Bagaimana Cara Orang Tua Menghadapi Anak yang Sering Buat Masalah?

parenting 3 Mei 2023

Rumah tangga yang harmonis adalah harapan setiap pasangan, bentuk rumah tangga harmonis itu, yaitu mempunyai pasangan yang setia, anak-anak yang berakhlak mulia, hingga ekonomi yang mapan tiada kurang suatu apapun. Memiliki anak juga merupakan tujuan utama setiap rumah tangga, ekonomi yang mapan tanpa kehadiran seorang anak akan terasa hampa dan gersang. Apa lagi maraknya gaya hidup childfree di masa sekarang. Oleh karena itu, anak adalah penerus estafet perjuangan, dengan kehadiran seorang anak maka sebuah keluarga menjadi sebuah bangunan yang utuh.

Hadirnya seorang anak dalam sebuah keluarga sepaket dengan tugas dan tanggung jawab terhadap anak itu sendiri. Keluarga adalah tempat anak belajar pertama kali dalam sebuh tatanan sosial dan ibu adalah guru utama bagi anak-anaknya. Sebagaimana pepatah mengatakan wanita adalah pondasi suatu negara atau peradaban, apabila kualitas wanitanya baik maka generasi penerusnya akan sama baiknya pula.

Namun, mendidik anak tidaklah semudah membalikan telapak tangan, karena anak bukanlah boneka yang bisa kita bentuk sesuai kehendak sebagai orang tua. Anak adalah pribadi kecil yang memiliki rasa dan hati, pikiran dan kemauan sehingga ketika kita mendidik dan membimbingnya kita harus bisa memahami kepribadiannya dengan baik tanpa memaksakan ego kita sebagai orang tua.

Salah satu ujian dalam mendidik seorang anak adalah ketika anak sering membuat masalah baik dalam keluarga, sekolah, maupun di lingkungan sekitar. Tahap ini benar-benar menguji kesabaran orang tua, karena orang tua tidak paham apa yang menyebabkan anak sering membuat masalah.

Untuk mengatasi hal tersebut, orang tua harus mengetahui penyebab dan langka yang akan dilakukank untuk menuntaskan masalah yang dilakukan anak. Adapun langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk menghadapi anak-anak yang sering buat masalah sebagai berikut:

1.  Pahami Latar Belakang Anak Membuat Masalah

Anak adalah sosok manusia kecil yang memiliki perasan dan hati, kemauan, dan juga pikiran. Sebagai manusia, anak ingin dihargai dan diperhatikan oleh orang terkasih,Apalagi dengan orangtuanya yang merupakan sosok yang paling dekat dalam hidupnya.

Namun, sebagaian orang tua cenderung mengabaikan hak anak untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian ini. Dengan dalih sibuk bekerja maupun tidak punya banyak waktu, orang tua melimpahkan pendidikan kepada sekolah dan pengasuhan kepada pembantu atau tempat penitipan anak. Padahal sosok yang paling dibutuhan seorang anak adalah orang tuanya terutama ibu. Tidak lupa peran seorang ayah juga penting agar anak tidak memiliki kondisi fatherless.

Seorang anak tidak akan membuat masalah apabila ia mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup. Terkadang anak akan membuat masalah apabila ia merasa tidak nyaman, lapar atau capek, atau kondisi lainnya. emi mendapatkan perhatian dari orang sekitarnya maka ia akan membuat masalah agar orang-orang melihat dan memahaminya.

2. Lakukan Komunikasi Intensif Sesuai dengan Umurnya

Ketika anak telah atau sedang membuat masalah maka kita wajib melakukan komunikasi intensif dengannya, agar ia merasa dihargai dan diperhatikan. Komunikasi yang kita lakukan harus sesuai dengan tahapan umurnya, karena jika prang tua salah cara dalam berkomunikasi dengan anak maka akan memberikan efek yang berbeda terhadap anak itu sendiri, bahkan cenderung tidak menyelesaikan masalah tersebut.

Contohnya, ketika berkomunikasi dengan anak usia dini hendaknya menggunakan kata-kata positif dan singkat karena anak pada usia ini belum mampu menganalisis dan memahami bahasa yang terlalu panjang. Anak lebih suka menggunakan fisik dan dirinya dalam mengungkapkan keinginannya. Adapun anak yang dimaksud berusia 7-10 tahun, yaitu anak yang telah menginjak bangku sekolah dasar. Di sisi lain, anak yang telah mampu berpikir logis dan kritis hendaknya kita memberikan kebebasan untuk memilih dan mengambil keputusan sendiri namun dengan batasan.

