Apakah Sistem Reward dan Punishment Masih Relevan di Zaman Ini?

parenting 14 Des 2021

Reward dan Punishment merupakan salah satu metode pendidikan yang sering digunakan oleh orangtua. Anda mungkin pernah memberikan sebuah hadiah kepada anak-anak, ketika mereka mencapai sebuah prestasi? Hampir semua orangtua pasti pernah melakukannya. Anak yang mendapat ranking di sekolah, anak yang berhasil menambah hafalan Qur’an-nya, atau anak yang berhasil memenangkan sebuah perlombaan olahraga, biasanya sering mendapat hadiah dari orangtua.

Hadiah ini merupakan reward yang mungkin sudah dijanjikan terlebih dahulu, sebagai penyemangat bagi anak. Lalu, ketika anak-anak melakukan kesalahan, Anda mungkin memberikan punishment pada mereka. Punishment ini diharapkan akan memberikan efek jera pada anak, sehingga tidak akan mengulangi perbuatannya.

Sistem reward dan punishment masih banyak diterapkan di masyarakat kita. Akan tetapi, penerapannya harus ada aturannya, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang kurang bagus. Anda tentu tidak menginginkan penerapan sistem reward dan punishment ini menjadi boomerang bagi pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, sebelum menerapkan sistem reward dan punishment, pahami dulu apa dan bagaimana reward dan punishment itu sendiri, agar keduanya berjalan dengan seimbang.

Pengertian Reward

Reward memiliki arti hadiah, upah dan ganjaran yang diberikan sebagai bentuk penghargaan. Bisa dilakukan oleh orangtua untuk menghargai pencapaian anak, atau dilakukan oleh guru untuk memberikan semangat pada anak muridnya. Reward bisa berupa barang, seperti alat tulis, sepeda, atau keperluan sekolah lainnya. Bisa juga berupa traktiran makan di tempat yang diinginkan anak. Memberikan reward pada anak-anak harus disertai dengan pengertian. Jangan sampai anak-anak menjadi fanatik dengan reward, dan melakukan segalanya dengan mengharapkan reward semata.

Aturan Dalam Memberikan Reward

Saat memberikan reward pada anak-anak, sebaiknya berpedoman pada aturan-aturan berikut ini, seperti ini:

- Jangan terlalu sering memberikan reward pada anak, karena dikhawatirkan akan menimbulkan efek negatif pada anak. Anak menjadi pamrih, dan bisa kehilangan motivasi positif lainnya. Anak hanya akan berusaha dengan keras jika diiming-iming akan ada hadiahnya. Tentunya ini akan menjadi kebiasaan yang kurang bagus untuk perkembangan karakter anak.

- Berikan reward secara adil kepada anak-anak yang lain, sehingga tidak menimbulkan rasa iri di antara mereka. Berikan batasan kapan reward diberlakukan, dan maksimal berapa kali seorang anak boleh mendapat reward. Ini untuk mengantisipasi kecemburuan sosial di antara anak, antara si kakak dan adiknya.

- Saat memberikan reward, orangtua juga harus memahami karakter anak. Untuk anak yang masih kecil, jangan memberikan janji yang rumit  saat menjanjikan reward pada mereka. Cukup janjikan sebatang coklat, jika anak bisa tampil dengan berani saat acara pertunjukkan  di sekolah. Jangan menjanjikan reward yang terlalu mewah, sekalipun orangtua mampu untuk mengadakannya.

Pengertian Punishment

Sedangkan punishment merupakan hukuman yang diberikan secara sengaja sebagai imbalan atas pelanggaran yang telah dilakukan. Ada juga orangtua yang memberikan punishment, karena anak tidak mencapai target yang diharapkan. Mereka berharap agar pemberian punishment ini menimbulkan efek jera. Sayangnya, pemberian punishment ini menimbulkan efek emosi negatif pada anak. Khususnya bagi anak yang sensitif. Anak akan merasa sedih, dan menjadi kurang percaya diri.

