Peran Kompetensi Pendidikan Vokasi Bagi Guru
Pendidikan vokasi dipergunakan untuk menyiapkan siswa agar siap kerja baik di lingkungannya sendiri ataupun di lingkungan masyarakat, maka misi utama guru dan pemangku kebijakan adalah membentuk fondasi yang kuat bagi para siswanya. Baik saat proses pembelajaran, penguasaan dan penerapan keterampilan akademis serta konsep-konsep lain yang diperlukan.
Perubahan dalam pembelajaran sesuai dengan era industri 4.0 akan berdampak pada peran pendidikan vokasi khususnya peran gurunya. Bila peran guru tetap sebagai pemberi pengetahuan atau materi pelajaran semata, maka guru akan kehilangan perannya. Teknologi internet bisa menggantikan peran pemberi pengetahuan dan materi pelajaran.
Tentunya kondisi tersebut harus diatasi dengan baik, seperti meningkatkan kompetensi guru. Adapun cara yang dapat dilakukan yaitu menciptakan kegiatan pembelajaran mandiri.
Artikel ini selanjutnya akan membahas peran kompetensi pendidikan vokasi bagi guru.
Guru Vokasi
Guru vokasi adalah guru yang mengajarkan hal‐hal dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan teknis, atau mata pelajaran kejuruan ﴾vokasi﴿. Guru vokasi mengajar di sekolah umum maupun swasta, biasanya di tingkat pendidikan menengah ﴾tingkat SMP﴿ dan atas ﴾tingkat SMA﴿. Tugas dari guru vokasi adalah memberikan ilmu‐ilmu praktis kepada muridnya, sehingga bisa langsung dipakai untuk bekerja setelah lulus sekolah ataupun kuliah.
Untuk menjadi guru pendidikan vokasi saat ini tidaklah mudah dilakukan. Sejalan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi agar guru vokasi bisa berkembang menjadi guru yang profesional.
Secara akademis, agar seorang guru vokasi menjadi seorang guru yang profesional, maka dia harus memiliki beberapa kriteria. Menurut Houle (1980), kriteria akademis yang harus dimiliki oleh guru vokasi agar menjadi guru profesional adalah :
- Harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat
- Harus berdasarkan atas kompetensi individual
- Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi
- Bekerja sama sekaligus berkompetisi yang sehat dengan teman sejawat
- Adanya kesadaran profesional yang tinggi
- Memiliki prinsip‐prinsip etik ﴾kode etik﴿
- Memiliki sistem sangsi profesi
- Adanya militansi individual
- Memiliki organisasi profesi
Agar pendidikan vokasi dapat mencapai tujuannya, guru vokasi harus memiliki pemahaman tentang :
- Pembelajaran dengan eksplorasi siswa
- Pokok bahasan/proyek interdisipliner
- Motivasi intrinsik, target oleh siswa
- Penekanan pada kreativitas
- Pengelompokan berdasarkan kesiapan
- Pembelajaran kooperatif
- Melakukan pembelajaran individual ﴾sesuai dengan gaya dan kecepatan belajar siswa﴿
- Pendidikan demokratis
- Kurikulum terintegrasi dengan kehidupan nyata ﴾kontekstual﴿
- Menjadi inspirasi bagi siswanya
Agar menjadi guru pendidikan vokasi yang profesional harus memiliki integritas, ilmu pengetahuan yang memadai sesuai dengan bidangnya, aklak yang terpuji, kompetensi, dan bahkan harus mengikuti pendidikan yang baik, bukan sekedar mengikuti pelatihan semata ﴾educated, bukan hanya trained﴿.
Peran Kompetensi
Saat proses pembelajaran, guru vokasi perlu menyadari perkembangan siswanya secara optimal. Ini bertujuan agar para siswa pada akhirnya mampu menghadapi fenomena global yang sedang terjadi. Guru juga harus senantiasa dapat menyesuaikan dan mengarahkan sesuai dengan perkembangan yang ada. Hasil belajar yang ditunjukkan oleh peserta didik sangat bergantung dari apa yang telah dilakukan oleh seorang guru.
Sebagai seorang guru profesional, maka sudah seharusnya untuk terus memperbarui dan meningkatkan kompetensinya secara terus menerus. Sehingga bisa dikatakan, penting bagi guru untuk terus melakukan pembinaan yang sistematis dan terencana.
Profesionalisme guru menurut Undang‐undang Guru dan Dosen ﴾UU No. 14 Tahun 2005﴿ adalah seorang guru untuk memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.
Pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 menyebutkan : “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional, menurut Pasal 10 ayat ﴾1﴿ meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Menurut Sajidan, dkk ﴾2017: 32﴿, syarat pertama yang harus dipenuhi dalam usaha meningkatkan kompetensi guru vokasi adalah perlunya menjalin kerjasama antara pendidikan vokasi dengan pihak DUDI ﴾Dunia Usaha dan Dunia Industri﴿. Pola hubungan dibangun dengan kesadaran untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui kerjasama saling menguntungkan antara pendidikan vokasi dengan pihak DUDI dengan tujuan agar lulusan pendidikan vokasi siap memasuki dunia kerja.
Selaras dengan adanya jenjang jabatan fungsional guru produktif pendidikan vokasi, maka alternatif pola kerjasama yang dibangun juga secara berjenjang. Pada akhirnya, guru vokasi dituntut untuk kreatif dan inovatif saat mengajar siswa-siswanya. Oleh karena itu, guru vokasi diharuskan mampu menguasai teknologi yang mana sudah menjadi tuntutan zaman.
Keprofesionalan guru vokasi harus berkolaborasi dengan perkembangan revolusi saat ini. Sikap profesional guru vokasi tentunya harus mengikuti perkembangan era revolusi 4.0 saat ini juga.
Nurkholis ﴾2019: 495﴿ menyatakan bahwa untuk itu dalam meningkatkan kemampuan profesionalisme guru vokasi di era revolusi 4.0 maka guru harus memperhatikan hal‐hal berikut:
- Educational Competence
Kompetensi dalam mendidik atau pembelajaran berbasis internet sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki. Guru tentunya harus dapat mengoperasikan komputer, sebab di era kini dan masa yang akan datang, pembelajaran berbasis komputer akan lebih di kedepankan.
Tak hanya itu, seorang guru vokasi juga harus menguasai internet. Sebab di era digital seperti ini, internet adalah kebutuhan primer. Bila seorang guru tidak bisa mengoperasikan komputer dan menguasai internet, niscaya guru akan tertinggal dn tidak bisa mengajar secara optimal.
- Competence for Technological Commercialization
Kompetensi yang bisa membuat siswa memiliki sikap entrepreneurship ﴾kewirausahaan﴿ berbasis teknologi dan hasil karya inovasi siswa. Guru vokasi harus bisa membina siswanya memiliki kemmapuan entrepreneurship yang berbasis teknologi, sebagai bekal mereka di kemudiaan hari.
Melalui internet tentu akan lebih mudah memasarkan produk inovasi siswa baik itu makanan, pakaian, mainan, atau produk yang lainnya. Sebab, di masa yang akan datang tentu persaingan usaha akan lebih ketat. Jadi sangat penting bagi guru untuk selalu membimbing para siswanya untuk berinovasi tiada henti.
- Competence in Globalization
Di tengah dunia yang tanpa sekat, kita perlu belajar untuk tidak gagap terhadap beragam budaya. Kompetensi hybrid dan keunggulan pemecahan masalah penting untuk ditingkatkan saat ini. Tidak hanya itu saja, kemampuan life skill siswa harus dibina dengan baik. Tentunya pembinaan tersebut dalam berbagai bidang seperti sosial, budaya, politik dan ekonomi. Inilah tugas guru vokasi yang harus dipenuhi di era revolusi 4.0 saat ini.
- Competence in Future Strategies
Dunia saat ini berubah secara cepat, sehingga guuru vokasi harus punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan beserta strateginya. Guru harus tajam dalam beranalisa. Memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan dan menyiapkan bagaimana caranya agar siswa didiknya nanti dapat menghadapi tuntutan modernnya zaman atau revolusi 4.0 yang sudah dimulai saat ini adalah hal yang sangat diperlukan
- Conselor Competence
Selain mempelajari bidang akademik, penting bagi orangtua untuk memperhatikan psikologis anak. Adapun masalah yang harus diperhatikan orangtua yaitu seperti tingkat stres yang dimiliki anak akibat tekanan keadaan yang semakin kompleks. Untuk mengatasi permasalahan ini, dibutuhkan guru yang mampu berperan sebagai konselor/psikolog.
Jadi, seorang guru vokasi yang profesional dituntut untuk dapat membekali para siswanya kemampuan kreativitas, rasionalitas, keterlatihan memecahkan masalah beseta kematangan emosionalnya.