Berikut 7 Tips Menghindarkan Kebiasaan Phubbing pada Siswa
Kehadiran smartphone membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Teknologi yang awalnya hanya bertujuan untuk berkomunikasi jarak jauh ternyata mengalami perkembangan yang fantastik. Saat ini kita tidak hanya saling bertukar kabar dan mendapatkan informasi dengan lebih cepat. Namun, berbelanja hingga rekreasi pun dapat kita lakukan melalui sentuhan jempol.
Ketersediaan fungsi layanan dalam smartphone yang semakin variatif juga memiliki risiko yang beragam. Salah satu risiko itu adalah kebiasaan phubbing yang sangat mengkhawatirkan efeknya. Terlebih lagi jika dialami oleh anak yang masih dalam fase belajar di sekolah.
Apakah Phubbing Itu?
Phubbing berasal dari kata phone dan snubbing. Gangguan psikososial yang menyakiti orang lain ini terjadi karena pelaku (phubber) terlalu fokus dengan smartphone-nya. Hal ini menimbulkan keresahan sebab phubber mengabaikan obrolan saat bertatap muka secara langsung. Kecanduan pada smartphone dan internet membuat relasinya dengan teman, pasangan, dan keluarga tidak berjalan mulus.
Karadag (2015) memaparkan dalam tulisannya tentang phubbing dengan sebuah penggambaran. Ia mendeskripsikan pelaku phubbingadalah setiap pribadi manusia yang selalu melihat gadgetnya ketika berbicara dengan orang lain. Mereka mengabaikan komunikasi interpersonalnya karena sibuk memperhatikan notifikasi sosmed atau pun kecanduan bermain game online.
Fenomena phubbing bisa kita temukan di mana-mana. Setiap kali kita pergi ke tempat umum, kita melihat sekumpulan orang-orang yang duduk bersama namun perhatiannya justru pada gawai. Dari orang-orang tersebut, tentu ada yang menjadi korban. Mungkin ada yang merasa diacuhkan, tidak dihargai, bahkan bisa pada level kesalahpahaman yang menimbulkan konflik yang pelik. Semua kalangan berpotensi kecanduan pada teknologi ini. Mulai dari anak kecil hingga orang lansia. Akan tetapi, para remaja yang lebih dominan terjangkit perilaku phubbing.
Bagaimana Meminimalisasi Perilaku Phubbing pada Siswa?
Sebelum fitur di telepon genggam semakin beragam dan akses internet kian mudah, phubber melakukannya sebagai pelarian. Sebagai contoh, merasa bosan saat menunggu antrean, melakukan perjalanan seorang diri, dan cara menghindar dari situasi yang tidak nyaman. Namun, saat ini kebiasaan tersebut menjamur pada ruang yang lebih luas, terutama di kalangan remaja. Mereka tidak hanya fokus pada gawai saat butuh atau bosan saja. Hampir setiap saat waktunya dihabiskan dengan berkutat dengan ponsel pintar. Beragam hal yang bahkan tidak penting membuat mereka berselancar di dunia maya.
Generasi Z yang lahir di era 20-an adalah kelompok paling rentan memiliki kebiasaan phubbing. Perilaku menyimpang ini banyak menimbulkan keresahan bahkan konflik yang berkepanjangan. Mereka melakukannya tidak hanya di luar kelas, tetapi saat mengikuti pelajaran. Ketika guru sedang memberikan penjelasan tentang materi, tidak jarang siswa terus melihat smartphone. Biasanya gawai mereka simpan di saku agar lebih mudah mengambil dan melihatnya secara diam-diam.
Lalu, bagaimana guru mengatasinya? Berikut ini tips untuk menghindarkan siswa berperilaku phubbing.
1. Mengurangi Tugas yang Berhubungan dengan Smartphone
Kendati pun dengan adanya internet dan gadget yang mempermudah pembelajaran, sebaiknya guru tidak sering menuntut siswa untuk mengaksesnya. Pemanfaatan teknologi ini cukup difokuskan pada proses pembelajaran secara proporsional. Hindari memberi tugas yang menjebak mereka pada kesenangan bermain smartphone.
Terapkan peraturan dalam kelas untuk tidak menyalakan smartphone kecuali dibutuhkan untuk kegiatan belajar. Beri sanksi yang tegas jika ada yang melanggarnya agar jera. Tekankan bahwa sanksi tersebut bukan karena mereka menyalakan handphone, tetapi karena tidak menghargai orang lain.
2. Menunjukkan Pentingnya Berkomunikasi Secara Face to Face
Komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan setiap orang untuk menjalin hubungan yang baik. Kebutuhan akan afeksi atau kasih sayang juga menjadi alasannya. Saat ini para remaja memang lebih banyak yang memperluas relasinya melalui media sosial dan pesan instan. Penggunaan internet yang terus menerus membuat eksistensi mereka di dunia maya lebih menonjol dari pada di dunia nyata.
Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Hojjat & Moyer (2017), komunikasi face to face akan memberikan dampak kedekatan yang lebih mendalam. Di sisi lain, komunikasi yang menggunakan media seperti chatting, video call, pesan suara, dan sebagainya hanya mendukung terbentuknya sebuah hubungan. Namun, aktivitas tersebut tidak membentuk keintiman. Oleh karena itu, perlu dibiasakan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara langsung. Lakukan hal ini dalam metode pembelajaran.
3. Menunjukkan Dampak Phubbing
Salah satu langkah penting untuk menyadarkan siswa tentang tidak baiknya melakukan phubb adalah dengan memperlihatkan dampaknya. Guru dapat menunjukkannya melalui video motivasi atau meminta siswa yang menjadi korban phubbing untuk mengutarakan kekecewaannya.
Ketika di dalam kelas ada siswa yang kepergok bermain gadget, langsung suruh mereka untuk menerangkan kembali penjelasan materi yang telah berlangsung. Jangan khawatir jika anak didik tersebut merasa kesulitan melakukannya. Dari pada menyita smartphone-nya, lebih baik menegurnya dengan cara yang edukatif. Dengan demikian, phubber akan melihat lebih sadar akan dampak dari perbuatannya.
4. Tidak Bermain Gadget di Depan Siswa
Guru adalah teladan bagi siswa. Sudah semestinya tenaga pengajar bisa menjadi role model untuk mereka dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam beretika. Jika Anda ingin meminimalisasi perilaku buruk siswa seperti phubbing, introspeksi diri lah terlebih dahulu.
Apakah Anda sering mengoperasikan gadget di saat siswa butuh perhatian Anda? Apakah Anda sering melihat smartphone di sela-sela pembelajaran berlangsung?
Apabila jawabannya iya, sudah barang tentu siswa akan mencontoh perilaku tersebut. Mulailah dari diri Anda sendiri, kemudian tunjukkan pada siswa bahwa perilaku phubbing adalah sebuah gangguan sosial yang harus dihindari.
5. Mendorong Siswa Menjadi Produktif
Kesenangan siswa pada aktivitas di dunia maya juga perlu diarahkan pada hal-hal yang produktif. Mulailah mencari tahu ketertarikan mereka. Sebagai contoh, siswa sering phubbing dengan melakukan editing foto atau video untuk konten instagram, maka dukung skill tersebut. Bukan berarti membiarkan mereka terus melakukan phubbing, tetapi mendampingi mereka untuk melakukannya sesuai porsi.
Tidak hanya dalam hal akademik, pada kegiatan nonakademik pun sangat dianjurkan untuk berkelompok. Rasa tanggung jawab serta saling menghargai bisa terbentuk dalam dirinya.
6. Memberi Tugas Kelompok
Opsi berikutnya adalah dengan memperbanyak tugas berkelompok. Selain melatih kekompakan antarsiswa, trik ini dapat mengurasi sisi individualis mereka. Aktivitas ini memicu semakin seringnya komunikasi interpersonal antar siswa dan mengalihkan mereka dari gawai.
7. Melakukan Pendekatan CBT
Cognitive Behaviour Teraphy (CBT) merupakan suatu treatment yang cocok untuk para phubber. Terapi ini dilakukan dengan memperhatikan aspek kognitif siswa untuk mengubah pola pikirnya menjadi lebih rasional. Faktanya, remaja yang melakukan phubbing cenderung terdistorsi untuk terus melihat ponselnya. Meskipun tidak ada hal yang penting, ia tetap merasa perlu mengeceknya.
Fokus perhatian pendekatan CBT adalah peran kognitif dalam mempertimbangkan keputusan untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan penelitian, penyimpangan perilaku pada diri manusia bisa terjadi sebab adanya gangguan pada fungsi kognitif. Oleh karena itu, guru BP maupun wali kelas sebaiknya memilih cara ini untuk mengurangi bahkan menyembuhkan siswa dari phubbing.
Kebiasaan baik perlu dibentuk dengan dukungan lingkungan yang baik pula. Barangkali, siswa yang melakukan phubbing merasa kesepian di rumah sehingga ponsel menjadi pelariannya. Maka, di sekolah jangan sampai rasa kesendirian tersebut juga dirasakannya. Itulah pentingnya seorang guru mengenal kepribadian siswa dan memaksimalkan peran dalam membentuk pribadi yang lebih baik.
Phubbing adalah masalah yang serius jika tidak segera ditangani. Lakukan pencegahan dari sekarang sebelum terlambat.