Strategi Merancang Konten Pembelajaran bagi Guru
Tahun ajaran 2022 ini, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) menetapkan kurikulum baru untuk acuan pendidikan di Indonesia. Kurikulum tersebut bernama Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka dianggap bisa mengatasi ketertinggalan pendidikan di Indonesia selama pandemi COVID-19.
Apa perbedaan Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya? Kurikulum Merdeka ini memiliki kegiatan intrakurikuler yang beragam dengan konten pembelajaran yang lebih optimal. Hal ini memungkinkan siswa punya cukup waktu untuk memahami materi pelajaran dan menguatkan potensinya.
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar dengan gaya belajarnya masing-masing, sekaligus mengembangkan minat dan bakatnya. Dengan demikian, siswa bisa mengembangkan semua potensinya dengan maksimal.
Tak hanya memberikan kebebasan kepada siswa, Kurikulum Merdeka juga memberikan kebebasan kepada guru. Kebebasan tersebut terkait dengan metode dan kontek yang digunakan dalam pembelajaran. Guru bebas memilih metode pembelajaran untuk melakukan langkah-langkah pembelajaran. Sementara itu, dalam merancang konten pembelajaran, guru juga bebas membuat konten pembelajarannya masing-masing. Tentu saja konten pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa-siswanya.
Bagaimana strategi guru dalam merancang konten pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka? Artikel ini selanjutnya akan membahas bagaimana strategi merancang konten pembelajaran bagi guru.
Apa Itu Konten Pembelajaran?
Konten pembelajaran adalah rangkaian materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari oleh siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku. Konten pembelajaran adalah hal yang tak bisa dipisahkan dari proses belajar mengajar.
Ada beberapa syarat utama bagi sebuah konten pembelajaran yang menarik. Pertama, konten pembelajaran harus kontekstual. Artinya, konten pembelajaran bisa menghubungkan materi pelajaran dengan kondisi nyata kehidupan sehari-hari.
Sebuah konten pembelajaran haruslah sesuai dengan kebutuhan siswa, ketersediaan informasi yang beragam, juga dapat secara langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, tidak terlalu “to the point”. Jangan membuat konten pembelajaran yang langsung menemukan jawaban dari permasalahan, melainkan mengajak siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara untuk mencari solusi dari permasalahan yang dikaji.
Buatlah konten pembelajaran yang bisa menggiring siswa untuk menemukan informasi sebanyak-banyaknya. Kemudian, buat siswa agar mengaplikasikan pengetahuan dan melakukan diskusi pembelajaran secara efektif.
Ketiga, tidak mengabaikan tema besar. Terkadang, guru membuat konten-konten dalam bentuk yang lebih kecil agar lebih mudah dipahami. Mencacah konten menjadi bagian-bagian kecil agar lebih mudah dipahami oleh siswa itu tidak mengapa, selama tidak mengabaikan tema besarnya.
Keempat, konten yang kolaboratif. Buatlah konten yang kolaboratif. Konten yang bisa memancing pertanyaan dan pendapat siswa agar saat proses pembelajaran siswa bisa terlibat secara aktif. Pembelajaran hendaknya tidak monoton karena hanya bersifat satu arah dari guru.
Kelima, menguji apersepsi. Saat membuat konten pembelajaran, jangan beranggapan bahwa siswa Anda tidak tahu apa-apa seputar materi yang diajarkan. Buatlah konten yang bisa menguji pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan.
Keenam, mudah dipahami dan interaktif. Buat konten pembelajaran yang mudah dipahami dan interaktif agar siswa bisa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Siswa juga bisa interaktif dalam proses pembelajaran. Ini akan membuat tujuan pembelajaran akan lebih mudah dicapai.
Pentingnya Konten Pembelajaran
Konten pembelajaran adalah bagian penting dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi, dalam Kurikulum Merdeka ini. Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk membuat konten pembelajaran yang optimal, mudah, dan cepat dipahami siswa. Dengan demikian, siswa bisa punya cukup waktu dalam mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya.
Konten dalam Kurikulum Merdeka tak hanya konten akademik saja, melainkan juga harus memuat konten karakter dan potensi. Sebuah konten pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka harus bisa meningkatkan kemampuan akademik, menguatkan karakternya, sekaligus mengembangkan setiap potensi setiap siswa.
