Dampak Positif dan Negatif dari Penghapusan Ujian Nasional untuk Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan di Indonesia bisa dibilang masih belum mempunyai standar yang paten. Hal tersebut terbukti setiap pergantian menteri, pasti ada kebijakan yang berubah dalam sistem pendidikan kita. Baik dalam hal kurikulum atau hal lainnya. Hal ini yang menjadi salah satu penghambat sistem pendidikan kita yang masih tertinggal jauh dengan negara tetangga. Salah satu yang selalu menjadi topik utama sekaligus perdebatan setiap pergantian menteri pendidikan adalah penghapusan ujian nasional. Seperti yang kita ketahui, ujian nasional atau sering kita sebut dengan istilah UN, dijadikan tolak ukur pemetaan pendidikan di Indonesia. Selain itu, nilai ujian nasional juga dijadikan standar keberhasilan hasil belajar para siswa.
Seperti yang sudah dibahas di atas, ujian nasional masih menjadi standar tolak ukur keberhasilan siswa dan juga sekolah. Hal ini yang menjadikan perdebatan pihak pro dan kontra setiap wacana penghapusan ujian nasional digaungkan. Akan tetapi, hal tersebut sirna setelah Bapak Nadiem Makarim menjabat menjadi menteri pendidikan. Seorang Nadiem Makarim yang dianggap sosok yang visioner, diharapkan bisa merubah sistem pendidikan di Indonesia menjadi jauh lebih baik dan terarah. Salah satu terobosan menteri yang menciptakan jargon “merdeka belajar” ini adalah menghapus ujian nasional.
Bapak Nadiem berdalih bahwa ujian nasional bisa diganti dengan asesmen yang dilakukan selama proses pembelajaran. Keputusan penghapusan ujian nasional itupun akhirnya disetujui, dan sedianya akan dilaksanakan pada tahun 2021. Sehubungan dengan pandemi yang masih melanda, pelaksanaannya dimajukan ke tahun 2020.
Dengan dihapusnya ujian nasional, sudah pasti akan berdampak dengan sistem pendidikan kita. Baik itu dari pihak sekolah, siswa, atau dari pihak pemerintah untuk menyiapkan sistem pendidikan yang baru. Jika ditelaah lebih lanjut, berikut ini beberapa dampak positif dan negatif dari penghapusan ujian nasional :
- Pemerataan Mutu Pendidikan
Sebelum ujian nasional ditiadakan, baik sekolah maupun siswa berlomba-lomba mendapatkan hasil ujian yang maksimal. Oleh karena hal tersebut, akan menjadi prestasi tersendiri bagi pihak sekolah, jika para siswanya mendapatkan nilai terbaik dalam ujian nasional. Hal ini tidak akan terjadi lagi jika ujian nasional dihapus. Kompetisi nilai antar sekolah akan digantikan dengan prestasi lain dari segala aspek. Hal tersebut salah satu yang diharapkan Bapak Nadiem Makarim selaku menteri pendidikan untuk memeratakan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Peningkatan Mutu Pengajar
Dengan adanya penghapusan ujian nasional, diharapkan para guru mempunyai inovasi dan kreativitas dan proses belajar mengajar. Mereka harus memahami setiap bakat dan potensi dari masing-masing siswa selama proses pembelajaran sebagai penilaian asesmen. Ini membuat anak-anak yang tidak hebat secara akademis, bisa mempunyai kesempatan umtuk menonjolkan keahlian mereka di bidang lain. Para guru diharapkan memiliki kepekaan terhadap bakat siswa, dan bisa mengarahkan atau men-stimulasi-nya agar maksimal.
3. Peningkatan sarana dan prasarana
Salah satu tujuan pemerintah menghapus ujian nasional adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia yang lebih unggul tanpa melihat faktor angka semata. Dengan demikian, peran pemerintah juga diperlukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana dalam mendukung sistem pembelajaran, seperti laboratorium, perpustakaan, tenaga pendidik yang berkualitas, dan sebagainya. Anak-anak diberi ruang untuk ber-eksperimen dan menampilkan bakat mereka. Pemerintah melalui pihak sekolah bertugas memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana, agar tujuan ini bisa tercapai.
