Bentuk Nasionalisme dan Contohnya yang Harus Diajarkan pada Siswa
Pengertian nasionalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu paham untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air bangsa dan negaranya sendiri. Rasa cinta yang dimaksud yaitu cinta terhadap bagian dari negara seperti budaya, bahasa, dan lainnya. Sikap nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap warga negara khususnya generasi muda dan harus ditanamkan sejak dini. Dengan begitu, setiap warga negara memiliki kesetiaan mendalam terhadap negara dan bangsanya.
Namun sayangnya, tak sedikit anak muda yang belum memahami makna nasionalisme dengan baik, bahkan banyak dari mereka pula yang bersikap apatis terhadap negara. Tentu ini menjadi PR bagi kita semua dalam menciptakan generasi nasionalisme, diperlukan kerjasama yang baik antara orangtua, guru, dan sekolah dalam menanamkan dan menumbuhkan sikap nasionalisme anak.
Bentuk-Bentuk Nasionalisme
Sikap nasionalisme atau cinta tanah air dan bangsa sangat penting dimiliki oleh setiap individu dan sudah seharusnya ditanamkan sejak sedini mungkin, salah satunya melalui pendidikan. Dengan rasa cinta tanah air, rakyat dan negara memiliki rasa saling menjaga untuk mencapai tujuan bersama. Jika setiap individu bernegara memiliki rasa nasionalisme yang tinggi maka akan memberikan dampak terjaganya persatuan dan kesatuan negara.
Anak-anak muda harus memiliki sikap nasionalisme, karena mereka akan menjadi penerus bangsa. Jangan sampai sikap ini luntur dan membuat pertahanan negara menjadi lemah.
Sekolah dan guru berperan penting untuk menanamkan sikap nasionalisme siswa. Berikut ini merupakan beberapa bentuk nasionalisme yang harus diajarkan, di antaranya yaitu:
1. Nasionalisme Kewarganegaraan
Nasionalisme kewarganegaraan adalah suatu bentuk nasionalisme di mana negara mendapat kebenaran politik dari keikutsertaan rakyat dan kehendak rakyat atau perwakilan politik rakyat. Selain disebut sebagai nasionalisme kewarganegaraan, nasionalisme ini juga disebut dengan nasionalisme sipil.
Mulanya teori ini dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau. Setelah itu, teori ini lebih dibangun dan menjadi bahan-bahan tulisan. Buku berjudul "Du Contract Sociale" (atau "Tentang Kontrak Sosial" dalam Bahasa Indonesia) adalah salah satu tulisan yang terkenal.
2. Nasionalisme Etnis
Nasionalisme etnis adalah jenis nasionalisme di mana negara dapat memiliki kebenaran politik yang sumbernya dari budaya atau etnis asal suatu masyarakat/warga. Bisa dikatakan juga sebagai etno-nasionalisme.
Konsep ini dibangun oleh Johann Gottfried von Herder. Konsep yang diperkenalkan adalah konsep Volk atau yang artinya “rakyat” dalam Bahasa Jerman.
Gagasan utama yang diangkat dari kelompok nasionalis etnis adalah bahwa bangsa didefinisikan oleh warisan budaya yang sama, yang biasanya mencakup bahasa dan agama yang sama, dan juga nenek moyang etnis bersama.
Gagasan ini berbeda dari gagasan "bangsa" yang berdasarkan budaya. Gagasan tersebut memungkinkan seseorang dari etnis lain untuk bisa berasimilasi dengan etnisnya. Berbeda juga dengan nasionalisme linguistik di mana definisinya adalah "bangsa" berdasarkan bahasa yang dituturkan.
Negara-negara yang memiliki hukum repatriasi dapat kita temui nasionalisme etnis di dalamnya. Contoh negara tersebut adalah Armenia, Bulgaria, Kroasia, Yunani, Irlandia, Malaysia, dan Turki.
3. Nasionalisme Romantik/Organik/Identitas
Bentuk nasionalisme romantik/organik/identitas ini adalah negara yang memiliki kebenaran politik secara organik. Ini artinya hasil dari suatu bangsa/ras menurut dari semangat romantismenya. Bentuk nasionalisme ini adalah lanjutan dari nasionalisme etnis. Keadaan ini adalah di mana negara mendapat kebenaran politik secara semula jadi atau organik hasil dari bangsa/ras, menurut semangat romantisme.
