Cooperative Learning dalam Memotivasi Belajar Siswa
Mampu menghasilkan lulusan terbaik dengan karakter mulia adalah dambaan semua pihak, kepala sekolah, guru, orang tua, siswa bahkan pemerintah sekalipun. Karena hal itu banyak cara yang dilakukan oleh guru melalui remedial, bimbingan belajar khusus, bahkan les privat untuk siswa yang membutuhkan perhatian lebih. Salah satu sebab hasil belajar kurang optimal adalah gaya belajar yang digunakan guru. Terkadang gaya belajar yang dilaksanakan oleh guru belum sesuai dengan siswanya. Hal itulah yang membuat siswa kurang memiliki motivasi belajar.
Nah, salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode cooperative learning. Dengan menggunakan metode cooperative learning ini akan banyak bermanfaat bagi guru dan siswa untuk menumbuhkan motivasi belajar.
Apa itu cooperative learning?
Sebuah metode pembelajaran dengan memberikan tugas pada siswa yang lebih pandai untuk menjelaskan dalam sebuah kelompok kecil, dengan hasil diskusi yang akan dipresentasikan di depan kelas. Hasil diskusi tersebut akan ditanggapi secara bersama-sama hingga menghasilkan proses belajar yang aktif dan dinamis.
Cooperative learning bisa juga diartikan sebagai pembelajaran gotong royong, seperti yang dikatakan oleh Robert Slavin, cooperative learning adalah suatu sistem pembelajaran yang konstruktivis. Sedangkan pembelajaran konstruktivis adalah sebuah teknik pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mencari pengetahuan secara aktif, siswa yang dengan aktif mencari atau memahami apa yang ia dapatkan secara mandiri.
Teknik itu sangat dianjurkan untuk dilaksanakan karena komunikasi antar siswa akan lebih mudah dipahami, karena jika siswa yang secara aktif mencari pengetahuan tanpa sadar akan sangat mudah dipahami oleh siswa lainnya. Metode itu dilakukan untuk mempermudah dan memancing motivasi siswa untuk belajar. Cara menjelaskan antara siswa dengan siswa akan lebih mudah dipahami daripada siswa dan guru. Dengan cara itulah siswa akan mudah termotivasi untuk lebih maju, ia akan lebih mampu menghargai dan mendengar pendapat orang lain.
Bagaimana cara menerapkan cooperative learning?
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan cooperative learning, dalam penelitian yang dilakukan oleh Slavin. Yang mengemukakan bahwa anak yang menggunakan sistem pembelajaran cooperative learning akan lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Nah, dibawah ini ada beberapa jenis cooperative learning yang dapat diterapkan, antara lain :
1. Jigzaw
Model cooperative learning satu ini dilakukan dengan cara siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar yang berisi 4-6 anak. Dalam kelompok ini terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok asal ialah sebuah kelompok siswa yang beranggotakan dan berlatar belakang beragam. Sedangkan kelompok ahli ialah sebuah kelompok siswa yang mampu ditugaskan atau diberi materi untuk dijelaskan pada anak-anak dari kelompok asal.
2. STAD (Student Team Achivement Division)
Salah satu model cooperative learning yang menekankan aktivitas dan interaksi antar siswa untuk saling memotivasi dan membantu menguasai materi untuk mencapai tujuan bersama yang maksimal.
3. TGT (Team Game Tournamen)
Seperti halnya namanya model cooperative learning kali ini lebih mengajak siswa untuk bermain game dalam turnamen. Permainan ini berisi tentang game yang mengacu pada soal yang harus dikerjakan satu kelompok dan dikumpulkan dan ditanggapi oleh anak lainnya.
4. GI (GROUP Investigation)
Sebuah model cooperative learning yang sangat komplek. Karena model ini memadukan beberapa sistem pembelajaran seperti prinsip belajar kooperatif, pembelajaran berbasis konstruktivis, dan pembelajaran demokratis. Hal ini akan membuat siswa terlibat aktif dari awal hingga akhir. Membuat siswa akan lebih kreatif, pemikir kritis, analisis dan sangat produktif.
