7 Imbauan Penting dari IDAI Mengenai Dibukanya Sekolah Tatap Muka
Seperti yang sudah diketahui bahwa rencananya sekolah tatap muka akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru atau mulai Juli 2021. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri. Diharapkan semua tenaga pendidik selesai melakukan vaksinasi pada Juni 2021 dan saat ini sendiri terdapat beberapa sekolah yang melakukan uji coba sekolah tatap muka terbatas.
Dibukanya sekolah sejak diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi menjadi kabar baik bagi siswa dan guru yang sudah mulai bosan dan sulit mengefektifkan PJJ. Namun, dilansir dari health.detik.com, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum merekomendasikan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah yang akan dilakukan pada Juli 2021 mendatang. Imbauan ini disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia yang masih tergolong tinggi.
Meski begitu, jika sekolah tetap ingin melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, maka ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Pihak penyelenggara atau sekolah harus melakukan blended learning. Anak dan orangtua diberi kebebasan dalam memilih metode pembelajaran luring. Mengingat tidak semua anak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah karena protokol kesehatan seperti jaga jarak harus tetap dilaksanakan. Namun setelah vaksinasi guru dan tenaga kependidikan selesai, maka semua sekolah dinilai bisa melakukan belajar tatap muka.
7 Imbauan IDAI Mengenai Dibukanya Sekolah Tatap Muka
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan pendapat tertulis yang menyatakan belum merekomendasikan sekolah tatap muka. Menurut IDAI, untuk dibukanya kembali sekolah, maka harus memenuhi syarat terkendalinya transmisi lokal yang ditandai dengan positivity rate 5% ke bawah dan menurunnya tingkat kematian.
Meski begitu, berkaitan dengan pembelajaran tatap muka terbatas yang akan dilaksanakan pada semester genap, IDAI memberikan imbauan untuk penyelenggara, orangtua, dan pembuat kebijakan atas dibukanya sekolah. Adapun berikut 7 imbauan penting IDAI mengenai dibukanya sekolah tatap muka terbatas, yaitu
1. Vaksinasi
Sebelum sekolah dibuka, pastikan guru-guru dan tenaga pendidik yang bekerja di dalamnya sudah melakukan vaksinasi. Bukan hanya itu, alangkah baiknya jika anak dan orangtua juga melakukan vaksinasi sebelum masuk ke sekolah. Vaksinasi ini bukan hanya untuk melindungi diri, tetapi melindungi lingkungan sekitar agar tidak terjadi penularan virus.
2. Pembatasan Jumlah Peserta
Ketika pembelajaran tatap muka terbatas diberlakukan, IDAI sendiri merekomendasikan untuk dibuatkan kelompok belajar kecil yang berinteraksi secara terbatas di sekolah. Mengingat saat ini juga pandemi belum sepenuhnya pulih. Tujuan dibatasinya jumlah peserta didik ketika melakukan pembelajaran, yaitu untuk mengurangi kontak fisik atau contact tracing secara efisien.
Bukan hanya itu, IDAI juga menyarankan untuk mengatur jam masuk dan jam pulang agar tidak terjadi penumpukan siswa. Kelompok belajar kecil di sekolah bisa datang dan pulang di waktu yang bersamaan. Guru harus memperhatikan siswa tidak melakukan aktivitas lainnya di luar jam pembelajaran dan memastikan bahwa seluruh siswa pulang dengan tepat waktu.
3. Protokol Kesehatan
Protokol kesehatan memang sangat penting dilaksanakan khususnya ketika sekolah dibuka. IDAI kembali mengingatkan beberapa protokol kesehatan yang wajib dilakukan, seperti:
- Memakai masker yang baik dan benar.
- Sekolah harus menyediakan tempat pembuangan masker agar tidak berserakan di mana-mana, serta menyediakan masker cadangan untuk siswa yang tidak dan belum menggunakan masker dengan baik.
- Sekolah harus menyediakan fasilitas cuci tangan di beberapa tempat yang strategis, seperti sebelah kelas, sebelah toilet, dan lainnya.
- Melakukan sosialisasi dengan siswa untuk menghilangkan kebiasaan memegang mata, hidung, dan mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
- Membuat peraturan membawa alat minum dan peralatan pribadi agar tidak saling pinjam dan edukasi etika batuk dan bersin untuk mengurangi penularan virus.