Dengan demikian, para ahli parenting mengatakan bahwa penerapan punishment sebagai salah satu bentuk pola asuh, kurang efektif. Anak-anak yang melakukan kesalahan, seringkali tidak menyadari kesalahan mereka, bahkan tidak mengetahui letak kesalahan mereka. Punishment juga seringkali menimbulkan rasa dendam, yang jika tidak diolah dengan benar, akan berakibat kurang baik. Anak yang sering mendapat punishment, bisa menimbulkan kesalahpahaman terhadap orangtua. Mereka yang sensitif akan merasa bahwa orangtua tidak menyayangi mereka.  Oleh karena itu, saat memberikan punishment pada anak, harus mempertimbangkan beberapa hal.

Aturan Dalam Memberikan Punishment

Jika orangtua memutuskan untuk memberikan punishment pada anak, sebaiknya melihat dan berpedoman pada aturan-aturan berikut ini, seperti:

- Hindari memberikan punishment dalam bentuk perlakuan fisik, sebab akan menimbulkan trauma psikis pada anak. Anak yang mendapat hukuman berupa perlakuan fisik, akan menyimpan luka batin dalam waktu yang lama. Tak jarang ada yang menyimpan luka batin hingga dewasa. Jika tidak ada pembicaraan dari hati ke hati dengan orangtua, luka ini akan terbawa terus. Oleh karena itu, jangan sampai orangtua memberikan hukuman fisik pada anak.

- Perhatikan usia anak, karakternya, dan tingkat kesalahannya. Jangan berlebihan memberikan punishment pada anak. Anak yang lebih kecil, cukup diberi punishment dengan dilarang menonton film kesukaan mereka, atau dengan tidak memberikan camilan favorit mereka. Berbeda dengan anak yang lebih besar. Orangtua bisa memberikan punishment yang sedikit lebih berat. Misalnya, dengan membersihkan kamar mandi, mengurangi uang jajan, atau memberikan larangan untuk main keluar.

- Berikan punishment yang bersifat mendidik, dan tidak memberatkan fisik anak. Misalnya, membereskan kamar yang berantakan akibat anak-anak mengajak temannya main di dalam kamar. Jangan memberikan punishment berupa tindakan fisik yang dilakukan orangtua pada anak. Jika ingin memberikan hukuman fisik, biarkan anak melakukannya sendiri. Misalnya, dengan melakukan push-up selama hitungan yang wajar, atau lari keliling lapangan. Dengan catatan, hukuman fisik dilakukan oleh anak yang terbiasa latihan fisik sehari-hari.

- Hindari melabeli anak dengan kata-kata yang tidak baik. Masyarakat kita cenderung suka melabeli anak dengan kata-kata seperti anak manja, anak malas, dan label negatif lainnya. Tanpa disadari kata-kata tersebut akan melekat di alam bawah sadar anak, hingga akan menjadi karakternya. Ubahlah label tersebut menjadi kata-kata positif, sehingga akan membentuk karakter anak yang positif juga.

5 Cara Memotivasi Anak yang Malas Kelas Online
Selama pandemi orangtua dituntut untuk bisa mengajari dan mendampingi anak-anak sekolah secara online.

- Kendalikan emosi saat memberikan punishment pada anak. Jika Anda masih dalam keadaan emosi, sebaiknya menjauh terlebih dahulu. Jangan sampai melakukan hal-hal yang akan disesali di kemudian hari.

- Memberikan punishment pada anak harus konsisten dan dilakukan dengan sebab yang jelas. Aturan apa yang dilanggar anak, sehingga ia mendapatkan punishment. Satu hal yang pasti harus ada kesepakatan antara orangtua

7 Keterampilan Hidup yang Harus Diajarkan Orangtua Kepada Anak
Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Orangtua juga bisa mendukung dan mengajarkan keterampilan pada anak untuk masa depannya.

Berdasarkan analisa di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan reward dan punishment sebagai metode pendidikan parenting, masih relevan. Dengan catatan tetap memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Orangtua dan guru boleh saja memberikan reward dan punishment pada anak-anak, dengan tujuan untuk mendidik anak menjadi disiplin atau untuk memotivasi anak agar melakukan sesuatu dengan maksimal.

Harapannya anak-anak menjadi lebih baik, dan lebih berkarakter, sehingga bisa survive menjalani kehidupan nantinya. Tidak mudah menyerah, dan memiliki semangat juang yang tangguh. Inilah generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa Indonesia.

Enni Kurniasih

"Penulis, blogger, pemerhati pendidikan dan parenting"

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.