Sudah Berapa Kali Terjadi Perubahan Kurikulum di Indonesia?
Seperti tidak ada habisnya dalam mengulik dunia pendidikan di Indonesia. Dari munculnya Bapak Pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara, lalu tokoh emansipasi wanita R.A. Kartini yang menyetarakan laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Mengapa pendidikan begitu penting bagi kita semua? Pendidikan merupakan inti dari kesejahteraan. Dengan pendidikan kita bisa mengelola diri sendiri, keluarga, lingkungan dan negara. Pendidikan juga tidak berarti hanya yang memiliki kaitan dengan akademis. Pendidikan karakter, pendidikan moral, dan pendidikan bermasyarakat sangat perlu dipelajari oleh setiap individu.
Lalu apa pentingnya pendidikan akademis? Adanya pendidikan akademis akan melahirkan inovasi-inovasi terkini yang nantinya akan mempermudah kehidupan manusia. Contohnya, dunia otomotif dan pembangunan gedung tidak lepas dari ilmu fisika.
Pembuatan bahan pangan yang aman, pembuatan kosmetik serta barang-barang keseharian juga tidak lepas dari ilmu kimia. Perusahaan barang dan jasa juga tidak lepas dari ilmu manajemen dan ekonomi. Masih banyak bidang keilmuan lain yang sangat penting menyokong kemajuan sebuah negara.
Berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan juga turut merombak sistem kurikulum di Indonesia. Semakin hari semakin membaik dan berkualitas.
Lalu bagaimana awalnya Indonesia menciptakan kurikulum hingga kini ?
1. Kurikulum Rencana Pelajaran di Tahun 1947
Bermula dua tahun sejak Indonesia merdeka, Kurikulum Rencana Pelajaran, yaitu kurikulum lanjutan yang awalnya digunakan pada masa penjajahan Belanda atau sebutan lainnya leer plan yang bermakna rencana pelajaran. Tujuan dari kurikulum ini berfokus pada pendidikan pikiran dan pendidikan karakter sebagai WNI. Namun, dalam penerapannya tidak serta merta digunakan pada tahun tersebut secara merata. Kurikulum ini diterapkan di sekolah-sekolah sejak tahun 1950.
2. Kurikulum 1964
Setelah 14 tahun dari penerapan Kurikulum Rencana Pelajaran, pemerintah mencetuskan kurikulum baru yang dinamakan “Kurikulum 1964”. Pada kurikulum kedua ini, pemerintah menerapkan program Pancawardhana untuk bekal di jenjang Sekolah Dasar (SD), yaitu pendidikan yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Lalu, untuk mata pelajarannya dikelompokkan menjadi 5 kelompok bidang studi, antara lain moral, jasmani, kecerdasan, emosional, artistik atau keterampilan.
3. Kurikulum 1968
Hanya bertahan selama empat tahun, Kurikulum 1964 digantikan oleh Kurikulum 1968. Pada kurikulum ini terjadi penyempurnaan dari Kurikulum Pelajaran Terurai (1952) hingga Kurikulum 1964. Terdapat perubahan dari program Pancawardhana menjadi pengetahuan dasar, pembinaan jiwa Pancasila, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 memiliki tujuan untuk membentuk manusia ber-Pancasila sejati, kokoh secara jasmani, menjunjung kecerdasan dan keterampilan, bermoral, berbudi pekerti, dan beragama. Bisa dibilang kurikulum 1968 merupakan kurikulum pelengkap dari kurikulum sebelumnya dan hanya mengubah beberapa poin saja.
4. Kurikulum 1975
Masuk di era 70-an, terciptalah kurikulum baru, yakni Kurikulum 1975 yang mana sistem pendidikan memiliki orientasi pada tujuan yang lebih efektif dan efisien dalam dunia pendidikan. Pada kurikulum ini, mulai dikenal istilah satuan pelajaran yaitu adanya rencana pembelajaran setiap satuan bahasannya.
Pada setiap satuan pelajaran dirinci kembali menjadi sebuah petunjuk umum, lalu juga dalam bentuk tujuan instruksional khusus, materi pembelajaran, alat/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar (KBM), dan evaluasi/penilaian. Namun, banyak yang mengkritik Kurikulum 1975 ini karena dianggap kurang ideal. Mengapa begitu? Sebab dianggap membebani guru dengan hal-hal rinci tersebut.
