Apa Kata Psikolog Tentang Perkembangan Mental Anak Selama PJJ?
Para psikolog banyak angkat suara mengenai kondisi mental anak di masa pandemi. Perubahan dari sebelum terjadinya wabah COVID-19 pada penyesuaian dengan virus ini butuh antisipasi dan kesiapan, baik fisik maupun psikis. Terlebih bagi anak-anak yang cenderung lebih rentan tertular dari pada orang dewasa.
Dari segi mental, anak-anak dikhawatirkan mengalami kebingungan bahkan berujung pada stress. Ketika stress menimpa mereka, maka perubahan perilaku akan terjadi dan kondisi tubuh pun menjadi lemah. Dari Centers for Diseas Control for Prevention (CDC) dinyatakan bahwa anak-anak dapat terganggu mentalnya dan merasa ketakutan sebab ketidakmengertiannya akan suatu penyakit. Mereka terpaksa harus berada dalam situasi yang tidak sesuai di masa pertumbuhannya. Kebingungan ini perlu segera dicegah oleh para orang tua dan guru dengan memberikan pemahaman mengenai Corona virus. Tentu cara menyampaikannya harus sesuai dengan daya tangkap mereka.
Eka Hidayati selaku Spesialis Perkembangan Anak ChildFund International di Indonesia juga mengutarakan hal yang tidak jauh berbeda. Ia menyatakan bahwa perasaan cemas, sedih, hingga stress dapat dialami anak karena perubahan rutinitas. Salah satu yang sangat terasa perbedaannya adalah dengan diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Kegiatan belajar dari rumah masing-masing secara daring belum lumrah di negara kita. Tidak heran apabila sebagian besar anak-anak mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Terlebih lagi dalam waktu yang singkat. Meski tidak mudah, pemenuhan psikososial untuk anak usia dini tetap harus menjadi perhatian agar belajarnya juga stabil. Dalam hal ini guru dan orang tua sangat berperan penting untuk mendampingi anak selama PJJ berlangsung.
Mengenali Tanda-Tanda Terganggunya Mental Anak
Salah satu pencegahan terjadinya gangguan mental yang berkelanjutan pada anak selama berdiam di rumah adalah dengan mengenali tanda-tandanya. Kenali sejak awal dan jangan ragu berkonsultasi pada yang ahli. Barikut ini 10 tanda bahwa anak mengalami tekanan berdasarkan rilis dari The Union Journal:
1. Masalah Tidur
Kualitas tidur anak dapat berkurang ketika mereka sering terbangun di malam hari. Jika Anda juga mendapatinya sering tidur di luar jam istirahat, maka jangan anggap hal tersebut sebuah kelumrahan. Kondisi ini bisa menjadi indikasi terjadinya gangguan pada psikis anak. Perasaan tertekan mudah mengubah pola tidur. Ketika tidurnya tidak nyaman, maka imunitasnya pun akan terganggu.
2. Nafsu Makan Terganggu
Tidak hanya pada pola tidur, nafsu makan yang tidak teratur juga akibat dari ketidakstabilan mental anak. Seorang spesialis anak muda, Natasya Daniels mengungkapkan bahwa gangguan tidur dan nafsu makan menjadi tanda adanya ketidakberesan dalam diri anak. Berkaitan dengan nafsu makan buka saja saat mereka tidak bergairah saat makan, namun juga saat nafsu makannya meningkat sangat tajam. Maka segeralah Anda mengambil tindakan cepat.
3. Tindakan yang Berlebihan
Segala hal yang berlebihan pada dasarnya memang lah tidak baik. Begitu pula sikap dan sifat anak yang mulai melebihi porsinya. Jika anak Anda biasanya langsung nurut dalam satu kali teguran, namun ia harus ditegur berkali-berkali, maka pasti ada yang bermasalah dalam dirinya. Contoh lainnya bilamana anak biasanya tidak takut serangga, kemudian secara histeris ketakutan hanya dengan melihatnya. Hal tersebut kemungkinan besar karena anak memiliki kecemasan menjalani PJJ atau khawatir akan situasi pandemi yang membatasinya.
4. Perubahan Suasana Hati
Tanda terjadinya gangguan mental pada anak akan sangat tampak ketika mereka mudah meluap-luap dalam mengekspresikan suasana hati. Bisa dengan mudah panik, berteriak secara tiba-tiba, lebih sering menangis, atau malah tsering tertawa terbahak-bahak pada hal yang tidak lucu.
5. Regresif
Terjadinya kemerosotan perilaku selama menjalani aktifitas penuh di dalam rumah sangat rentan terjadi. Anak yang mengalami stress akan sangat berpotensi melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan usianya. Semisal saja secara tiba-tiba ia menjadi sering ngompol setelah sekian tidak mengalaminya. Menghisap jempol atau meminta mainan-mainan lama juga menjadi tanda regeresifnya yang harus segera ditangani.
6. Selalu Ingin Dekat dengan Orang Terdekat
Kecemasan yang dialami anak akan mendorongnya untuk selalu mendekat dengan orang kepercayaannya. Apabila anak Anda mengikuti kemana pun Anda pergi, bahkan ke dapur hanya untuk mengambil air ia terus mengekor, waspadalah. Terlebih jika ia tipe anak yang mandiri dan pemberani. Kondisi tersebut menunjukkan sebuah ketidakwajaran.
7. Terjadi Keluhan Somatik
Saat Anda sering mendapat keluhan dari anak tentang sakit yang dialaminya, kenali dengan seksama penyebabnya. Keluhan sakit kepala, sakit perut, dan mudah lelah bisa terjadi karena kecemasan yang membebaninya. Tanda ini dapat terabaikan jika Anda tidak punya cukup pengetahuan mengenai mental health. Maka dari itu penting sekali kesadaran akan hal tersebut.
8. Mencari Jaminan
Tanda ini bisa dikenali saat anak mulai banyak bertanya tentang situasi yang terjadi. Selalu memastikan bahwa tidak terjadi hal yang buruk. Ia juga rentan gelisah apabila ditinggalkan sendirian meski hanya sebentar. Tidurnya terganggu tanpa ada gangguan fisik atau suara-suara berisik.
9. Menarik Diri dari Interaksi Sosial
Anak yang biasanya mudah bergaul dengan orang asing kemudian sering menyendiri, menghabiskan waktu senggang hanya dengan gadget, tidak banyak menanggapi saat diajak ngobrol, maka jangan biarkan hal itu berlarut. Manarik diri dari interaksi sosial bahkan dengan keluarga yang merupakan orang terdekat tentu harus segera diobati.
10. Rendahnya Konsentrasi
Terjadinya guncangan batin pada anak juga bisa dilihat dari bagaimana ia berkonsentrasi. Daya fokusnya menurun, tidak mudah mempelajari hal baru, dan mudah lupa padahal ia biasanya ia sangat cekatan.
Kenali tanda-tanda di atas sebagai acuan Anda untuk bertindak cepat mengembalikan imunitas mereka. Hal yang tidak kalah pentingnya juga adalah dengan menjaga kondisi mental Anda sendiri terlebih dahulu. Begitu pun dengan para guru yang mengajar dari jarak jauh. Orang tua dan guru yang bahagia dapat menularkan aura positif kepada anak. Psikolog Ketty Murtini menekankan tentang pentingnya peran mereka dengan menjaga kesehatan mental sendiri agar memenuhi psikososial anak di masa pandemi. Orang tua yang bahagia dapat mendampingi anak-anaknya tetap produktif dan turut senang dalam menjalankan aktifitas di rumah.