Terapkan Model Pembelajaran Mandiri untuk Mendorong Kemandirian Anak
Pengertian Model Pembelajaran Mandiri
Belajar sejatinya adalah kebutuhan mutlak anak manusia. Melalui proses belajar, anak bisa mencapai fase tumbuh kembang yang sesuai dengan tahap perkembangannya sebagai makhluk hidup. Bila dilihat dari tahap pendewasaan, anak dapat menjadi individu yang lebih mandiri, memiliki kemampuan untuk berpikir secara rasional, kritis sehingga mampu menentukan suatu pilihan maupun memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Dengan proses belajar yang telah dilaluinya, diharapkan anak juga menjadi lebih siap hidup di lingkungan bermasyarakat, bekerja dan bernegara. Sayangnya pentingnya proses belajar tidak begitu dianggap penting bagi anak. Banyak anak yang menganggap belajar merupakan aktivitas membosankan.
Sudah dilakukan di sekolah, kadang masih berlanjut di rumah. Meskipun ada pula beberapa anak yang merasa belajar sebagai aktivitas menyenangkan baginya. Memang kebanyakan anak menganggap bermain lebih seru dari belajar. Bila proses belajar mendorong anak memiliki kemandirian, kira-kira bagaimana ya anak juga bisa belajar secara mandiri?
Proses belajar yang dilakukan atas kemandirian anak disebut dengan model pembelajaran mandiri. Model pembelajaran ini dilakukan sendiri tanpa harus tatap muka. Menurut Astawan (2010), model pembelajaran mandiri menyebabkan siswa memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai serta mengevaluasi prestasi belajarnya sendiri.
Menurut Kirkman (2007), proses dari pembelajaran mandiri melibatkan siswa untuk mengidentifikasi apa yang perlu dipelajari dan menjadi pemegang kendali dalam menemukan dan mengorganisir jawaban. Berbeda dengan belajar bersama guru yang mana penyediaan material juga pengelolaan kegiatan belajar ditentukan, proses pembelajaran mandiri dilakukan individual atau kelompok tanpa kehadiran pengajar.
Fokus model pembelajaran mandiri menurut Sunarto (2008) terletak pada keterampilan, proses dan sistem dibandingkan pemenuhan isi dan tes. Melalui penerapan pembelajaran mandiri, siswa akan diberi otonomi dalam mengelola kegiatan belajarnya yang mana nanti akan mengarah pada kemandirian belajar.
Kemandirian belajar (self direction in learning) ini diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendiri maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasi diri sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu, sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari.
Macam Model Pembelajaran Mandiri
Menurut Mudijiman (2011), ada 6 model pembelajaran mandiri
1. Model Problem Based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk mendorong anak belajar secara mandiri. Dengan menyajikan suatu masalah, Anda dapat memantik anak memikirkan cara memecahkannya melalui metode-metode ilmiah yang memungkinkan untuk dilakukan. Kondisi belajar ini merangsang anak agar memperoleh pengetahuan dan konsep baru, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan meningkatkan kepercayaan diri juga kemandiriannya.
2. Model Independent Learning
Independent learning diartikan dengan belajar bebas. Model belajar mandiri ini merupakan kegiatan di mana anak memiliki tujuan belajar maupun cara mencapainya ditetapkan oleh dirinya sendiri sebagai seorang pembelajar (Mudjiman, 2008). Anak diberikan keleluasan untuk berpikir dan bertindak secara inisiatif. Bisa belajar di tempat manapun atau waktu kapanpun yang sesuai dengan dirinya.
3. Model Quantum Learning
Model belajar quantum merupakan konsep dan cara belajar dengan berfokus pada sugesti. Dikenalkan pertama kali oleh Georgi Lozanov, seorang saraf, psikiater dan psikolog yang bereksperimen pada sugestology atau suggesto-pedia. Dengan memaksimalkan momen belajar anak, model ini menjadi pengubahan cara belajar yang meriah, menyenangkan, serta nuansa yang dikondisikan sehingga dapat mengoptimalkan lingkungan belajar yang efektif (fisik dan mental).
4. Model Progressive Learning
Hampir mirip dengan pembelajaran berbasis masalah, macam pembelajaran mandiri dengan fokus model progresif menekankan pada anak cara menemukan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban dari suatu pertanyaan dengan berpikir kritis dan analitis. Sebelumnya anak telah memiliki pengetahuan awal, meski begitu dengan model belajar ini ia akan terlibat untuk mencari pengetahuan baru yang dilakukan melalui proses penyelidikan.
Proses pertanyaan dan pemahaman mencirikan upaya penyelidikan berdasarkan sudut pandang kognitif anak.
5. Model Pamong
Model pamong berarti melaksanakan pembelajaran secara mandiri dengan melibatkan pamong belajar. Tugas pamong belajar meliputi melakukan kegiatan belajar mengajar, pengkajian program, dan pengembangan model pendidikan.