Kurikulum Merdeka menuntut guru untuk bisa membuat konten pembelajaran dalam bentuk digital. Alasannya, metode pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka adalah blended learning. Itu adalah metode pembelajaran yang menggabungkan proses belajar daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan).
Strategi Merancang Konten Pembelajaran
Sebelum merancang konten pembelajaran, guru harus paham bahwa setiap konten pembelajaran harus mengandung unsur sebagai berikut.
· Mudah dilihat
· Menarik
· Sederhana
· Bermanfaat
· Dapat dipertanggungjawabkan
· Masuk akal
· Terstruktur
Lantas, bagaimana guru bisa membuat konten pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka? Berikut strategi merancang konten pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru.
1. Tentukan Materi yang Akan Diajarkan
Strategi merancang konten pembelajaran yang pertama adalah menentukan materi apa yang akan diajarkan. Buat konten sesuai materi yang diajarkan. Buat materi yang padat dan singkat agar durasinya tidak terlalu lama dan siswa bisa lebih fokus dalam menyimak.
2. Cari Ide dan Konsep yang Menarik
Setelah menentukan materi yang akan diajarkan, lakukan pencarian ide dan konsep yang menarik. Ini penting agar materi yang sudah dipilih bisa disampaikan dengan menarik dan mudah dipahami. Ide dan konsep bisa berasal dari beragam informasi yang sudah tersedi atau bisa dengan mencari tahu kebutuhan belajar siswa. Guru juga bisa membuat ide dan konsep konten pembelajaran dari hal-hal yang diminati oleh siswa.
Misalnya, saat ini banyak siswa yang minat mengakses sosial media TikTok. Maka, guru bisa membuat konsep konten pembelajaran dalam bentuk video-video singkat layaknya yang ada di TikTok.
Guru bisa juga menghubungkan materi dengan hal-hal yang viral saat ini. Dengan begitu, konten pembelajaran yang dibuat akan lebih sesuai.
3. Buat Skrip dari Konsep yang Dibuat
Buat skrip dari konsep yang dibuat. Skrip ini berfungsi sebagai panduan untuk menyampaikan konten pembelajaran yang berbentu video, audio, maupun gabungan keduanya. Skrip ini akan membuat guru lebih fokus dalam menyampaikan konten. Tidak melebar ke mana-mana, sesuai dengan konsep yang sudah dibuat sebelumnya.
4. Proses Pembuatan Konten
Setelah skrip selesai dibuat, guru bisa mulai melakukan proses pembuatan. Guru bisa merekam konten pembelajarannya. Kemudian, mengolahnya dengan bantuan beragam aplikasi yang ada.
Saat ini sudah banyak aplikasi yang bisa membantu guru dalam mengolah konten pembelajaran, baik berupa audio maupun video.
5. Uji Coba Konten
Ketika proses pembuatan konten telah selesai, lakukan uji coba terlebih dahulu sebelum disampaikan ke siswa. Uji coba ini penting untuk dilakukan. Mengapa? Agar guru bisa melihat terlebih dahulu, apakah konten yang dibuat sudah sesuai dengan konsep? Apakah konten pembelajaran sudah jelas dan tidak ada kesalahan lagi? Periksa dengan teliti saat melakukan uji coba konten ini.
6. Revisi
Jika ada kekurangan ataupun kesalahan saat uji coba, segera lakukan revisi. Perbaiki konten dengan baik sehingga saat disampaikan kepada siswa, konten pembelajaran sudah sempurna. Tidak ada kesalahan.
7. Finalisasi
Terakhir, lakukan finalisasi dengan melihat keseluruhan konten pembelajaran yang sudah dibuat. Lihat konten pembelajaran dari awal hingga akhir. Setelah siap, baru segera sampaikan kepada siswa-siswa.
Sebuah konten pembelajaran yang baik, haruslah dibuat dengan sungguh-sungguh. Guru perlu melakukan semua tahapan pembuatan konten dengan baik, agar konten pembelajaran yang disampaikan bisa membantu siswa mencapai tujuan belajarnya.
Demikian artikel tentang strategi merancang konten pembelajaran. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam menentukan strategi merancang konten pembelajaran.