5 Tips Menumbuhkan ‘Love Quotient (LQ)’ di Rumah
Pembelajaran di kelas dapat dikatakan sukses jika guru berhasil membuat semua siswanya lulus ujian dan mendapatkan nilai yang lewat dari standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Namun, dalam mendidik anak-anak, kita tidak bisa hanya mengajarkan mereka tentang akademik dan meningkatkan keterampilan intelektual mereka saja. Dalam hal ini, Anda dan juga para pendidik juga harus memberikan pembelajaran tentang pendidikan karakter yang sama pentingnya dengan kemampuan intelektual. Salah satu yang dapat Anda ajarkan kepada anak Anda yaitu dengan menumbuhkan love quotient.
Apa yang dimaksud dengan love quotient? Love Quotient merupakan kemampuan seseorang untuk dapat bersikap baik kepada orang lain layaknya seperti keluarga sendiri.
Pendapat tentang love quotient ini pertama kali dicetuskan oleh Jack Ma, yaitu seorang pebisnis yang berasal dari Tiongkok. Jack Ma bisa dikatakan sebagai raja bisnis karena dia merupakan pendiri sekaligus Chairman Eksekutif dari Alibaba Group yang di mana perusahaan tersebut adalah perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok. Jack Ma juga pernah terdaftar di majalah Forbes sebagai biliuner dunia pada tahun 2015.
Apabila kita membahas secara singkat mengenai Jack Ma, dia ternyata seseorang yang dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Orang tua dari Jack Ma adalah seorang pemusik dan pendongen tradisional. Pendapatan ayahnya hanya sekitar Rp.500.000 dan dihabiskan untuk menghidupi keluarganya. Namun, walaupun Jack Ma terlahir dari keluarga yang sederhana dia tidak menyerah dalam hidup. Dia selalu mau belajar dan mencari pengalaman sejak usia delapan tahun, yang di mana dia bekerja sebagai pemandu wisata di sebuah hotel di dekat Danau Hangzhou. Sosok Jack Ma tidak pernah patah semangat dalam mengejar pendidikannya. Hal ini dapat dibuktikan dari sosoknya yang selalu belajar dengan keras dan mulai mencari pengalaman bekerja sejak kecil hingga dewasa. Semangatnya inilah yang membuatnya menjadi seseorang yang sukses dan berpengaruh saat ini.
Namun, pada saat ini apabila kita telaah dengan baik, banyak sekali anak-anak yang berprestasi dan cerdas di sekolahnya. Sayang kemampuan intelektual mereka tidak berbanding lurus dengan karakter mereka. Beberapa tahun terakhir kerap kali kita mendengar tentang kasus pembullyan di sekolah, baik dilakukan secara sendiri atau berkelompok. Bahkan kasus bully ini semakin viral dari tahun ke tahun. Bukan hanya itu saja, tingkat kematian siswa yang memilih mengakhiri hidupnya karena terlalu hopeless dengan hidupnya pun semakin meningkat.
Oleh karena itu Jack Ma berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada kurikulum dan kemampuan intelektual saja, tetapi juga mendukung kapasitas peserta didik yang berupa kapasitas Love Quotient (LQ), selain Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ).
Apakah love quotient begitu penting bagi anak? Love quotient sama pentingnya dengan intelligence quotient dan emotional quotient. Dalam hal ini, ada baiknya Anda sudah sejak dini untuk mengajarkan kemampuan mencintai atau love quotient kepada anak-anak Anda. Kapasitas dalam kemampuan mencintai merangkum kemampuan untuk bersikap baik kepada orang lain, belajar bagaimana caranya menghormati serta menghargai orang lain. Apabila kita perhatikan lingkungan sekitar kita, tidak jarang anak-anak pada zaman sekarang lebih bersikap apatis terhadap sesama bahkan orang tua. Mereka tidak segan berkata kasar dan bersikap acuh apabila ada seseorang yang mengalami kesulitan.
Apabila kita ingin mengajarkan love quotient kepada anak-anak, bagaimana caranya? Dalam menumbuhkan love quotient kepada anak, Anda bisa memulainya dengan mengajarkan apa artinya peduli dan rasa hormat kepada orang lain. Untuk penjelasan lebih detailnya, mari kita simak penjelasan di bawah ini.
