Teknik Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran sosial emosional memiliki relevansi terhadap tujuan pendidikan nasional Indonesia yang tertuang dalam profil pelajar Pancasila. Teknik penerapan pembelajaran sosial emosional oleh guru dapat disesuaikan dan dirancang sesuai kebutuhan peserta didik serta kompetensi yang ingin dilatih.
Pembelajaran sosial emosional tidak hanya mencakup pengalaman apa saja yang akan dipelajari siswa untuk membentuk kompetensi sosial emosionalnya. Namun berkaitan pula dengan cara guru mengajar, agar dapat menciptakan peserta didik yang mampu memposisikan diri secara efektif di lingkungan sekolah maupun masyarakat serta mencapai kesuksesan dengan kompetensi yang dimilikinya.
Pelaksanaan pembelajaran sosial emosional dapat menciptakan interaksi positif dan hubungan harmonis anatara guru dan peserta didik. Sehingga, perannya menjadi sentral dalam mencapai keberhasilan akademik dan kehidupan sosial bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran sosial emosional yang terintegrasi dengan mata pelajaran di kelas adalah untuk menciptakan keseimbangan kompetensi akademik dan sosial emosional yang dimiliki peserta didik.
Salah satu teknik penerapan pembelajaran sosial emosional untuk memberikan kenyamanan siswa dalam proses belajar diantaranya adalah teknik STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, Proceed). Teknik STOP dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkonsentrasi, membentuk sikap positif serta mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang reflektif.
Pengembangan emosional bukan pekara mudah bagi peserta didik yang baru belajar memahami diri mereka sendiri. Menurut Pusat Statistik Kesehatan Nasional Amerika Serikat pada tahun 2019, terdapat 6% anak dilaporkan mengalami kesulitan emosional dan perilaku.
Hal ini kemudian membuat teknik STOP dibutuhkan dalam mengelola emosional dengan cara yang positif dan proaktif. Selain itu teknik ini juga membantu anak dalam mengatur dan mengelola emosional sehingga dapat memperkecil kemungkinan stress dan tekanan yang dirasakan dalam proses belajar.
Teknik STOP menjadi salah satu teknik sederhana untuk melatih mindfulness anak didik melalui pengaturan nafas.
Mindfullnes merupakan kondisi yang memusatkan pikiran terhadap emosi yang dirasakan, menerimanya secara terbuka dan bersyukur tanpa banyak menuntut serta mampu memberikan respon yang paling tepat.
Meski dimiliki secara alami, namun melatih mindfullnes dapat meningkatkan kesehatan mental. Mindfulness tidak hanya terbatas pada berlatih mengatur dan menyadari nafas semata, namun melatih kesadaran diri terhadap setiap aktivitas yang dilakukan, dirasakan, diucapkan serta dipikirkan.
Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Teknik STOP
1. Stop (Berhenti)
Guru memberi instruksi kepada peserta didik untuk menghentikan sejenak semua aktivitas yang dilakukan dan duduk dengan posisi yang paling nyaman, rileks.
2. Take a Deep Breath (Tarik Napas Dalam)
Tahap di mana peserta didik diberi arahan untuk menarik nafas secara perlahan melalui hidung untuk merasakan masuknya udara segar setidaknya dalam waktu dua detik dan menghembuskannya kembali secara perlahan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berulang sebanyak 2-3 kali.
3. Observe (Amati)
Peserta didik diinstruksikan untuk mengamati apa yang mereka rasakan pada bagian tubuh usai menarik dan membuang nafas tersebut.
4. Proceed (Melanjutkan)
Di tahap ini guru dapat melanjutkan proses pembelajaran karena latihan mengelola emosional sudah selesai. Dengan demikian, peserta didik dapat mengikuti kegiatan inti pembelajaran dengan perasaan yang lebih positif dan pikiran yang lebih tenang dan jernih.
Penerapan pembelajaran sosial emosional memiliki ruang lingkup berupa pelaksanaan rutin yang dilakukan di luar jam belajar, terintegrasi dengan materi pembelajaran dan sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh sekolah.
