5 Strategi Menumbuhkan Kecerdasan Sosial Anak
Bila berbicara tentang kecerdasan, anda tentu mengenal Kecerdasan intelektual atau yang biasa disebut dengan IQ yaitu kecerdasan yang dibangun oleh otak kiri. Kecerdasan ini mencakup kecerdasan linear, matematik, dan logis sistematis. Kecerdasan ini menghasilkan pola pikir yang berdasarkan logika, tepat, akurat, dan dapat dipercaya. Orang dengan kecerdasan ini akan mampu memiliki analisis yang tajam dan memiliki kemampuan untuk menyusun strategi dengan baik.
Kemudian anda juga mengenal EQ atau yang disebut juga keceerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Orang dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen.
Saat ini ada juga SQ atau Kecerdasan sosial yang tidak kalah penting untuk dikembangkan sebagaimana IQ dan EQ. Kecerdasan sosial ini sangat penting bagi perkembangan tumbuh kembang anak. Anak yang memiliki kecerdasan sosial tinggi, akan punya rasa kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya.
Kecerdasan Sosial
Kecerdasan sosial adalah kemmapuan dan keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam proses berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya dan menjalin hubungan dengan kelompok di masyarakat yang dengan dicirikan dengan kematangan diri memahami orang lain, memberikan motivasi, dan mampu bekerjasama dengan orang lain.
Individu yang memiliki kecerdasan sosial yang baik akan mempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mudah beradaptasi dalam sebuah lingkungan sosial dan hidupnya bisa bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
Menurut Goleman (2006), kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk melatih kecerdasan sosial semenjak dini. Sebelum melatih kecerdasan sosial anak, anda perlu tahu 7 prinsip dasar dalam kecerdasan sosial manusia, seperti yang dituangkan oleh penulis Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Social Intelligence: The New Science of Human Relationships (2017).
1. Protoconversation : kemampuan anak untuk merespon dan memahami pikiran serta perasaan orang lain. Dengan begitu mereka dapat berempati dan peduli akan kebutuhan orang lain, sehinga interaksi yang dibangun pun lebih lancar dan efektif.
2. Trigger Social : Kemampuan otak kita dalam memproses interaksi sosial selalu melalui dua jalur. Pertama melalui The Low Road, yaitu insting dan The High Road, yaitu pemikiran logis. Orang dan tempat tertentu dapat memicu anda untuk bereaksi, inilah yang disebut trigger sosial. Melalui perasaan dan insting, anda bisa merasakan pemicu sosial yang dapat membuat kita merasa takut atau cemas ketika dihadapkan dengan orang dan keadaan tertentu.
3. Secure Base : maksudnya adalah tempat khusus untuk recharge diri. Begini, kecenderungan setiap anak itu berbeda. Ada yang introvert, ada juga yang ekstrovert. Ada yang senang ketenangan, ada juga yang heboh dan suka dengan keramaian. Nah, secure base ini adalah tempat khusus untuk mecharge diri atau menenangkan diri.
4. Menularkan energi positif : kemampuan menularkan energi positif menunjukkan tingkat kecerdasan sosial anak yang tinggi. Saat seseorang tersenyum pada anda, sulit bagi kita untuk tidak membalas senyumnya, bukan? Nah, menularkan energi positif itu sesederhana memberikan senyum pada orang.
5. Beradaptasi : kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Namun, ada yang perlu diperhatikan. Beradapasi bukan berarti melebur ke dalam lingkungan membuat anda sama sehingga menghilangkan nilai-nilai positif anda. Beradaptasi adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, tanpa menghilangkan kekhassan diri, bahkan lebih bagus ketika kekhasan tersebut bisa ditularkan sebagai nilai positif.
6. Waspadai 3 jebakan : tiga jebakan atau tiga sisi gelap, yaitu sifat kepribadian yang narsis, kepribadian Machiavellian (jenis kpribadian ketika seseorang memanipulasi dan mengeksploitasi orang-orang di sekitarnya), dan kepribadian anti-sosial (hanya menuruti kata hatinya, tidak peduli dengan orang, egois).
Strategi Menumbuhkan Kecerdasan Sosial
Berikut adalah lima strategi menumbuhkan kecerdasan sosial agar anak memiliki rasa peduli terhadap sesama :
Kenalkan Jenis-Jenis Emosi Pada Anak :
Hal pertama yang dapat anda lakukan untuk menumbuhkan kecerdasan sosial pada anak adalah dengan mengajak anak belajar mengenal berbagai emosi: kebahagiaan, kemarahan, kekecewaan, frustrasi, kegugupan, kelelahan, dan ketakutan. Hal ini penting agar mereka mampu mengartikulasikan perasaannya. Anak-anak yang mampu mengungkapkan perasaannya cenderung akan tidak mudah tantrum. Setiap kali mereka menampakkan emosi tertentu, Anda bisa segera menanyakan “kamu marah?” atau “kamu sedih?”. Tanyakan pula apa yang membuat mereka merasakan itu.
1. Perlihatkan Kepedulian :
Anak-anak yang sering mendapatkan simpati dari orang tua umumnya akan menjadi pribadi yang welas asih. Welas asih adalah dasar dari hubungan yang efektif atau ikatan yang kuat. Jadi, selalu perlihatkan kepedulian dan perhatian Anda terhadap emosi anak dan ajarkan bagaimana meresponsnya.
2. Puji Secara Obyektif :
Bila anak melakukan kebaikan, jangan asal memujinya. Contohnya, hanya karena anak mau meminjamkan bonekanya kepada temannya, tak lantas membuat Anda memuji, “hebat ya, adik mau berbagi.” Sebaliknya, anda bisa mengatakan, “Lihat, deh, si X senang sekali ya, bisa bermain dengan bonekamu.” Dengan menunjukkan ekspresi orang lain atas apa yang mereka perbuat, anak-anak akan belajar berempati tanpa harus merasa terbebani. Ini adalah bentuk pujian yang obyektif.
3. Ajak Anak Memperhatikan Perasaan Orang Lain
Biarkan anak tahu bahwa kakaknya kesal. Misal, saat anak Anda memaksa ingin bermain puzzle, sedangkan kakaknya ingin bermain balok. Anda bisa mengatakan, “Kakak ingin bermain balok. Adik ingin main puzzle. Bagaimana ya, caranya supaya adil dan tidak akan ada yang kesal atau kecewa?” Dengan begini anak akan belajar membuat keputusan yang lebih menghargai orang lain.
4. Tidak Memaksa Untuk Berbagi:
Sering kali orang tua selalu mengharapkan anaknya untuk mau berbagi. Tak jarang, keinginan ini ada kalanya disertai dengan paksaan. Hal ini tidak baik untuk anak-anak. Memaksa mereka berbagi akan membuat mereka belajar bahwa tidak ada yang bisa mereka perjuangkan. Di samping itu, Anda juga tidak akan memberikan rasa aman dalam hal kepemilikan.
5. Beri Kesempatan Anak Terlibat Lebih Banyak Interaksi
Anak-anak yang menghabiskan waktu sendiri atau berada di rumah, tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain. Berikan anak Anda kesempatan untuk memasuki lingkungan baru, bergaul dengan anak-anak lain dan berbicara dengan orang lain. Juga, libatkan mereka dalam kegiatan di mana mereka dapat terhubung dengan orang lain seperti taman bermain.
Manusia adalah makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu kecerdasan sosial sangatlah diperlukan agar bisa menjalin hubungan yang baik semua orang. Mari latih dan kembangkan kecerdasan sosial anak sejak dini agar kelak ia bisa menjadi pribadi yang peduli pada sesamanya.