5. NHT (Number Head Togheter)
Sebuah model cooperative learning yang menjadi hasil pengembangan model TGT. Cooperative learning ini memiliki ciri khusus yakni pembelajaran kelompok melalui bagaimana cara menyelesaikan tugas dengan saling berbagi ide atau sharing. Tidak hanya itu, salah satu anggota akan memastikan bahwa ia juga benar-benar paham dan menguasai tugas yang diberikan.
6. TPS (Think Pair Share)
Sebuah model cooperative learning yang dikemukakan oleh Frank T. Lyman, sebuah model pembelajaran yang memungkinkan semua anggotanya untuk mengajukan sebuah pertanyaan. Siswa akan diminta untuk bisa berdiskusi tentang apa yang telah dipikirkan. Dengan begitu guru akan mengumpulkan pertanyaan dan melakukan atau mencari jawaban dibantu oleh siswanya.
Penerapan cooperative learning ini bisa dilaksanakan di semua jenjang dan satuan pendidikan, seperti jenjang SD, SMP, SMA bahkan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Akan tetapi setiap jenjang pendidikan harus memiliki strategi dalam melaksanakan cooperative learning, untuk jenjang SD dalam melaksanakan cooperative learning membutuhkan perhatian khusus karena berhubungan dengan tahap awal mendidik siswa untuk berani berkomunikasi dan bersosialisasi dengan temannya.
Sedangkan untuk jenjang SMP dan SMA ini sangatlah penting dan akan sangat bermanfaat karena akan membentuk karakter siswa yang mampu mengemukakan pendapat, berani tampil presentasi dengan penuh percaya diri. Dan untuk jenjang perguruan tinggi akan sangat bermanfaat karena mampu membentuk karakter yang aktif dan inovatif.
Manfaat Pembelajaran dengan Cooperative Learning
Setiap metode pembelajaran tentu memiliki manfaat atau kelebihannya sendiri, termasuk pembelajaran dengan cooperative learning. Adapun berikut ini merupakan beberapa manfaat pembelajaran dengan cooperative learning, yaitu:
1. Dapat meningkatkan kepekaan serta setiakawan siswa
Pembelajaran cooperative sangat menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa, karena mereka bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Hal ini menumbuhkan dan meningkatkan kepekaan serta setiakawan anak.
2. Siswa memiliki kecerdasan sosial dan emosional
Pembelajaran cooperative membutuhkan interaksi dan kerja sama, hal ini memungkinkan setiap siswa untuk belajar tentang sikap, keterampilan, informasi, pandangan dan perilaku sosial. Tentu ini sangat berguna ketika mereka masuk ke lingkungan masyarakat, di mana mereka bisa berosialisasi dengan baik dan memiliki kecerdasan emosional yang baik untuk menghadapi lingkungan yang berbeda-beda.
3. Membentuk karakter anak lebih baik
Cooperative learning ampuh membentuk karakter anak lebih baik secara moral dan akhlak. Karena dengan adanya cooperative learning siswa akan banyak belajar berbagai hal, baik yang bersifat umum ataupun khusus. Siswa akan lebih kreatif dan inovatif dalam berbagai hal baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
4. Membantu siswa mencapai pembelajaran
Cooperative learning adalah salah satu metode pembelajaran yang baik dan menyenangkan dan bisa membantu siswa mencapai pembelajaran dengan optimal. Dengan metode ini, siswa bisa berkolaborasi dan bertukar pikiran dengan lainnya dalam mencaritahu pengetahuan baru. Sehingga mereka mendapatkan sumber materi pelajaran yang beragam. Tentu ini memperluas pikiran mereka.
Nah, bisa disimpulkan bahwa cooperative learning akan sangat membantu memancing motivasi siswa untuk belajar. Mengapa demikian? Karena sistem yang digunakan sangat cocok untuk siswa, dengan begitu siswa akan mudah termotivasi dan akan lebih mampu memahami pembelajaran secara jelas dan tegas. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi siswa, dengan begitu hasil belajar yang didapatkan juga akan lebih banyak.