5. Kurikulum 1984
Pada Kurikulum 1984, kebijakan-kebijakan sudah mulai melihat sisi humanistik dari siswa maupun tenaga pengajarnya. Siswa lebih diposisikan sebagai subjek belajar. Siswa melakukan pengamatan, lalu mengklasifikasikan, mendiskusikan, hingga membuat laporannya.
Kurikulum 1984 diadaptasi dari metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau Student Active Learning (SAL). Pencetus metode ini ialah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986. Beliau merupakan Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) di masanya.
Metode CBSA ini memfokuskan keaktifan siswa yang mana siswa terlibat semacam “problem solving” yakni mendengarkan, mendiskusikan, lalu menyampaikan hasil diskusinya.
Adapun kelebihan dari Kurikulum 1984 antara lain:
a) Kurikulum ini berisikan materi dan metode yang dijelaskan dengan detail, sehingga guru dan siswa mudah dalam mengaplikasikannya.
b) Inisiatif siswa lebih besar dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat ketika berdiskusi.
c) Siswa-siswi memiliki keterlibatan besar dalam proses belajar mengajar. Tidak hanya guru yang “vokal” dalam proses ini.
d) Siswa belajar secara langsung sebuah pengalaman, seperti tugas-tugas eksperimental.
e) Kualitas interaksi antar siswa dinilai lebih bagus, secara intelektual maupun sosial.
f) Membiasakan keterampilan diskusi secara aktif dan mengetahui cara berdiskusi yang baik.
g) Siswa bisa belajar public speaking dan cara komunikasi asertif.
h) Meningkatkan rasa percaya diri siswa. Ketika seorang anak diberikan kepercayaan, maka ia juga akan mempercayai dirinya untuk tampil di tengah-tengah diskusi.
i) Siswa dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
6. Kurikulum 1994
Pada Kurikulum 1994, terdapat penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Namun, hal ini memiliki dampak pada sistem manajemen waktu pembelajaran, yakni perubahan sistem semester menjadi sistem caturwulan. Adanya sistem caturwulan yang mana pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga fase, diharapkan siswa dapat menerima pelajaran yang lebih banyak.
Didapati banyak masalah yang terjadi saat pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini memaksa para pembuat kebijakan agar segera menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu cara penyempurnaan ini dihadirkannya Suplemen Kurikulum 1994. Dalam masa penyempurnaan tersebut tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yakni penyempurnaan kurikulum secara terus menerus dan disesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan IPTEK.
7. Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 pada masanya lebih dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yaitu, kombinasi antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kurikulum ini mendapatkan masukan mengenai alat ukur kompetensi siswa dengan ujian yang masih menggunakan pilihan ganda. Setelah adanya pengujian di Pulau Jawa dan beberapa kota besar di luar Pulau Jawa lainnya, KBK masih dirasa kurang memuaskan bagi tenaga pengajar.
8. Kurikulum 2006
Akibat tidak puasnya banyak pihak dengan KBK, tercetuslah dua tahun kemudian kurikulum 2006 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Tidak banyak perubahan besar dari sisi isi kurikulum 2004, namun di kurikulum 2006 memiliki perbedaan yang cukup signifikan untuk guru yang diberikan kebebasan dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa di sekolah tersebut.
9. Kurikulum 2013
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu Muhammad Nuh, mengemukakan bahwa Kurikulum 2013 akan lebih mengusung pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Di kurikulum ini, guru diharapkan dapat membimbing siswa dalam mengobservasi, bertanya, menalarkan, dan mengomunikasikan apa yang telah siswa pahami setelah menerima materi pembelajaran.
Guru juga melakukan sebuah refleksi pembelajaran setelah satu bahasan usai. Bagi siswa diharapkan dapat memiliki tanggung jawab pada lingkungannya, kemampuan interpersonal, intrapersonal, dan mengasah kemampuan berpikir kritis.
Di tahun 2021, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Maman Fathurrahman merencanakan kurikulum baru yang mulai diterapkan tahun ajaran 2021/2022. Kurikulum ini, akan diterapkan secara bertahap di sekolah penggerak dan sekolah umum yang memiliki minat untuk menerapkannya. Dalam pelaksanaannya juga dicoba di beberapa jenjang terlebih dahulu yakni pada siswa kelas 1, 4, 7, dan 10.