6. Model Jigsaw
Model jigsaw menekankan kegiatan belajar yang kooperatif. Maka, untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dibutuhkan pembagian siswa dalam kelompok-kelompok belajar kecil. Umumnya model jigsaw dilaksanakan dengan pembagian jumlah anggota per kelompok sebanyak 4 orang. Di mana masing-masing anggota memiliki kemampuan yang bervariasi.
Strategi Melaksanakan Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran merupakan usaha sistematis yang dirancang khusus untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran kali ini khususnya untuk melaksanakan atau menerapkan model pembelajaran mandiri bagi anak. Ada 3 strategi utama yang dapat digunakan sebagai berikut.
1. Strategi secara Metakognitif
Metakognitif atau metakognisi berkaitan dengan kemampuan mengontrol ranah kognisi (pikiran). Istilah yang dipopulerkan psikolog Amerika bernama John Flavel ini diartikan sebagai kesadaran diri seseorang untuk mengontrol ranah kognitifnya. Strategi model pembelajaran mandiri yang menekankan pada sisi metakognitif mendorong anak untuk menyadari pentingnya belajar berdasarkan pemikirannya sendiri.
Pada kesempatan ini, anak akan mencari tahu bagaimana cara belajar mandiri yang tepat bila kesadaran pikirannya akan pentingnya belajar telah ada.
2. Strategi secara Motivasional
Motivasional merupakan upaya seseorang yang didasarkan pada keinginan besar untuk mencapai suatu tujuan. Strategi belajar secara motivasional mendorong anak agar belajar dengan target tertentu, misal agar siap mengikuti lomba, berhasil lolos suatu seleksi dan sebagainya. Penekanan pada strategi ini ialah anak sadar dirinya mampu, keyakinan pada diri, dan diperlukan kemandirian.
3. Strategi secara Behavioral
Secara behavioral strategi ini menekankan pada perilaku atau tindakan yang perlu dilakukan seseorang. Anak yang belajar menggunakan model pembelajaran mandiri secara behavioral mampu menyeleksi, menyusun, dan menata lingkungan agar lebih optimal dalam proses belajar.
Contoh Model Pembelajaran Mandiri
Ada beberapa model yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran mandiri. Berikut ini salah satu contoh pembelajaran mandiri yang menggunakan model jigsaw. Dibagi dalam 3 tahap sebagai berikut.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Mandiri
- Kelebihan Model Pembelajaran Mandiri
- Membiasakan kemandirian pada anak. Melalui pembelajaran yang dilakukan secara mandiri anak memiliki inisiatif sendiri untuk mau belajar. Hal tersebut menumbuhkan rasa tanggung jawab yang juga mendorong jiwa mandiri pada anak.
- Anak merasakan tekanan yang lebih minim saat proses belajar. Cara belajar yang sering dilakukan yaitu tatap muka dengan guru ataupun orang tua yang mana terkadang membuat anak merasa nyaman, entah kondisi belajar lebih serius atau perasaan tak menyenangkan lainnya. Sedangkan saat anak belajar secara mandiri, ia merasakan situasi belajarnya sendiri tanpa adanya pengawasan langsung, sehingga lebih minim tekanan belajar yang dirasakan.
- Dapat mengatur jadwal sesuai keinginan sendiri. Belajar secara mandiri memungkinkan anak untuk mengatur jadwal yang disukainya. Sifatnya yang fleksibel, anak bisa membuat dan menentukan jadwal belajarnya. Selama tetap perlu memerhatikan tenggat waktu belajar maupun tugas yang harus dituntaskan.
- Menyesuaikan gaya belajar. Setiap anak memiliki kemampuan maupun gaya belajar yang berbeda, melalui pembelajaran mandiri anak tidak harus menyesuaikan cara belajarnya dengan anak lainnya.
- Kekurangan Model Pembelajaran Mandiri
- Bingung atau tidak tau harus mempelajari apa. Banyaknya materi yang perlu dipelajari terkadang membuat anak bingung atau mungkin tidak tahu harus belajar dari mana dulu. Materi belajar yang banyak ini seolah memberikan tanggung jawab bagi anak untuk menentukan materi pelajaran yang tepat.
- Kurangnya waktu dan motivasi. Anak mungkin memiliki tantangan mengatur waktu yang tepat, apalagi jika ia sudah merasa lelah menjalani aktivitas seharian. Pembelajaran yang dilakukan secara mandiri menguji anak untuk mengelola waktunya. Selain itu, pembelajaran mandiri juga cenderung membutuhkan motivasi diri sendiri lebih besar dibandingkan belajar bersama secara tatap muka.
Demikianlah penjelasan tentang model pembelajaran mandiri yang dapat mendorong kemandirian anak. Semoga informasinya dapat bermanfaat.