Pada saat anak memasuki usia remaja, mereka telah mampu berpikir abstrak dan logis, mampu membuat perumpamaan dan cita-cita namun belum mampu menentukan prioritas. Sayangnya, masa pubertas yang mereka jalani membuat mereka uring-uringan sehingga anak remaja membutuhkan lingkungan yang nyaman yang bisa menerima mereka apa adanya. Pada usia ini, anak tidak suka diperintah sehingga sebagai orang tua dapat memberi mereka kebebasan yang bertanggung jawab serta dapat menghargai privasi dan minat mereka.

3. Jangan Memaksa atau Mendikte Anak

Ketika anak sedang membuat masalah, orang tua jangan memaksa atau mendikte perlakuan anak, karena saat itu emosi anak sedang tidak stabil. Ia sedang mengalami kekesalan dan rendah diri akibat efek dari merasa tidak diperhatikan dan dihargai. Sebaiknya, orang tua berinisiatif untuk memeluk dan memberikan rasa nyaman. Ketika anak telah merasa nyaman, maka kita bisa memberikan pemahaman bahwa perbuatan yang dilakukannya salah atau keliru, sebagai solusinya orangtua bisa mengarahkan anak kepada hal yang positif atau memberikan pilihan alternative lain.

4. Bersabar Dalam Menghadapi Anak yang Bermasalah

Kunci setiap permasalahan adalah sabar, bahkan Tuhan mengajarkan dalam setiap kitab suci untuk menyelesaikan masalah dengan sabar dan tidak mengutamakan emosi sesaat. Sabar dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai tidak lekas marah, tidak tergesa-gesa, dan tidak terburu nafsu. Dengan membiasakan sifat sabar dalam menghadapi anak yang bermasalah maka setiap orang tua akan mendapatkan solusi dan jalan yang tepat dalam menyelesaikannya.

5. Berilah Perhatian Secukupnya

Pada hakikatnya anak yang sering buat masalah adalah anak yang kurang mendapatkan perhatian. Ia membuat ulah karena ingin mencari perhatian dan dihargai oleh orang disekitarnya. Oleh karena itu, apabila orangtua menginginkan anak-anaknya tidak lagi bermasalah maka Anda dapat memberikan perhatian yang cukup karena anak yang mendapatkan perhatian yang cukup akan merasa dihargai dan dianggap ada. Ia tidak lagi membuat masalah demi mengharapkan perhatian dari yang lain.

Pentingnya Kerjasama Orangtua dan Guru Selama PJJ
Agar pembelajaran secara online berjalan lancar, maka orangtua dan guru harus bekerjasama dengan baik.

6. Banyak Berdoa kepada Allah

Anak adalah titipan dari Allah. Maka ketika anak bermasalah maka berdoa dan berpasrah kepada Allah. Ibarat sebuah alat elektronik, apabila alat itu bermasalah maka kita akan mengadukan dan mengantarnya ke bengkel tempat pembuatnya. Begitu juga dengan anak kita, sesungguhnya kita tidak mampu untuk mengatasinya selain memohon bantuan dan pertolongan dari Allah.

Hanya Allah yang mengetahui suasana hati dan emosinya serta Allah juga yang memberikan cahaya dan hidayah kepadanya. Maka, tidak ada solusi yang paling tepat dan jitu selain mengadu hanya kepada Allah. Selain berdoa, tentunya harus diiringi dengan sikap kita menyikapi permasalahan tersebut dengan logis dan penuh kesabaran.

7. Perbanyak Ibadah di Sepertiga Malam Terakhir

Allah adalah zat Yang Maha Agung, Ia menciptakan seluruh manusia dan alam raya ini, Ia mencintai makhluknya melebihi cinta seorang ibu kepada anaknya. Namun cinta-Nya dapat kita rasakan apabila kitapun mencintai Allah, menghadirkan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek Saat PJJ
PJJ bukanlah halangan untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif, seperti pembelajaran berbasis proyek.

Wujud cinta kita kepada Allah adalah dengan melaksanakan ibadah sebagai sarana mendekatkan diri kepada–Nya, ketika kita sudah dekat dengan-Nya maka seluruh permohonan kita akan dikabulkan. Di akhir malam adalah waktu yang tepat untuk berdoa.

Ketika selesai melaksanakan salat tahajud, mohonlah kepada Allah untuk menjaga dan memberikan hidayah kepada anak kita agar ia tidak lagi berulah dan bermasalah di kemudian hari. Doa yang paling cepat dikabulkan Allah adalah doa seorang ibu untuk anaknya.

Inilah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh para orang tua ketika menghadapi anak yang sering buat masalah. Semoga dengan pendekatan yang baik, anak-anak akan lebih bisa diarahkan sehingga tidak akan membuat ulah. Orang tua pun merasa tenang jika anak-anak bisa bertingkah dengan baik dan sopan. Bukankah anak yang baik merupakan cerminan dari pola asuh yang baik dari rumah?

Enni Kurniasih

"Penulis, blogger, pemerhati pendidikan dan parenting"

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.