Tips Mengelola Perilaku Siswa Aktif dengan Tetap Menghargai Hak Anak
Pada dasarnya, setiap siswa memiliki keunikan tersendiri. Ada siswa yang bersifat defensif lebih memilih diam dan malu. Namun, ada juga beberapa siswa yang bersifat aktif dan hiperaktif.
Berikut adalah beberapa perbedaan dari anak yang aktif dan hiperaktif seperti :
- Kemampuan Fokus pada anak
Perbedaan pertama adalah kemampuan anak untuk fokus. Anak yang aktif mampu untuk berfokus pada satu hal, walaupun perhatiannya teralihkan pada hal-hal yang menarik. Sedangkan anak hiperaktif cenderung lebih sulit untuk fokus terhadap suatu hal. Hal ini tentunya dapat membuat anak hiperaktif mengalami kesulitan untuk fokus pada kegiatan pembelajaran di kelas.
- Cara Bicara
Perbedaan lainnya yaitu anak hiperaktif cenderung lebih banyak berbicara dan suka menyela pembicaraan orang lain, yang bahkan di mana dirinya tidak terlibat dalam ruang obrolan tersebut. Sedangkan anak yang aktif cenderung lebih mudah untuk diajak berbicara dan mudah menangkap setiap kosa kata yang guru ajarkan saat kegiatan pembelajaran.
- Mengendalikan Emosi
Anak yang hiperaktif cenderung sifatnya lebih sensitif, karena mereka kesulitan dalam mengelola emosi dan amarah yang mereka miliki. Sedangkan anak yang aktif lebih mampu menjaga perasaan yang mereka miliki dan mampu mengelola apa yang mereka rasakan saat itu.
- Hubungan Sosial
Perbedaan lainnya yaitu terdapat pada hubungan sosial. Dalam kesehariannya, anak yang hiperaktif mengalami kesulitan dalam kegiatan berkelompok atau berorganisasi. Bahkan di dalam beberapa kasus dijelaskan bahwa anak yang hiperaktif akan mengalami kesulitan dalam mengikuti instruksi sebuah permainan.
Sedangkan anak yang aktif mereka akan lebih mampu dalam melaksanakan kegiatan berkelompok dan berorganisasi, serta mereka juga mampu menghadapi setiap masalah yang ada di dalam permainan.
Walaupun energi yang dimiliki anak aktif dan hiperaktif cenderung sama, meraka memiliki peran yang berbeda dalam kesehariannya.
- Rasa Lelah
Walaupun bisa dikatakan energi yang dimiliki anak aktif cukup besar, tetapi kenyataannya energi yang melimpah tersebut memiliki batasannya sendiri. Mereka cenderung memiliki batas waktunya sendiri, seperti kapan harus beraktivitas dengan maksimal dan kapan mereka harus beristirahat.
Sedangkan untuk anak yang hiperaktif, mereka cenderung tidak tahu kapan waktu mereka capek dan lelah untuk tertidur. Ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan anak hiperaktif memiliki waktu tidur yang kurang, sehingga kualitas tidur mereka di malam hari cukup buruk.
Cara Menangani Anak yang Aktif di Kelas
Berikut adalah cara yang dapat dilakukan guru untuk menangani anak yang aktif di kelas, yaitu seperti:
1. Bersikap Tegas, tetapi Tidak Menunjukkan Rasa Amarah
Pada tahap ini guru dapat memanggil siswa dengan nama mereka kemudian pandang mata dan wajahnya dengan serius sampai perhatiannya menuju pada Anda. Dalam hal ini, Anda dapat menyugesti siswa dengan mengatakan bahwa tindakan yang mereka lakukan terlalu berlebihan dan sudah menganggu teman sekitarnya.
2. Konsisten dengan Apa yang Diucapkan
Seringkali siswa bersifat aktif karena gusar. Oleh karena itu, ada baiknya Anda belajar untuk tidak membuat mereka gusar, seperti tidak memberikan mereka janji yang berlebihan ketika mereka sedang merajuk.
3. Jika Berkata Tidak, Berikan Penjelasannya
Rasa ingin tahu dan tidak terima yang ada di dalam diri mereka akan membuat mereka terus merengek, bahkan bisa semakin parah jika tidak diatasi dengan segara. Oleh karena itu, Anda dapat memberikan penjelasan yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh mereka. Jangan gunakan bahasa kiasan atau analogi yang tidak mereka pahami.
