7 Cara Menanamkan Nilai Toleransi dalam Kelas
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan budaya. Berbagai suku dan agama ada di Indonesia. Dari ujung barat sampai ke ujung timur, dengan aneka ragam budaya dan adat istiadatnya. Demografi yang beragam ini meninggalkan satu pekerjaan rumah bagi kita sebagai orang tua. Bagaimana menanamkan nilai toleransi pada anak? Khususnya jika anak belajar di sekolah yang muridnya beragam.
Toleransi merupakan cara menghargai dan menerima perbedaan atas berbagai perilaku, budaya, agama, dan ras yang ada di dunia. Bagi bangsa dengan dengan berbagai latar belakang suku, agama, dan ras seperti Indonesia, maka toleransi merupakan hal yang patut ditanamkan sejak dini.
Oleh karena sikap toleransi sangat diperlukan dalam berinteraksi dan bersosialisasi, maka anak diharapkan bisa bersikap toleransi pada sesama. Khususnya jika anak berada dalam lingkungan yang beragam. Hal tersebut diharapkan agar anak bisa memahami dan menghargai orang lain. Menumbuhkan simpati dan empati anak pada sekelilingnya.
Bukan perkara mudah untuk mengajarkan sikap toleransi kepada anak. Akan tetapi, dengan berbagai cara yang ada, maka perlahan-lahan kita bisa untuk memperkenalkan sikap toleransi. Dalam hal ini upaya guru untuk menumbuhkan sikap toleransi pada anak di dalam kelas adalah dengan cara mengajarkan, membiasakan, dan mencontohkan anak untuk bersikap toleransi. Berikut ini kegiatan-kegiatan rutin yang bisa menanamkan nilai toleransi di dalam kelas, di antaranya adalah:
- Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran sesuai dengan keyakinan masing-masing
Keragaman yang utama adalah agama dan kepercayaan. Di Indonesia terdapat enam agama dan kepercayaan yang diakui oleh negara. Setiap sekolah memiliki ritual berdoa sebelum dan sesudah menerima pelajaran setiap harinya. Kegiatan rutin ini, diharapkan dapat membuat siswa belajar bersikap toleransi. Khususnya terhadap teman yang memiliki keyakinan berbeda. Siswa akan paham bahwa setiap orang memiliki hak untuk berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Walaupun kelompok yang memiliki keyakinan berbeda adalah golongan minoritas. Lama kelamaan sikap toleransi yang dipelajari melalui kegiatan rutin akan membentuk kestabilan dalam diri siswa dan akhirnya akan tertanam dalam diri siswa.
2. Melakukan piket Bersama secara bergiliran
Bagi sekolah yang menerapkan piket bersama untuk anak-anak, bisa menjadikan kegiatan ini sebagai latihan toleransi pada sesama. Saat melakukan piket bersama membersihkan ruang kelas secara bergiliran, anak-anak juga dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab. Mereka juga akan belajar toleransi dengan menghargai jerih payah teman yang telah membersihkan kelas. Dengan demikian, timbul rasa saling menjaga kebersihan kelas, karena masing-masing siswa pernah merasakan sulitnya membersihkan kelas. Rasa empati ini juga akan membuat anak-anak menjadi lebih peka terhadap keadaan sekeliling. Meminimalisir rasa egois dalam diri mereka, yang cenderung menjadi kepribadian anak-anak zaman sekarang.
3. Mendengarkan orang lain Ketika berbicara tanpa memotong pembicaraan
Saat kita sedang bicara, rasanya sangat tidak menyenangkan kalau tiba-tiba ada orang yang memotong pembicaraan kita, bukan? Salah satu cara mengenalkan toleransi pada anak, bisa dengan mengajarkan mereka untuk mendengarkan orang lain ketika bicara. Tidak memotong pembicaraan orang lain. Cara melatihnya, bisa dengan tugas untuk bercerita di depan kelas secara bergantian. Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa lain mampu bersabar untuk diam memperhatikan dan mendengarkan cerita dari siswa lain yang sedang bercerita di depan kelas hingga selesai. Ini melatih toleransi siswa untuk menghargai orang lain yang sedang berbicara. Selain itu, mereka juga belajar bersikap sopan santun ketika mendengarkan orang berbicara. Bukankah kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara?