- Edukasi siswa untuk bisa mengenali gejala Covid-19 secara mandiri dan segera melaporkan apabila ada orang yang sakit serta tidak melakukan stigmatisasi pada teman yang terkena Covid-19.
- Melakukan pengawasan dan penjagaan gerbang yang disiplin agar tidak terjadi kerumunan siswa di gerbang sekolah.
- Sekolah bersosialisasi dengan orangtua jika melakukan antar jemput menggunakan kendaraan pribadi. Pastikan menggunakan masker dan menjaga ventilasi dengan membuka jendela mobil.
Meski kebiasaan penerapan protokol tersebut terkesan sepele, namun berpengaruh besar terhadap kesehatan dan keefektifan pembelajaran tatap muka terbatas.
4. Menggunakan Alat Pengatur Sirkulasi atau Belajar Outdoor
Direkomendasikan sekolah melakukan pembelajaran secara outdoor di lingkungan sekolah atau apabila secara indoor maka membuka semua jendela kelas. Jika siswa belajar di ruangan tertutup, maka disarankan untuk menggunakan alat sirkulasi atau High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter.
5. Melakukan Pemetaan Warga Sekolah
Alangkah lebih baiknya jika sekolah membuat pemetaan risiko siswa, orang tua siswa, serta guru dengan komorbid, atau tinggal bersama lansia, dan kesehatan medis anak. Artinya, guru, orang tua siswa, atau siswa dengan komorbiditas atau penyakit kronik sebaiknya melakukan KBM secara online dan tidak melakukan aktivitas berat di sekolah. Adapun contoh komorbiditas yaitu penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit autoimun, keganasan penyakit ginjal kronik, obesitas, hingga sindrom tertentu. Pasalnya, seseorang dengan penyakit parah yang dideritanya membuat orang tersebut cepat merasa lelah dan imunnya berkurang.
6. Swab Dulu
Meskipun sudah melakukan vaksinasi dan tes kesehatan, alangkah baiknya jika sekolah menerapkan tes swab terlebih dahulu untuk anak ataupun guru dan petugas sekolah lainnya secara berkala untuk memastikan bahwa sekolah benar-benar bersih dan higienis. Pemeriksaan ini dilakukan secara teratur dan berulang sebagai bentuk quality control protocol kesehatan di sekolah.
7. Dukungan Mental untuk Siswa dan Orang Tua
Melakukan pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 yang belum benar-benar usai mungkin menimbulkan sedikit kekhawatiran dari orang tua siswa dan siswa itu sendiri. Oleh sebab itu, IDAI mengatakan bahwa sekolah harus memberikan dukungan mental terhadap siswa dan orang tua siswa, bahkan untuk guru yang mengajar.
Pihak sekolah harus menyiapkan model pembelajaran blended learning untuk memberikan kebebasan kepada orang tua siswa dalam memutuskan metode pembelajaran yang tepat untuk anaknya apakah secara daring atau secara langsung.
Sekolah juga harus memastikan penjagaan anak beresiko tinggi, kesehatan mental anak yang tidak stabil. Apabila ada anak yang sakit atau membutuhkan isolasi, maka sekolah harus menekankan bahwa lebih baik melakukan pembelajaran di rumah tanpa harus mengkhawatirkan pengurangan nilai.
Itulah 7 imbauan penting dari IDAI mengenai pembelajaran tatap muka terbatas yang rencananya akan dilaksanakan pada pembelajaran tahun ajaran baru atau bulan Juli 2021 mendatang. IDAI juga menyarankan apabila terdapat seseorang yang terdeteksi atau reaktif virus Covid-19, maka sekolah dan tim UKS harus sudah memiliki kesiapan alur mitigasi sesuai kriteria diagnosis suspek atau problem dan kasus Covid-19 terkonfirmasi.
Apabila terbukti ada salah satu warga sekolah yang terkonfirmasi terkena Covid-19, maka sekolah harus menghentikan kegiatan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Lebih lanjut, sekolah bisa berkoordinasi dengan dinas kesehatan untuk memutuskan kegiatan pembelajaran yang tepat digunakan.