5 Tips Menumbuhkan ‘Love Quotient (LQ)’ kepada Anak di Rumah
1. Belajar Arti Peduli
Langkah awal yang dapat Anda terapkan yaitu dengan mengenalkan apa itu rasa peduli. Dengan Anda mengajarkan rasa peduli kepada anak-anak Anda, kelak mereka akan mengerti dan bisa memahaminya secara perlahan-lahan. Namun, dalam menerapkan rasa peduli kepada orang lain juga tidak bisa sembarangan. Anda juga harus mengajarkan tentang apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang buruk sehingga harus dijauhi. Saat ini banyak sekali penjahat yang mengincar anak-anak, maka sebagai orang tua, Anda harus lebih awas dan mengajarkan anak Anda untuk bersikap bisa mengenal siapa yang bisa ditolong dan siapa yang harus diabaikan.
2. Mengenalkan Rasa Hormat dan Saling Menghargai
Selain mengenal rasa peduli kepada orang lain, Anda juga harus mengenalkan sikap hormat dan saling menghargai kepada anak Anda sejak dini. Memang terdengar sangat sederhana, tetapi perilaku inilah yang kerap kali dibutuhkan di masa depan. Mengapa? Karena dalam berkerja sama dengan orang lain, kita tidak bisa mementingkan ego dan ingin menang sendiri, maka diperlukanlah sikap saling menghormati dan menghargai. Sayangnya hanya sedikit orang saja yang benar-benar mengenal sikap ini.
3. Belajar Mencintai Diri Sendiri
Sebelum kita mencintai dan mengasihi orang lain, terlebih dahulu kita harus mencintai diri sendiri. Dalam konteks ini, sebagai orang tua Anda harus mengenalkan cinta kepada diri sendiri sejak dini. Ingatkan kepada mereka bahwa keluarganya sangat mencintai mereka dan Anda akan selalu ada di mana dan kapan pun mereka membutuhkan. Apakah harus sampai seperti itu? Ya, tentu saja. Banyak sekali kasus anak-anak remaja yang memilih mengakhiri hidupnya karena merasa sendiri dan tidak menganggap dirinya berguna dan penting bagi orang lain. Terkadang ketakutan yang berlebihan mengakibatkan seseorang untuk gelap mata sehingga membuat dirinya merasa tidak berguna untuk sekadar hidup di dunia. Apabila anak-anak Anda sudah belajar mencintai dirinya sendiri, mereka juga akan mudah untuk mencintai dan menghargai orang lain dengan baik.
4. Bersikaplah Tegas dan Penuh Kasih Sayang
Berhenti bersikap tidak acuh apabila mereka melakukan kesalahan sekecil apapun. Anak-anak biasanya akan menjadi terbiasa dengan kenakalan di rumah dan di sekolah apabila orang tua mereka tidak memberikan peringatan dan bersikap acuh dengan kesalahan-kesalahan kecil yang dulunya mereka lakukan. Namun, dalam konteks ini Anda tidak boleh bersikap anarkis bahkan sampai bermain kasar, bersikaplah tegas dan berwibawa layaknya orang tua, supaya tidak meninggalkan bekas trauma kepada anak-anak. Kemudian setelah Anda sudah memberikan peringatan, Anda bisa memberikan nasihat kepada anak Anda untuk bisa bersikap baik, baik di rumah dan di sekolah. Rangkul mereka ketika mereka merasa terancam dan kesal, ingatkan bahwa mereka adalah anak kesayangan Anda yang akan selalu bersikap baik.
5. Mengajarkan Anak untuk Bersikap Dewasa
Memang terdengar berat apabila mengajarkan anak-anak untuk bisa bersikap dewasa, tetapi sikap dewasa ini sangat penting untuk mereka ketika tidak berada di dalam pengawasan orang tua. Kebanyakan anak-anak yang senang melakukan pembulyyan kepada teman-teman di sekolahnya adalah anak-anak yang kurang perhatian dan merasa paling kuat di kelasnya. Apabila anak Anda bisa bersikap dewasa di sekolahnya, tentunya mereka tidak akan terpengaruh dengan teman-teman sekelasnya yang bersikap bandal. Sikap dewasa juga sangat penting bagi anak-anak Anda supaya bisa menjaga dirinya dari kejahatan di luar rumah.
Sepanjang Anda menumbuhkan love quotient kepada anak-anak Anda, sebagai orang tua Anda juga harus memperhatikan perilaku Anda supaya bisa berbanding lurus dengan apa yang Anda ajarkan kepada anak Anda.