Apa Itu Asessmen Diagnostik Non-Kognitif dan Contohnya
Salah satu indikator kesuksesan seorang guru bisa dilihat dari pemahaman akademik ataupun perubahan perilaku setiap siswanya. Untuk mendapatkan hasil tersebut, tentu bukanlah hal yang mudah untuk dikerjakan guru. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Oleh karena itulah, selama proses kegiatan berlangsung, guru harus bisa mendekat dan memahami apa kelebihan dan kekurangan setiap siswanya. Ini agar guru dapat merancang strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa di kemudian hari. Semua itu bisa dicapai guru melalui suatu penilaian yang disebut sebagai asesmen diagnostik. Pada kesempatan ini, Anda akan menemukan penjelasan mengenai asesmen diagnostik dan contohnya.
Asesmen atau penilaian adalah langkah penting yang dilakukan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman, pengetahuan, maupun keterampilan siswa dari suatu pelajaran yang sudah dipelajari. Dengan adanya asesmen tersebut, guru bisa mengetahui sejauh mana letak pemahaman siswa dalam menguasai suatu materi pembelajaran yang telah dipelajari. Dari hasil asesmen ini, guru bisa melakukan evaluasi ataupun memberikan umpan balik kepada siswa sekaligus merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya. Nah, untuk mendapatkan hasil penilaian tersebut guru harus memahami tentang jenis, fungsi, dan teknik asesmen yang akan digunakan guru dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas.
Fungsi dari asesmen diagnostik ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesulitan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Apabila ditinjau dari sisi pendidik (guru), asesmen ini berfungsi untuk membantu guru dalam mengembangkan rancangan kegiatan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Secara umum, asesmen diagnostik dibagi menjadi dua, yaitu asesmen diagnostik kognitif dan asesmen diagnostik non-kognitif. Dalam penerapannya, kedua asesmen ini memiliki karakter dan tujuan yang berbeda. Bahkan, apa yang akan dinilai pun juga berbeda. Oleh karena itu, ada baiknya guru benar-benar memahami tujuan dan kegunaan dari kedua asesmen ini, supaya hasil yang didapatkan dapat maksimal dan proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Asesmen Diagnostik Non-Kognitif
Asesmen diagnostik non-kognitif merupakan asesmen yang dilakukan guru untuk mengetahui kondisi psikologi, emosi, dan sosial siswa. Bisa dikatakan bahwa asesmen ini lebih ingin mengenal bagaimana kondisi personal siswa. Asesmen yang penilaiannya lebih mengarah ke psikologi dan emosi ini dapat membantu siswa dalam mengevaluasi bagaimana siswa menangani situasi dan melakukan interaksi sosial.
Untuk bisa membuat asesmen diagnostik non-kognitif ini guru harus menyiapkan beberapa pertanyaan yang mendalam yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi psikologi dan emosi siswa. Adapun jawaban dari pertanyaan yang dibuat guru tersebut tidak ada yang benar ataupun salah, karena kondisi psikologis dan emosi setiap siswa itu berbeda-beda. Guru dapat lebih menekankan apakah siswa telah menjawab secara jujur atau tidak.
Tujuan Asesmen Diagnostik Non-Kognitif
Tujuan dari asesmen diagnostik non-kognitif antara lain ialah sebagai berikut.
• memahami tingkat kesejahteraan emosi, psikologi, dan sosial siswa
• mengetahui aktivitas siswa ketika belajar di rumah
• memahami kondisi keluarga siswa
•memahami latar belakang pergaulan siswa
• mengidentifikasi karakter, minat, serta gaya belajar siswa
Tahap Asesmen Diagnostik Non-Kognitif
Setiap jenis asesmen memiliki tahapan-tahapan yang berbeda-beda. Ini karena hasil akhir yang ingin dicapai pun berbeda. Tahap asesmen diagnostik non-kognitif adalah sebagai berikut.
Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari asesmen diagnostik non-kognitif ini ialah sebagai berikut.
