Muatan Lokal dalam Kurikulum Merdeka
Tahun ajaran 2022 ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menetapkan kurikulum baru sebagai landasan proses pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini disebut sebagai Kurikulum Merdeka Belajar.
Pada tahun 2020 lalu, Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim sudah mengenalkan konsep merdeka belajar. Kala itu, konsep merdeka belajar ini hanya diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia yang tergabung dalam sekolah pengerak. Namun, mulai tahun ini, Kurikulum Merdeka Belajar harus diterapkan di semua sekolah yang ada di seluruh Indonesia, tidak terbatas pada sekolah penggerak saja.
Apa sebenarnya Kurikulum Merdeka Belajar ini? Apa yang membuat kurikulum ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang pernah diterapkan di Indonesia? Mengapa kini Kurikulum Merdeka Belajar dijadikan landasan dalam proses pendidikan di Indonesia?
Kurikulum Merdeka Belajar ini memiliki tiga konsep utama. Pertama, kurikulum ini adalah kurikulum yang berfokus pada materi esensial, yaitu literasi dan numerasi saja. Ini membuat siswa bisa lebih mudah dan mendalam dalam memahami pelajaran. Siswa juga punya banyak waktu untuk mengembangkan minat dan bakatnya.
Kedua, Kurikulum Merdeka Belajar ini memberikan kebebasan atau fleksibilitas bagi guru dalam melakukan pembelajaran. Guru bisa melakukan pembelajaran terdiferensiasi yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing siswanya.
Ketiga, Kurikulum Merdeka Belajar adalah kurikulum berbasis proyek yang bertujuan untuk mengembangkan soft skills dan karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila ini menjadi arah dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar.
Profil Pelajar Pancasila adalah sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh setiap siswa. Profil tersebut didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Ada enam karakter yang termasuk Profil Pelajar Pancasila. Keenam karakter pelajar Pancasila adalah Beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, Berkebinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif.
Profil Pelajar Pancasila ini diterapkan dalam proses pembelajaran. Pengimplementasiannya dapat dalam bentuk ekstrakurikuler, intrakurikuler, ataupun proyek pembejaran. Salah satu upaya dalam mengembangkan Profil Pelajar Pancasila di Kurikulum Merdeka Belajar adalah melalui pemberian mata pelajaran muatan lokal.
Apa itu mata pelajaran muatan lokal? Mengapa perlu belajar pelajaran muatan lokal ini? Bagaimana penerapan pelajaran muatan lokal dalam Kurikulum Merdeka?
Pusat Kurikulum mendefinisikan muatan lokal sebagai kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah. Itu termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ini ditentukan oleh sekolah yang disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing. Pemerintah daerah juga diberikan kewenangan luas dalam menentukan mata pelajaran muatan lokal ini.
Muatan lokal ini sudah memiliki kekuatan hukum. Landasan hukum muatan lokal ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.
Mata pelajaran muatan lokal ini memiliki tiga sasaran pokok. Pertama, muatan lokal bertujuan agar siswa bisa akrab dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang ada di lingkungannya. Kedua, muatan lokal bertujuan untuk mengembangakan keterampilan fungsional yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Ketiga, muatan lokal bertujuan menumbuhkan kepedulian siswa terhadap isu-isu lingkungan.
Muatan lokal ini memiliki dua ruang lingkup. Menurut Asmani (2010:159), terdapat 2 ruang lingkup muatan lokal.
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah
Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang ada di daerah tertentu yang berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah ini adalah segala sesuatu yang diperlukan masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut.
2. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal
Ruang lingkup isi atau jenis muatan lokal ini berupa bahasa daerah, bahasa inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan mengenai berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
Lalu bagaimana Kurikulum Merdeka Belajar memandang muatan lokal ini? Kurikulum Merdeka Belajar menganggap muatan lokal ini sebagai cara melestarikan kearifan lokal yang ada. Dengan mempelajari kearifan lokal ini, siswa menjadi tahu dan bangga akan kearifan lokal yang ada disekitarnya sehingga kearifan lokal tersebut tetap lestari ditengah era global seperti ini.
Selain itu, sebagaimana penjelasan sebelumnya, pemberian pelajaran muatan lokal ini masih bersinggungan dengan Profil Pelajar Pancasila yang menjadi pedoman pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar.
Kurikulum Merdeka Belajar ini juga memberikan ruang seluas-luasnya bagi pemerintah daerah dalam mengimplementasikan muatan lokal pada Kurikulum Merdeka. Ini karena pendidikan itu berakar pada budaya bangsa. Dengan demikian, semua kondisi budaya dan karakteristik daerah memiliki ruang yang cukup luas di dalam kurikulum.
Pada Kurikulum Merdeka Belajar, muatan lokal diajarkan dengan tujuan memperkenalkan setiap siswa kepada lingkungan sendiri, ikut melestarikan budaya daerahnya yang termasuk kerajinan, keterampilan yang menghasilkan nilai ekonomi di daerahnya, memberikan bekal kemampuan, keterampilan untuk hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta dapat menolong diri sendiri dan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pembelajaran muatan lokal tak hanya untuk belajar di dalam kelas saja, tetapi juga diharapkan dapat memberi manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan kebiasaan bekerjasama yang dapat menyelelaraskan antara bekerja dan berbagi tanggung jawab dan bekerja mandiri.
Melalui pembelajaran muatan lokal, sekolah bisa mendidik siswa yang dan berkarakter. Sesuai dengan tujuan dari Kurikulum Merdeka Belajar itu sendiri, meningkatkan kompetensi dan karakter siswa yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Kurikulum Merdeka Belajar ini tak hanya memberikan keleluasaan terhadap pemerintah daerah saja, tetapi juga kepada setiap sekolah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik setiap wilayah.
Sekolah atau daerah bisa mengelola kurikulum muatan lokal secara fleksibel. Tujuannya, agar dapat memberikan peluang bagi pengembangan materi budaya serta kearifan lokal. Pada Kurikulum Merdeka, pembelajaran muatan lokal bisa diterapkan dalam tiga metode.
1. Dengan cara mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain. Satuan Pendidikan dan/atau derah dapat menentukan capaian pembelajaran untuk muatan lokal yang kemudian dapat dipetakan ke dalam mata pelajaran lainnya.
2. Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sekolah juga dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam tema penguatan Profil pelajar Pancasila. Misalnya, projek dengan tema wirausaha dilakukan dengan mengeksplorasi potensi kerajinan lokal setempat, atau bisa juga projek dengan tema perubahan iklim dapat dikaitkan dengan isu-isu lingkungan di wilayah tersebut.
3. Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari intrakurikuler. Sekolah atau pemerintah daerah dapat mengembangkan mata pelajaran khusus yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler. Misalnya, mata pelajaran bahasa daerah, mata pelajaran lingkungan hidup ataupun mata pelajaran kewirausahaan.
Demikian artikel tentang bagaimana penerapan muatan lokal dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Semoga, artikel ini membantu Anda dalam menerapkan muatan lokal dalam Kurikulum Merdeka Belajar.