Mengenal Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)

edukasi 23 Jan 2024

Sekolah adalah sebuah ekosistem pendidikan. Di dalamnya terdapat interaksi antara komponen biotik (Sumber Daya Manusia/SDM) dan abiotik (sarana dan prasarana). Selayaknya ekosistem, tentunya sekolah perlu diatur dengan baik. Ada banyak pendekatan yang bisa digunakan dalam mengatur ekosistem sekolah ini, salah satunya pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development). Artikel ini selanjutnya akan membahas tentang apa itu pendekatan ABCD dan bagaimana penerapannya dalam mengatur ekosistem sekolah.

Sejarah Pendekatan ABCD

sumber: https://www.pexels.com/

Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development) atau yang disebut juka PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) adalah sebuah kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann. Keduanya merupakan pendiri dari ABCD Institue di Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat.

Kelahiran pendekatan ABCD ini berawal dari hasil studi yang dilakukan selama lima tahun terhadap inisiatif pemberdayaan komunitas yang berhasil melalui kepemimpinan berdedikasi yang bisa melakukan transformasi terhadap kondisi ekonomi masyarakat lokal. Pada konteks Barat, pendekatan ini terinspirasi oleh liberelaisasi ekonomi, yaitu peran pemerintah sebagai pemberi solusi masyarakat tidak dominan.

Menurut Kretzmann (2020), ABCD berangkat dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk mendorong kehidupan komunitas yang berekelanjutan.

Kemunculan pendekatan ABCD ini adalah bentuk kritik terhadap pendekatan yang konvensional yang mendasarkan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang dimiliki oleh komunitas. Menurut pendekatan konvensional tersebut, komunitas dipandang sebagai pihak yang harus dibantu. Dengan pandangan yang seperti ini, bisa dipastikan bahwa anggota komunitas akan sulit untuk berkembang dan bersikap mandiri. Mereka menjadi pasif, tidak berdaya, dan selalu tergantung.

Sebaliknya, pendekatan ABCD ini mendorong terciptanya kemandirian pada komunitas. Pendekatan ABCD ini lebih menekankan bagaimana sikap mandiri komunitas dalam menghadapi setiap masalah dan tantangan yang muncul. Mereka akan belajar menggunakan kekuatan dan potensi yang ada di dalam komunitas tersebut. Dengan demikian, hasilnya tentu lebih berkelanjutan.

Pendekatan ABCD ini dikembangkan oleh beberapa kampus di Eropa sebagai sarana untuk melakukan perubahan organisasi. Kini, pendekatan ABCD telah digunakan banyak negara di dunia untuk pengembangan komunitas oleh MYRADA di India, PACT di Nepal, World Vision di Tanzania, dan International Institue Sustainable Development di Kanada.

Bahkan, di Indonesia, pendekatan ini digunakan sebagai salah satu materi pengembangan sekolah pengerak oleh Kemedikbudristek (Kementerian Pendidikan Teknologi Riset dan Teknologi).

Pengertian Pendekatan ABCD

Pada prinsipnya, pendekatan ABCD ini ingin melakukan pemberdayan komunitas bermodalkan aset dan kekuatan yang dimiliki oleh komunitas itu sendiri. Hal ini berkebalikan dari apa yang dilakukan oleh pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional yang digunakan selama ini lebih berfokus pada masalah dan kebutuhan komunitas.

Menurut Kretzmann dan McKnight, apabila memetakan masalah hanya berfokus pada kelompok miskin, akibatnya akan terjadi deviasi tujuan, dari pemberdayaan menjadi ketergantungan. Selain itu, kelompok miskin akan menjadi tidak percaya diri, merasa berbeda, dan merasa tidak mampu untuk membiayai hidupnya sendiri. Oleh karena itu, pendekatan ABCD memulai segala yang dimiliki (aset) dari komunitas sebagai modal pokok pemberdayaan.

