10 Perbedaan Ketika Kembali Mengajar di Kelas Tatap Muka Saat Pandemi
Mulai bulan Juli ini sekolah kembali dibuka. Sekolah harus mematuhi protokol kesehatan yang harus diterapkan oleh siswa, para pendidik dan petugas di sekolah. Siswa diimbau untuk sudah mendapatkan sosialisasi pola new normal sebelum memasuki sekolah supaya dapat mencegah penyebaran virus corona yang terjadi di Indonesia. Begitu juga yang dirasakan para guru ketika kembali mengajar di kelas saat pandemi. Mereka harus tetap menerapkan social distancing.
Pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak perubahan yang terjadi dalam keseharian setiap masyarakat.
Perubahan yang terjadi membawa dampak yang begitu luar biasa, salah satunya dalam bidang pendidikan. Tidak jarang para orang tua mengeluh karena merasa tidak sanggup saat anak belajar di rumah. Hal itu juga terjadi dengan para guru yang harus terus berpikir secara kreatif supaya para anak didik tidak mengalami ketertinggalan.
Dalam situasi seperti ini, para siswa harus bisa mengejar ketertinggalan materi pelajaran dengan mandiri. Para guru juga tidak bisa lagi mengajar secara face to face dengan waktu yang sudah ditetapkan sesuai RPP. Guru memiliki peran untuk membuat kegiatan pembelajaran tetap berjalan dengan baik walau yang diterapkan saat itu yaitu pembelajaran jarak jauh.
Setelah menjalani sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama kurang lebih tiga bulan lamanya, akan terasa berbeda ketika kembali belajar di dalam kelas. Hal itu bukan hanya saja terlihat berbeda, tetapi menimbulkan kecemasan kepada para orang tua apakah tindakan tersebut sudah pasti aman di tengah pandemi Covid-19 yang belum mulai mereda ini.
Namun, walaupun saat ini perlahan-lahan sekolah kembali dibuka dan kegiatan belajar di sekolah mulai dijalankan, para orang tua dan guru harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Waktu tiga bulan bisa dibilang cukup lama untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu saat kegiatan belajar mengajar kembali seperti semula, semua terlihat berbeda. Berikut merupakan 10 perbedaan ketika kembali mengajar di kelas saat pandemi.
10 Perbedaan Mengajar di Kelas di Saat Masa Pandemi Masih Berlangsung
1. Harus Mematuhi Protokol Kesehatan
Sangat diharapkan guru dan siswa untuk selalu mematuhi protokol kesehatan, di mana selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik guru dan siswa harus memakai masker di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. Namun, sebelum itu dipastikan suhu tubuh guru dan siswa harus normal. Apabila suhunya terdeteksi mengalami gejala demam, diharapkan untuk kembali ke rumah.
2. Pembelajaran Tidak Seluwes Dulu
Hal pertama yang paling terlihat perbedaannya yaitu kegiatan belajar mengajar menjadi lebih terbatas dalam segala gerak-gerik fisik dibandingkan sebelumnya. Biasanya apabila siswa kembali memasuki ruang kelas saat tahun ajaran baru, mereka akan saling berkumpul dan menceritakan liburannya. Begitu juga dengan para guru yang akan meminta anak-anaknya untuk bercerita di depan kelas. Akan tetapi, kali ini siswa diharuskan untuk menjaga sikap dan tingkah laku supaya tetap menjaga jarak dan tidak saling bersentuhan.
3. Tidak Ada Jabat Tangan
Apabila biasanya di setiap akhir pembelajaran, guru dan anak-anak didiknya akan saling berjabat tangan sebelum pulang ke rumah masing-masing, saat ini kegiatan tersebut ditiadakan. Bahkan sangat diharapkan untuk masing-masing siswa menerapkan social distancing dan memiliki jarak kurang lebih 1 meter ketika ingin berinteraksi.
4. Pembatasan Banyaknya Siswa di Dalam Kelas
Untuk menerapkan social distancing di dalam kelas, diimbau bahwa di dalam satu ruangan tidak memuat lebih dari 20 siswa. Di sekolah negeri, biasanya di dalam satu kelas berisi 30 siswa di dalam satu kelas, maka untuk saat ini kelas banyaknya siswa dibatasi untuk mencegah terjadinya penularan virus COVID-19.
