10 Strategi Mengajarkan Disiplin Pada Anak
Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya kelak menjadi sukses dan bahagia. Banyak cara menuju ke sana, salah satu langkah penting adalah dengan menanamkan rasa disiplin. Kata yang terdengar sederhana, tetapi pada praktiknya tidak semudah yang dibayangkan.
Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa menerapkan disiplin pada anak adalah identik dengan pemberian hukuman fisik. Menurut mereka tanpa adanya hukuman fisik mustahil disiplin bisa ditegakkan. Anggapan ini jelas tidak benar sama sekali. Ada banyak strategi yang bisa dilakukan agar anak bisa disiplin tanpa perlu dihukum secara fisik, tetapi ada rasa tanggung jawab yang tumbuh dari dalam dirinya.
1. Membangun Kepercayaan Diri
Ini adalah poin utama sebelum orang tua berniat mengajarkan kedisplinan pada anak mereka. Banyak orangtua berpikir, mendidik anak agar bermental kuat adalah sama dengan mendidik anak yang tidak emosional. Padahal menurut para ahli, anak yang bermental kuat adalah yang mengenali emosinya dan mampu menemukan cara-cara yang sehat untuk mengatasi emosi tersebut. Misalnya, anak boleh sesekali marah, tetapi jangan sampai memukul atau menendang. Mungkin juga sesekali menangis, tetapi jangan disertai dengan membanting atau melempar piring.
2. Memberi Kesempatan untuk Membuat Keputusan
Apabila Anda membiasakan memberi kesempatan pada anak dalam pengambilan keputusan, akan sangat membantu mereka untuk berpikir secara logis. Misalnya, suatu saat anak meminta dibelikan sepeda, coba tanyakan pada mereka apakah sepeda harus dibelikan saat itu juga atau tunggu nanti saat ulang tahun? Sampaikan juga bahwa jika mereka memilih sepeda saat itu juga, maka pada hari ulang tahun nanti tidak akan ada hadiah lagi. Mau tidak mau mereka harus berpikir dan membuat keputusan. Secara psikologis hal ini sangat bermanfaat bahwa tidak setiap keinginan harus terpenuhi secara langsung. Disadari atau tidak, anak pun berlatih disiplin dan tahu kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan keinginannya.
3. Menerapkan Batasan Waktu
Strategi ini dinilai sangat efektif karena anak akan mendapat konsekuensi jika mereka tidak berhenti melakukan kegiatan. Misalnya, jadwal menonton televisi adalah pukul tujuh hingga sembilan malam, maka apabila waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, anak harus berhenti tanpa perlu diingatkan lagi. Hal ini berlaku juga untuk batasan waktu belajar, bermain, dan lain-lain. Apabila anak sudah memahami aturan dan bisa mematuhinya, kelak saat mereka dewasa, berdisiplin sudah tidak mengagetkan lagi.
4. Berkata Tegas tapi Bukan Marah
Ada kalanya anak membantah perkataan orang tua. Apabila ini terjadi, sebaiknya Anda menahan diri untuk tidak secara langsung tersinggung dan meluapkan emosi. Membentak balik atau bersikap kasar, justru bisa berakibat fatal, bagaikan menyiramkan bensin ke bara api. Anak bukannya mau mendengarkan, tetapi malah bisa lebih hebat meluapkan kemarahan. Anda cukup dengan berbicara tegas dan mengawasinya. Memberi anak waktu sejenak juga akan membuatnya sadar bahwa perilaku buruk mereka ternyata membawa dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain.
5. Memberi Tugas
Memberi tugas juga dinilai sebagai salah satu cara untuk mengetahui seorang anak akan disiplin atau tidak. Apakah anak akan melakukan tugas yang diberikan dengan baik, sesuai perintah, atau semaunya sendiri? Bukan tugas yang terlalu berat, tetapi bisa dicoba untuk melakukan pekerjaan Anda sehari-hari di rumah. Jangan sesekali mengharapkan hasil kerja mereka akan sesempurna atau serapi Anda. Jangan pula memberi kritikan secara langsung dan tahan diri untuk tidak mengulangi pekerjaan yang sudah dilakukan oleh anak. Yang penting adalah mereka sudah mau melakukan tugas yang diberikan dengan rasa tanggung jawab dan menjadikan hal tersebut sebagai tugas rutin.