4. Membantu Mereka saat Menenangkan Diri
Ketika siswa sedang mengalami frustasi, emosi berlebihan, atau stres, Anda dapat membantu siswa dengan menyugesti mereka untuk mengambil napas dalam-dalam, hirup dari hidung lalu membuangnya dari mulut. Lakukan itu secara terus menerus hingga siswa merasa lebih tenang. Pada kesempatan ini, Anda dapat membantunya dengan memberikan sentuhan atau pijatan lembuh di pundaknya agar mereka bisa lebih relaks.
5. Berkerja sama dengan Orangtua tentang Asupan Makanan Anak
Pada kesempatan ini, guru bisa berkoordinasi dengan orang tua agar anak tidak memakan makanan yang banyak mengandung gula, bahan pengawet, pewarna, dan minuman dingin sebelum mereka ke sekolah minggu.
6. Berikan Perlakuan yang Sama seperti kepada Anak Lainnya
Perbedaan perlakuan yang diberikan guru justru bisa menjadi pemicu kemarahannya. Pada kesempatan ini, Anda dapat memberikan mereka kebebasan untuk melakukan aktivitas seperti biasanya, sehingga teman-temannya dapat mengerti apa yang harus mereka lakukan untuk membantunya.
7. Memberi Pemahaman terhadap Teman Sekelas untuk Tidak Bersikap Antipati
Ketika di dalam kelas, Anda dapat mengajak siswa untuk bersikap normal ketika berhadapan dengan anak yang hiperaktif. Pada kesempatan ini, Anda dapat memberi petunjuk kepada siswa lainnya tentang kapan mereka harus mendekat dan mengajaknya bermain, serta kapan mereka harus menjaga jarak.
3 Prinsip Mengelola Perilaku Siswa di Kelas
Manajemen perilaku siswa bisa disebut sebagai keterampilan dasar seorang guru. Jika ia sukses mengelola perilaku siswanya maka urusan kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih mudah.
Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat mengelola perilaku siswa di kelas dalam proses kegiatan pembelajaran, yaitu:
1. Jika Pembelajaran Anda Aktif Kreatif dan Menyenangkan di Kelas, Maka sebagai Guru Anda akan Sedikit Sekali Mengalami Masalah Perilaku Siswa
Hal ini dapat terjadi karena siswa sudah merasa nyaman dan senang dengan proses kegiatan belajar yang guru buat. Untuk merealisasikan kelas yang menyenangkan tersebut, guru dapat melakukan banyak variasi dalam proses kegiatan mengajar, dengan begitu siswa Anda akan mengikuti proses kegiatan belajar dengan baik di kelas.
2. Saat Mengajar Guru Tidak Bisa Memaksa Siswanya untuk Senang dengan Dirinya
Fokus seorang guru dalam mengajar bukanlah respon siswa yang senang atau tidak senang ketika mereka sedang mengajar. Urusan guru adalah menghadirkan pembelajaran sebaik baiknya dengan strategi dan metode pembelajaran yang pas dan terkini.
Kelas akan tidak kondusif jika guru sekuat tenaga meminta siswa untuk menyenangi diri dan pribadinya. Mengajarlah dengan efektif maka siswa akan senang dengan anda.
3. Guru yang Sibuk Kejar Target Kurikulum Biasanya Mengalami Masalah Perilaku Siswa di Kelasnya
Untuk itu sekolah perlu melakukan pemetaan kurikulum secara bersama-sama. Dengan cara membentuk komite kurikulum. Di SD, pihak sekolah dapat membentuk komite kurikulum bagi mata pelajaran yang dijadikan ujian nasional (Bahasa Indonesia, IPA dan Matematika).
Sedangkan di SMP dan SMA pihak sekolah dapat meminta setiap guru mata pelajaran untuk duduk bersama membuat kurikulum nya sendiri dengan menggunakan referensi dari kurikulum nasional. Oleh karena itu, tidak ada lagi guru yang menggunakan waktunya untuk mengejar waktu untuk menghabiskan buku teks pelajaran sampai habis dalam waktu yang tidak memungkinkan.
Semua perilaku siswa di kelas adalah proses. Guru mesti sadar bahwa memberikan siswa kesempatan untuk berproses adalah tugas setiap guru.
Jika guru menemukan masalah perilaku di kelas bisa melakukan penanganan dengan mulai berprasangka baik baru mencari tahu latar belakang dari masalah. Guru yang matang perencanaan mengajarnya akan punya banyak energi untuk mengatasi masalah perilaku siswa.
Secara singkat masalah perilaku siswa berasal dari keinginan untuk diperhatikan, guru yang baik berusaha memenuhi kebutuhan dasar siswanya untuk diperhatikan, dimotivasi dan diberikan kesempatan yang sama untuk jadi yang terbaik.