1. Siapkanlah instrumen asesmen yang meliputi gambar atau emoji yang bisa mendukung suasana hati seseorang.
2. Buatlah tabel pertanyaan atau sejenis kuisioner yang dihubungkan dengan gambar atau emoji di poin sebelumnya. Contoh pertanyaan dari asesmen diagnostik non-kognitif ini ialah seperti “Bagaimana perasaanmu saat ini?”, “Apa kamu merasa nyaman saat belajar di kelas?”, “Apa yang kamu lakukan setelah pulang sekolah?", dan lain sebagainya.
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, siswa harus mengisi instrumen asesmen yang telah guru buat. Pengisian instrumen tersebut harus dilakukan secara jujur tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Supaya pengisian instrumen dapat berjalan sesuai dengan harapan, Anda dapat memberikan waktu bagi siswa untuk berpikir.
Tahap Diagnosis atau Tindak Lanjut
Pada tahap ini, guru harus dapat menganalisis kondisi psikologi dan emosional siswa melalui hasil asesmen. Kemudian, guru dapat melakukan pendekatan dan melibatkan orang tua jika memang itu diperlukan.
Contoh Asesmen Diagnostik Non-Kognitif
Penjelasan tentang asesmen diagnostik non-kognitif dan contohnya sangat penting untuk dipahami guru saat ini. Karena hal tersebut dapat membantu guru dalam merancang proses kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan. Contoh dari asesmen diagnostik non-kognitif berdasarkan tingkat pendidikannya, ialah sebagai berikut.
Contoh Asesmen Diagnostik Non-Kognitif SD
Contoh soal asesmen diagnostik non-kognitif SD ialah sebagai berikut.
1. Apakah kamu merasa nyaman ketika belajar di kelas?
2. Apa kendala yang kamu hadapi ketika belajar di rumah?
3. Bagaimana pendapatmu tentang cara Bapak/Ibu Guru mengajar di kelas?
4. Apakah orang tua selalu mengawasi kegiatan belajarmu di rumah?
5. Apakah tugas rumah yang diberikan guru terlalu berat?
Contoh Asesmen Diagnostik Non-Kognitif SMP
Contoh soal asesmen diagnostik non-kognitif SMP adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana proses kegiatan belajar di kelas?
2. Apa kendala yang kamu hadapi ketika belajar di kelas?
3. Apakah orang tua selalu mengawasi kegiatan belajar di rumah?
4. Apa kamu merasa nyaman belajar di kelas?
5. Apa yang kamu lakukan setelah pulang sekolah?
Contoh Asesmen Diagnostik Non-Kognitif SMA
Contoh soal asesmen diagnostik non-kognitif SMA adalah sebagai berikut.
1. Apakah kamu merasa nyaman selama belajar di kelas?
2. Bagaimana pendapatmu tentang pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama Pandemi Covid-19?
3. Bagaimana jadwal kegiatan belajarmu di rumah?
4. Apa kendala yang kamu hadapi ketika belajar di kelas?
5. Apakah kamu menemui kendala terkait tugas yang diberikan guru di kelas?
6. Bagaimana hubunganmu dengan keluarga?
7. Apakah orang tua mengawasi kamu ketika belajar di rumah?
Contoh soal-soal di atas dapat Anda sesuaikan dengan topik atau materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Namun, pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tetap mengacu pada rancangan asesmen diagnostik yang telah ditetapkan, yaitu 2 soal dari materi pelajaran yang akan diajarkan, 6 soal dari materi kelas satu tingkat di bawahnya, dan 2 soal lagi dari materi kelas dua tingkat di bawahnya.
Hal terpenting yang menjadi penentu dari keberhasilan asesmen diagnostik non-kognitif ini ialah tingkat kejujuran setiap siswa. Oleh sebab itu, penting bagi guru untuk mampu menekankan betapa pentingnya kejujuran selama siswa mengerjakan soal asesmen diagnostik non-kognitif tersebut, bukan hanya berorientasi pada hasilnya saja. Hal ini karena kerap kali hasil yang didapatkan guru ketika melakukan sesi tanya jawab terkait kondisi siswa cenderung tidak sesuai dengan kenyataannya. Itu hanya akan membebani siswa di masa yang akan datang.
Demikianlah penjelasan mengenai asesmen diagnostik non-kognitif dan contohnya. Semoga bisa membantu Anda dalam menyusun asesmen diagnostik bagi para siswa.