4. Berkurangnya beban psikologis
Dengan dihapusnya ujian nasional, siswa dan guru tidak lagi terbebani dengan target ujian nasional. Jika sebelumnya, siswa harus mengikuti pelajaran tambahan di sekolah, ataupun di lembaga belajar di luar sekolah untuk mendapatkan hasil maksimal dalam ujian nasional. Selain itu, guru juga dituntut untuk lebih ekstra dalam penyampaian materi agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat menjadi beban psikologis bagi siswa dan guru. Dengan penghapusan ujian nasional ini, hal tersebut tidak terjadi lagi. Siswa dan guru tidak terbebani dengan penambahan materi yang biasanya dilakukan menjelang diadakannya ujian nasional.
5. Adanya keadilan dalam sistem pendidikan
Dalam ujian nasional, siswa diberikan soal yang sama di seluruh Indonesia sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Padahal jika dilihat, sistem pendidikan kita belum merata. Jangankan di seluruh Indonesia, antara desa dan kotapun terjadi kesenjangan yang sangat mencolok. Dengan dihapusnya ujian nasional, setiap sekolah berhak memberikan tolak ukur sendiri kepada para peserta didiknya.
Hal tersebut akan lebih adil jika dibandingkan harus dilihat dari nilai hasil ujian nasional semata. Buku-buku pelajaran yang digunakan pun berbeda antar daerah. Bahkan, di beberapa wilayah Indonesia Timur, para guru tidak ada buku pegangan sebagai acuan untuk mengajar siswa. Mereka hanya berpatokan pada buku sekian tahun yang lalu, yang tidak update secara kurikulum
6. Lebih menghargai makna belajar yang sebenarnya
Selama ini dalam masyarakat kita sudah tertanam teori bahwa keberhasilan para siswa tergantung pada nilai yang mereka dapatkan ketika ujian. Hal ini yang menjadikan para siswa, guru, maupun orang tua berlomba-lomba agar mendapat nilai maksimal dalam ujian bagaimanapun caranya. Tanpa mereka sadari, bakat dan keterampilan juga sangat dibutuhkan. Dengan adanya penghapusan ujian nasional, penilaian-penilaian yang bersifat angka tersebut akan semakin pudar, dan diharapkan masyarakat, khususnya para siswa dan orang tua menyadari betapa pentingnya bakat dan ketrampilan untuk masa depan.
7. Berkurangnya minat belajar siswa
Di satu sisi, ketika penilaian angka sudah tidak lagi menjadi prioritas utama, dikhawatirkan akan menjadikan para siswa tidak mempunyai keinginan berkompetisi. Mereka akan lebih santai dalam menerima pelajaran. Kurangnya disiplin dalam mengikuti pelajaran, dan bagi beberapa siswa, malah menurunkan minat belajar. Hal ini yang sering dibahas oleh pihak yang tidak setuju dengan adanya penghapusan ujian nasional.
Siswa yang masih tergolong anak-anak ini, secara kejiwaan masih labil. Mereka akan mudah dipengaruhi untuk mengabaikan pelajaran di sekolah. Tidak adanya ujian nasional membuat mereka merasa bahwa tidak ada 'target' yang harus dicapai di sekolah. Bukankah dulu, anak-anak ditargetkan untuk lulus ujian nasional di sekolah masing-masing?
Itulah beberapa dampak positif dan negatif dengan dihapusnya ujian nasional dari sistem pendidikan di Indonesia. Terlepas dari hal-hal tersebut, kita berharap semoga pendidikan di Indonesia semakin merata dan maju demi terciptanya masa depan penerus bangsa. Jangan sampai peniadaan ujian nasional justru membawa kemunduran bagi mutu pendidikan Indonesia. Tentu saja hal ini membutuhkan kerja sama berbagai pihak. Mulai dari orang tua yang harus memperhatikan kegiatan anak-anak di rumah, para guru yang harus lebih peka terhadap minat dan bakat anak-anak, serta pemerintah sebagai pembuat program dan penyedia fasilitas bagi dunia pendidikan. Sudah siapkah kita untuk bersinergi bersama?