Peran Guru sebagai Teladan Pembelajaran Keterampilan Sosial Emosional
Guru memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif, sosial dan emosional peserta didik. Dalam pembelajaran sosial emosional, peran guru mendorong terciptanya kolaborasi aktif dikelas dan menjadi panutan dalam bersikap positif bagi peserta didik.
Pembelajaran keterampilan sosial emosional menjadi pengembangan kemampuan dasar bagi peserta didik untuk hidup dengan baik karena tak hanya fokus pada kompetensi diri namun juga pada relasi yang terjalin dengan orang lain dan lingkungan.
Pembelajaran keterampilan sosial emosional dapat berdampak terhadap kecerdasan intelektual, peningkatan keterampilan, kemampuan sosial yang baik, hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik, pengelolaan emosi dan membangun budi pekerti serta sikap positif peserta didik. Pembelajaran keterampilan sosial emosional bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan sosial dan emosional peserta didik dalam kurikulum pendidikan.
Keterampilan sosial emosional yang akan membuat anak-anak mampu mengelola perilaku mereka dengan lebih baik sehingga akan tercipta interaksi sosial yang positif yang akan berdampak pada lebih banyak perasaan bahagia karena lingkungan yang terbentuk lebih baik dan menyenangkan. Keterampilan sosial emosional yang akan diperoleh peserta didik dapat menciptakan interaksi sosial yang positif sehingga lingkungan yang terbentuk menjadi lebih menyenangkan dan lebih banyak menimbulkan perasaan bahagia.
Pembelajaran keterampilan sosial emosional memiliki koneksi dengan hubungan interpersonal yang terjalin karena menurut Daniel Goleman (2005) salah satu penyumbang terhadap komunikasi interpersonal seseorang adalah kecerdasan emosional yang dimilikinya. Dengan demikian, orang yang memiliki kecerdasaan emosional dapat mengenali dan mengendalikan emosi, memotivasi diri, memiliki empati sehingga komunikasi yang terjalin dengan orang lain akan menjadi lebih baik dengan adanya kemampuan tersebut.
Dalam pembelajaran sosial emosional, guru dengan memiliki keterampilan sosial emosional yang baik dapat dengan mudah memahami kondisi emosional peserta didik dan membantu dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Kendati begitu, penerapan pembelajaran sosial emosional juga memiliki hambatan dalam prosesnya.
Hambatan dalam Menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional
Berikut hambatan dalam penerapan pembelajaran sosial emosional:
1. Kurangnya dukungan dari pihak sekolah terhadap kompetensi sosial emosional peserta didik
2. Pihak sekolah masih ada yang tidak mau melaksanakan kompetensi sosial emosional
3. Terdapat perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah
4. Karakteristik peserta didik yang masih berada dalam tahap pencarian jati diri
Sementara itu, peran guru sebagai teladan pembelajaran keterampilan sosial emosional tidak terlepas dari tantangan misalnya dalam menerapkan kepedulian kepada peserta didik.
Upaya guru untuk menjadi teladan dalam pembelajaran keterampilan sosial emosional yang diwujudkan dengan sikap kepedulian terhadap peserta didik ternyata memerlukan waktu juga tenaga yang lebih karena peserta didik memiliki beragam permasalahan. Selain itu, tantangan lainnya guru memiliki sikap yang sensitif yang mengharuskan mereka untuk mampu responsif terhadap perasaan orang lain, memiliki empati yang harus memahami persepektif peserta didik dan mindfulness, kesadaran yang muncul tanpa menghakimi.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, karakteristik peserta didik menjadi salah satu hambatan dalam proses pembelajaran sosial emosional. Guru harus mampu menghadapi kendala tersebut melalui kebiasaan positif dan pengendalian emosi, seperti:
1. Memberikan perhatian yang cukup
2. Tidak memberikan punishment berkaitan dengan fisik
3. Menghindarkan peserta didik dari pergaulan yang salah
4. Selalu memberi contoh perilaku yang baik dan positif
UNESCO dan Mahatma Gandhi Institute of Education mengungkapkan kompetensi yang diperlukan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional diantaranya Empathy, Compassion, Mindfulness dan Critical Inquiry.