5. Kegiatan Pembelajaran yang Dibagi Menjadi Beberapa Sesi
Selain itu, kegiatan pembelajaran tidak diadakan serentak, melainkan dibagi menjadi beberapa sesi. Misalnya dari jam 7 – 10 hanya siswa kelas 1 – 2 yang belajar di sekolah pada hari Senin. Hal itu diterapkan untuk mencegahnya banyaknya siswa yang hadir di sekolah.
6. Siswa Cenderung Lebih Pasif
Setelah 3 bulan lamanya melakukan pembelajaran jarak jauh, siswa cenderung menjadi lebih pasif dari sebelumnya. Hal itu dapat dilihat dari kurangnya keaktifan siswa saat guru kembali memulai pembelajaran dan memberikan materi. Sebagian siswa akan diam saja dan tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru. Dampak negetif yang terjadi saat diterapkannya PJJ yaitu menurunnya kemampuan akademik siswa. Hal ini sangat dirasakan ketika guru kembali mengajar di kelas.
7. Kembali Diterapkannya Teacher Center
Beberapa tahun belakangan ini pemerintah sudah menerapkan kurikulum 2013 yang tidak lagi menerapkan kegiatan pembelajaran yang teacher center atau berpusat pada guru. Pemerintah mengharapkan guru untuk lebih menerapkan model pembelajaran yang lebih kreatif yang dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar siswa di kelas. Namun, di tengah-tengah pandemi Covid-19 seperti ini, guru sangat dianjurkan untuk membatasi pergerakan siswa. Oleh karena itu, saat ini pembelajaran kembali berpusat pada guru.
8. Waktu yang Terbatas
Selain itu, waktu yang digunakan untuk mengajar di kelas sangatlah terbatas. Kepala sekolah memberikan ketegasan bahwa kegiatan belajar mengajar hanya berlaku 3-4 jam saja. Selebihnya guru memberikan beberapa pekerjaan rumah untuk membantu siswa untuk mendalami pembelajaran yang baru saja mereka pelajari. Oleh karena itu, banyak dari siswa yang mengeluh karena tidak terlalu paham dengan pembelajaran saat ini yang menurut mereka terlampau sulit. Dengan kondisi yang seperti ini, ada baiknya orang tua dan guru turut berkonsultasi dengan kendala-kendala yang dialami siswa.
9. Pembelajaran Menjadi Tidak Efektif
Beberapa siswa ada yang masih menerapkan pembelajaran jarak jauh dan ada pula yang sebaliknya. Pembelajaran menjadi tidak efektif sangat dirasakan oleh sebagian guru. Beberapa siswa yang tidak memiliki fasilitas dan tidak memiliki sinyal yang kuat di rumahnya, membuat siswa untuk pergi ke sekolah untuk belajar seperti biasa, sedangkan untuk siswa yang memiliki fasilitas, mereka bisa belajar dari rumah dan dibimbing oleh orang tuanya. Pembelajaran menjadi tidak efektif karena guru harus membagi fokusnya pada sistem pembelajaran jarak jauh dan kegiatan belajar di dalam kelas.
10. Kegiatan Belajar di Sekolah Tidak Diberlakukan Setiap Hari
Selain itu, kegiatan belajar di sekolah hanya diberlakukan sekali dalam seminggu. Hal itu diterapkan untuk mencegah terjadinya penularan virus Covid-19 di lingkungan sekolah. Solusi tersebut menjadi yang terbaik untuk membantu siswa dalam belajar, karena beberapa siswa ada yang tidak begitu memahami pembelajaran ketika sepenuhnya dilakukan secara online.
Setelah mengetahui 10 perbedaan ketika kembali mengajar di kelas saat pandemi sangat diharapkan untuk orang tua dan guru selalu bekerja sama untuk membantu siswa dan anak Anda dalam mengejar ketertinggalan yang mereka alami selama beberapa bulan terakhir ini. Adanya pandemi COVID-19 ini memang sangat memengaruhi dunia pendidikan, terutama pada sistem belajar siswa yang harus disesuaikan dengan cepat dan tepat. Sangat disayangkan apabila siswa akan menjadi korban dari rendahnya antusias orang tua untuk membantu mereka ketika belajar di rumah. Oleh karena itu, sangatlah baik apabila guru dan orang tua untuk selalu bekerja sama di setiap harinya.