Berdasarkan ruang lingkup tersebut akan memuat lima kompetensi pembelajaran sosial dan emosional peserta didik seperti, kesadaran diri dan sosial, manajemen diri, kemampuan menjalin relasi, membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Tips Mendorong Peserta Didik untuk Menerapkan Teknik STOP
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan guru dalam mendorong peserta didik bisa menerapkan teknik STOP, diantaranya:
1. Terbuka Terhadap Emosi
Peserta didik yang menyadari perasaan mereka merupakan aspek penting dari teknik STOP. Dengan menyadari perasaan dan emosional yang sedang dirasakan dapat menentukan bagaimana tindakan positif yang akan diambil berikutnya. Guru harus memfasilitasi peserta didik agar terbuka dan bersedia mendiskusikan emosi yang sedang dirasakannya entah marah, sedih, kecewa serta memberikan pemahaman kepada mereka untuk merespon terhadap emosi tersebut.
2. Bersikap Positif
Guru mampu memberikan contoh untuk berperilaku positif dalam mengelola emosionalnya agar peserta didik dapat meniru hal serupa. Misalnya ketika sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan sebaiknya guru jangan meluapkannya saat proses pembelajaran berlangsung. Coba untuk menerapkan teknik STOP dan berpikir secara jernih terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan berikutnya.
3. Mendorong Self Talk
Guru mendorong peserta didik untuk melakukan self-talk (bicara pada diri sendiri) dengan positif. Contoh self-talk positif yaitu “Saya tahu ini sulit tapi saya yakin bisa menyelesaikannya.”
Self-talk positif ini akan membantu peserta didik bisa keluar dari situasi stres dan penuh tekanan dalam belajar. Upaya membangun kompetensi sosial dan emosional peserta didik dalam proses pembelajaran dapat bermanfaat terhadap kesejahteraan setiap anak. Mereka akan merasa didukung secara emosional dan sosial sehingga timbul perasaan nyaman untuk ke sekolah dan bisa lebih fokus dalam menerima pembelajaran.
Selain teknik yang diterapkan dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru juga dapat menggunakan beberapa strategi untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional peserta didik. Salah satu strategi untuk mengembangkan kompetensi sosial emosional peserta didik yaitu guru mampu memainkan peran berharga dalam pendidikan yang menyeluruh dan seimbang. Misalnya dengan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik.
Setiap peserta didik memerlukan kebutuhan keterampilan sosial-emosional yang unik dan beragam. Oleh karena itu, pembelajaran dan intervensi dari guru diharapkan dapat membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan tersebut sesuai kebutuhannya.
Guru yang memberikan perhatian secara positif dapat berperan penting dalam proses perkembangan peserta didik karena bagi mereka seorang guru adalah sumber kepercayaan dalam mencari solusi atas kesulitan yang dialaminya. Beberapa peserta didik mungkin akan memerlukan dukungan tambahan dari gurunya agar bisa lebih percaya diri dan merasa aman. Pada kondisi ini, pastikan bahwa guru dan lingkungan belajar siap serta responsive terhadap kebutuhan sosial dan emosional mereka.
Dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional, guru juga bisa mengajarkan literasi emosional kepada peserta didik agar dapat meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan diri serta mendorong manajemen emosi. Mengembangkan keterampilan literasi emosional peserta didik dapat diwujudkan dengan cara mengajarkan mereka untuk berempati dan memahami perasaan orang lain serta mampu merespon dengan tindakan yang tepat.
Lebih lanjut, bagian yang tak kalah penting dalam strategi pembelajaran sosial emosional bagi peserta didik yaitu mengajarkan keterampilan menjalin relasi persahabatan. Melalui persahabatan antar teman sekelas, peserta didik dapat belajar cara berinteraksi, berhubungan dan bekerja dengan orang lain. Selain itu, peserta didik juga secara langsung akan belajar dan berlatih untuk berbagi, bekerja sama dan mengambil keputusan dalam menyelesaikan konflik.
Itulah beberapa teknik dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional. Semoga artikel ini dapat membantu Anda dalam proses kegiatan pembelajaran.