4. Menghargai hak pribadi orang lain
Sikap toleransi bisa juga diajarkan dengan mengenalkan anak untuk menghargai privasi orang. Misalnya, dengan mengajarkan mereka untuk menghargai sesuatu yang merupakan milik orang lain. Ajarkan mereka untuk saling meminta izin sebelum meminjam barang milik temannya. Hal tersebut merupakan interaksi yang umum terjadi di dalam kelas. Hal ini diharapkan akan menjadi kebiasaan yang dapat menumbuhkan rasa saling menghargai antar teman. Anak-anak menjadi mengerti bahwa memakai barang orang lain tanpa izin, merupakan sikap yang tidak menghargai orang lain. Sikap ini hampir luntur di kalangan generasi muda Indonesia. Oleh karena itu, tugas kita sebagai orang tua dan juga guru, untuk mengajarkan anak-anak agar bisa menghargai milik orang lain.
5. Mengenalkan keanekaragaman Indonesia
Dalam kegiatan belajar mengajar guru perlu mengenalkan tentang keanekaragaman Indonesia sebagai wujud pengenalan bahwa kita hidup di negara dengan berbagai latar belakang suku, ras, agama, dan budaya yang berbeda. Guru bisa menjelaskan jika negara kita bisa bersatu karena bangsa Indonesia hidup dengan toleransi tinggi dan saling menghargai perbedaan latar belakang yang ada. Perbedaan tersebut tidak menjadi halangan untuk saling menghargai karena kita semua sama, yaitu sama-sama bangsa Indonesia. Bukankah negara kita memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua? Ini artinya, keragaman Indonesia adalah kekayaan sekaligus berkah bagi bangsa Indonesia. Sudah seharusnya, masyarakat menghormati keberagaman yang ada di Indonesia.
6. Menggambarkan potret diri
Upaya lain yang dapat dilakukan guru untuk menanamkan sikap bertoleransi dengan membimbing siswa melihat persamaan melalui kegiatan menggambarkan potret diri. Guru menyampaikan bahwa setiap anak sama-sama memiliki potensi masing-masing. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam pembelajaran siswa diajak untuk mencari persamaan apabila terdapat pendapat yang berbeda dari siswa. Perbedaan bukanlah sebagai alasan untuk merendahkan atau membedakan status dan golongan.
7. Bersalaman dengan guru Ketika berjumpa di sekolah
Bersikap baik dan saling menghormati orang lain dengan baik tanpa memandang usia, agama, ras, dan budaya. Toleransi dan bersikap sopan itu tidak hanya untuk menghormati orang yang berbeda agama, tetapi juga terhadap orang yang berbeda usia. Kebiasan bersalaman dengan guru, membuat siswa melihat contoh langsung sikap menghargai terhadap yang muda. Sekaligus siswa menerapkan sikap menghormati terhadap guru.
Toleransi menghargai perbedaan semcam ini memang mudah diucapkan, tetapi tidak mudah dijalankan. Memperkenalkan toleransi pada anak-anak akan membentuk karakter yang terbuka dan berempati pada sekitarnya. Apalagi kondisi pandemi seperti sekarang, saat mayoritas masyarakat mengalami kesulitan akibat dampak pandemi.
Tidak hanya itu, anak-anak juga akan mengerti bagaimana menghargai dan bertanggung jawab terhadap diri dan tingkah lakunya. Ini merupakan modal utama bagi anak untuk bisa mencintai hidup yang dijalaninya. Mulai dari menghargai diri sendiri, sehingga bisa menghargai orang lain.
Cara menumbuhkan sikap toleransi dalam kehidupan menjadi penting diajarkan oleh guru kepada murid. Dengan mengajarkan sikap toleransi, maka anak akan terbiasa dengan perbedaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka akan bermental kuat dan tidak mudah menyerah saat menghadapi tantangan di masa depannya.