6. Membuat Jadwal
Strategi yang dirasa cukup efeketif agar anak disiplin adalah dengan dibuatnya jadwal kegiatan. Anda bisa membiarkan anak membuat jadwalnya sendiri, sehingga ia akan lebih merasa bertanggung jawab untuk mematuhinya. Apabila anak bisa konsekuen mematuhi jadwal yang sudah dibuatnya, maka Anda bisa memberikan hadiah atau penghargaan sederhana, misalnya dibelikan makanan kesukaan atau diberi tambahan waktu bermain bersama teman-temannya.
7. Menjadi Teladan
Menjadi orang tua memang tidak hanya harus bisa memberi arahan, tetapi juga harus bisa menjadi role model atau teladan bagi anak-anaknya. Saat Anda memberikan larangan kepada anak, saat itu pula Anda harus sejalan juga untuk bisa melakukan hal yang sama. Mengajari anak tentang konsep benar dan salah sebaiknya dengan kata-kata serta tindakan yang tenang, bukan dengan emosi atau kemarahan. Akan lebih baik apabila Anda tidak selalu menyalahkan anak, tetapi menunjukkan dengan perilaku yang baik agar anak bisa melihatnya.
8. Mengajak Dialog
Dialog itu sama dengan komunikasi dua arah dan bicara dari hati ke hati. Anda harus mau mendengarkan semua keluhan yang disampaikan anak. Dengarkan sampai anak tuntas tanpa perlu menyela. Setelah itu barulah Anda memberikan masukan untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Sampaikan mana yang benar dan apa yang salah dengan bahasa yang baik. Apabila Anda dan anak sudah terbiasa berdialog berarti anak pun akan berperilaku disiplin tanpa tekanan dari Anda.
9. Mengabaikan Perilaku Buruk
Mungkin terdengar janggal, Namun, ada kalanya mengabaikan perilaku buruk pada anak dapat menjadi cara yang efektif untuk menghentikannya. Hal tersebut justru mengajarkan pada anak tentang konsekuensi dari tindakan mereka. Misalnya, jika anak terus menumpahkan minumnya dengan sengaja, ia tidak akan punya minuman lagi. Atau contoh lain jika ia merusak mainannya, ia tidak bisa bermain lagi. Dengan cara ini ia akan belajar bahwa ternyata perilakunya yang tidak baik itu justru merugikan dirinya sendiri.
10. Mengungkapkan Perasaan dengan Pelukan
Memeluk adalah ekspresi yang sangat efektif untuk membatu mengatasi perilaku buruk anak. Ketika anak berperilaku buruk, beri tahu mereka bahwa Anda sebagai orang tua sangat kecewa. Membiarkan anak tahu bagaimana perasaan Anda saat itu akan membuat mereka menjadi sadar akan kesalahan mereka. Terakhir adalah beri mereka pelukan, sembari sampaikan jangan mengulangi lagi. Memeluk anak akan memberi rasa nyaman dan anak bisa memahami perasaan Anda. Di masa yang akan datang, anak akan belajar untuk peka terhadap perasaan orang lain dan belajar mengendalikan perilaku mereka.
Menjadi orang tua memang bukan tanggung jawab yang mudah, tetapi bukan tidak bisa dipelajari. Setiap hari adalah proses pembelajaran yang tidak akan pernah ada kata selesai. Anak belajar dari orang tua dan demikian pula sebaliknya. Dengan pola asuh yang tepat, bukan tidak mungkin anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang disiplin. Lakukanlah berbagai strategi di atas untuk mewujudkannya. Tapi ingat, jangan melakukan kekerasan baik secara fisik maupun verbal agar anak tetap tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi.
---