a. Empathy
Kemampuan guru dalam memahami peserta didik secara mendalam dan bersikap peduli serta memberikan perhatian terhadap emosi yang dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan emphathy ini bisa menjadi burn out bagi guru apabila tidak membatasi diri terhadap emosi maupun perasaan negatif sehingga diperlukan kemampuan compassion.
b. Compassion
Kemampuan guru dalam membatasi perasaan iba, penuh kasih sayang kepada peserta didik yang berlebihan sehingga dapat mengurangi personal distres.
c. Mindfulness
Kemampuan guru yang secara sadar menerima situasi yang terjadi berdasarkan pengalaman yang dimilikinya tanpa menghakimi diri dengan apapun. Kemampuan ini penting untuk diasah oleh guru karena dalam proses pembelajaran kadang kala tidak selalu berjalan lancar.
d. Critical Inquiry
Kemampuan guru dalam memperoleh informasi dari proses pengamatan, pemikiran, dan penilaian sendiri sehingga menghasilkan analisis yang mudah dipahami.
Dengan empat kompetensi tersebut, pembelajaran sosial emosional dapat terwujud dalam situasi belajar yang positif dan secara langsung berdampak dalam membentuk budaya di lingkungan sekolah yang juga positif. Selain itu, dengan adanya kemampuan tersebut, pembelajaran berdiferensiasi menjadi lebih mudah untuk diterapkan karena salah satu peran guru sebagai teladan pembelajaran keterampilan sosial emosional diantaranya menciptakan pembelajaran yang berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi artinya mampu mengakamodir kebutuhan peserta didik sehingga pembelajaran menjadi lebih fokus, semangat dan peseerta didik lebih bertanggung jawab. Selain itu, dalam pembelajaran berdiferensiasi suasana belajar yang tercipta juga menjadi lebih menyenangkan karena disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
Selain guru, sekolah juga diharapkan dapat mendukung kompetensi sosial emosional peserta didik dengan menetapkan kurikulum dasar dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional di setiap pembelajaran. Penerapan tersebut dapat menjadi salah satu strategi bagi sekolah untuk memastikan kesejahteraan peserta didik dalam proses belajar di dalam maupun luar sekolah telah terpenuhi.
Jika sudah diterapkan oleh pihak sekolah, selanjutnya keluarga juga perlu mendukung dan ikut serta dalam meningkatkan kompetensi sosial emosional peserta didik misalnya orang tua memberi teladan dan melatih anaknya dalam mengendalikan emosi di rumah, sehingga menjadi kebiasaan positif.
Dalam kegiatan pembelajaran, keberhasilan akademik dan sosial emosional peserta didik tidak bisa dipisahkan dari dukungan dan peran guru. Apabila peserta didik merasa aman dan nyaman dalam proses belajar maka mereka akan terdorong untuk mengeksplor dan memperoleh pengetahuan baru. Rasa aman yang muncul di lingkungan belajar menunjukkan bahwa guru memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kebutuhan peserta didik.
Dukungan guru terhadap kesejahteraan sosial dan emosional siswa dianggap penting untuk mencapai keberhasilan akademik. Peserta didik yang merasa kebutuhan emosional mereka terpenuhi, merasa diterima, dihargai dan diapresiasi oleh guru, maka hubungan positif yang saling menghargai akan muncul. Dengan demikian, peserta didik tidak akan memiliki rasa takut atau ragu-ragu dalam mengekspresikan emosi mereka karena adanya hubungan kepercayaan yang positif.
Lebih lanjut, apabila guru telah mampu menghargai dan mendukung peserta didik dalam mengembangkan keterampilan pengelolaan emosi dan kompetensi sosial, maka peserta didik akan mampu berkembang menjadi pembelajar yang mandiri dan memiliki motivasi diri.
Dalam proses pembelajaran sosial emosional, penting bagi guru untuk membangun lingkungan belajar yang positif dan memenuhi kebutuhan serta minat peserta didik. Selain itu, guru juga perlu menyiapkan perencanaan pembelajaran yang terencana dan terstruktur agar peserta didik memiliki kepercayaan diri dalam mengeksplorasi dan belajar.
Demikianlah penjelasan mengenai peran guru sebagai teladan dalam pembelajaran keterampilan sosial emosional. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa keterampilan sosial emosional dapat membuat proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan terencana, terstruktur dan membantu siswa untuk mengeksplor kemampuan yang dimilikinya.