar mengajar secara tatap muka juga perlu diterapkan.
Fungsinya tidak hanya untuk mencairkan suasana yang jenuh dalam kelas. Ice breaking juga membantu menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri para siswa. Mereka menjadi lebih aktif dan interaktif.
Komunikasi di dalam kelas bisa berlangsung secara dua arah. Dengan demikian, guru dan peserta didik bisa lebih dekat dan saling mengenal. Begitu pun antar satu siswa dengan siswa lainnya.
Jadi, guru dapat lebih mengexplore diri selama mengajar. Siswa senang, guru senang, materi pun akan semakin mudah dicerna dengan optimal.