Nasionalisme ini bergantung kepada perwujudan budaya etnis, budaya ini menepati idealisme romantik. Ada cerita tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik ini. Cerita tersebut misalnya adalah cerita "Grimm Bersaudara" yang ditulis oleh Herder, koleksi kisah-kisah ini merupakan yang berkaitan dengan etnis Jerman.
4. Nasionalisme Budaya
Bentuk dari nasionalisme budaya adalah negara yang memiliki kebenaran politik, asalnya kebenaran politik itu adalah dari budaya bersama. Kebenaran politik ini juga bukan dari sifat keturunan, contohnya seperti ras, warna kulit, dan lain-lain.
Contoh dari nasionalisme ini adalah rakyat Tionghoa, mereka menganggap negara itu sesuai kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan, kumpulan Manchu serta ras-ras minoritas lain sudah dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok.
Kesediaan Dinasti Qing membuktikan keutuhan budaya Tionghoa untuk mempergunakan kebudayaan Tionghoa. Malahan, banyak sekali rakyat Taiwan menganggap diri mereka sendiri sebagai nasionalis Tiongkok. Hal ini terjadi karena persamaan budaya mereka, tetapi di sisi lain mereka menolak RRC karena pemerintahan RRC memiliki paham komunisme.
5. Nasionalisme Kenegaraan
Bentuk dari nasionalisme kenegaraan adalah masyarakatnya yang memiliki perasaan nasionalisme yang kuat. Mereka juga diberi keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan diri mereka sendiri.
Nasionalisme kenegaraan juga banyak sekali berhubungan dan digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik itu kuat sehingga lebih dalam keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
6. Nasionalisme Agama
Nasionalisme agama ini bentuknya adalah dari adanya persamaan agama, negara memiliki legitimasi politik. Walaupun begitu, nasionalisme agama adalah hasil campur aduk dari nasionalisme kewarganegaraan.
Misalnya dengan yang terjadi di Irlandia, semangat nasionalisme asalnya dari persamaan agama yaitu agama Katolik. Namun, kumpulan nasionalis agama ini hanya sebagai simbol dan bukan sebagai motivasi utama.
Contoh Perilaku Nasionalisme
Nasionalisme bukan sekadar kata "Cinta Tanah Air dan Bangsa", "Aku cinta Indonesia", dan lainnya, tetapi perlu bukti dengan berperilaku yang sesuai sikap nasionalisme. Seseorang yang memiliki nasionalisme yang tinggi akan setia untuk bangsa dan negara serta melakukan hal terbaik sebagai warga negara.
Sikap nasionalisme akan terlihat dalam perilaku sehari-hari di mana orang yang berjiwa nasionalisme juga akan menunjukkan sikap patuh hukum serta cinta pada budaya sendiri. Berikut ini merupakan beberapa contoh perilaku nasionalisme yang bisa diajarkan, di antaranya yaitu:
Sikap Nasionalisme di Lingkungan Keluarga
- Menyayangi dan menghargai orang tua
- Membantu orangtua dalam mengerjakan tugas sehari-hari
- Menjaga nama baik keluarga
- Mendengarkan nasihat yang diberikan orangtua
- Mengajak anggota keluarga untuk memiliki sikap nasionalisme pada lingkungan masyarakat dan negara
Sikap Nasionalisme di Lingkungan Sekolah
- Mengikuti dan menghargai upacara bendera dengan baik
- Melakukan tata tertib dan tidak melanggar aturan sekolah
- Menghormati bapak atau ibu guru saat di kelas maupun di luar kelas
- Membantu menjaga lingkungan kelas agar tetap stabil dan kondusif
- Membantu teman yang kesulitan dan menjalin persahabatan dengan lingkungan
Sikap Nasionalisme di Lingkungan Masyarakat, Berbangsa dan Bernegara
- Menghormati bendera negara Indonesia
- Menghargai dan menghormati jasa para pahlawan dengan tidak mengolok-olok atau membuat lelucon pahlawan
- Menghargai lagu kebangsaan dan lagu nasional lainnya
- Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri
- Menjaga ketertiban dan mematuhi aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat
- Mengetahui, mematuhi hukum negara
- Menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan bangsa dalam lingkungan masyarakat
- Membantu melestarikan budaya Indonesia dengan mempelajari dan membagikannya ke orang lain
Itulah beberapa hal mengenai bentuk nasionalisme dan contohnya yang perlu diajarkan pada siswa. Dalam membiasakan siswa berperilaku nasionalisme, guru juga bisa menjadi teladan atau contoh bagi siswa-siswi. Guru perlu berperilaku nasionalis agar siswa bisa mengikutinya.