Penerapan Pendekatan ABCD di Sekolah

sumber: https://www.pexels.com/

Pendekatan ABCD ini juga bisa digunakan untuk mengembangkan sekolah. Pendekatan ini berusaha untuk membuat sekolah berkembang menjadi sebuah ekosistem yang berdaya dengan kekuatan yang dimilikinya.

Menurut Green dan Haines, penerapan pendekatan ABCD di sekolah harus ditunjang oleh tujuh aset (modal) berikut ini.

1. Modal Manusia

Modal manusia di sini yang dimaksud adalah SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, merupakan modal yang sangat penting dalam pendekatan ABCD ini. Modal manusia ini berhubungan dengan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, serta harga diri masing-masing individu.

Pemetaan modal merupakan kegiatan yang menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap anggota komunitas. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kecakapan setiap anggota komunitas dalam kehidupan bermasyarakatnya. Misalnya, dengan melihat kecakapan mereka dalam memimpin atau kecakapan mereka dalam bekerja di dalam kelompok.

2. Modal Sosial

Modal sosial ini adalah aturan yang mengikat anggota komunitas. Di dalamnya terdapat unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di komunitas.

Salah satu contoh modal sosial ini adalah asosiasi. Asosiasi adalah kelompok yang ada dalam komunitas yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Asosiasi ini bisa berupa asosiasi formal maupun non formal. Asosiasi ini dapat berdasarkan persamaan keyakinan, kesamaan profesi, hobi, dan lain sebagainya.

3. Modal Fisik

Modal fisik terdiri dari dua kategori, yaitu bangunan yang bisa dipakai dalam proses kegiatan belajar dan infrastruktur atau sarana dan prasarana sekolah. Modal ini bisa dari saluran sanitasi, saluran air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pembelajaran, alat transportasi, dan lain sebagainya.

4. Modal Lingkungan/Alam

Modal lingkungan atau alam ini bisa berbentuk potensi yang belum diolah dan memiliki nilai ekonomi tinggi dalam upaya pelestarian alam dan kesejahteraan hidup. Modal lingkungan/alam ini terdiri dari bumi, laut, udara yang bersih, tumbuhan, tanaman, hewan, sungai, danau, dan lain sebagainya. Modal lingkungan/alam lainnya dapat berupa tanah untuk berkebun, empang untuk beternak, semua hasil dari pohon, dan lainnnya.

5. Modal Finansial

Modal finansial yang dimiliki komunitas dapat digunakan sebagai biaya pembangunan komunitas. Modal finansial ini bisa seperti tabungan, investasi, hutang, pendapatan pajak, gaji, hibah, serta pendapatan internal maupun eksternal. Modal finansial ini juga dapat berupa kemampuan komunitas dalam berwirausaha, kemampuan dalam melakukan penjualan, hingga kemampuan anggota komunitas dalam melakukan pembukuan keuangan.

6. Modal Politik

Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Hal yang termasuk modal politik ini adalah semua kelompok atau lapisan sosial yang memiliki peluang sama dalam kepemimpinan, juga memiliki opini terhadap masalah umum yang terjadi dalam komunitas.

Contoh dari modal politik ini adalah lembaga pemerintah atau perwakilan yang berhubungan dengan komunitas, seperti komite pelayanan kesehatan, pelayanan listrik dan air, atau pelayanan umum lainnya.

7. Modal Agama dan Budaya

Kebudayaan unik yang dimiliki oleh masing-masing daerah terdiri dari rangkaian ide, gagasan, norma, tingkah laku, artefak yang merupakan hasil karya manusia dalam satuan geografis.

Agama dapat menyatukan tingkah laku setiap individu dalam sebuah komunitas, baik dalam tingkah lakunya yang secara lahiriah maupun secara simbolik. Dengan adanya agama, moral sosial setiap individu akan terbentuk. Moral sosial yang dimaksud di sini yaitu seperti tingkah lakunya dalam bertindak, kepercayaan, dan amalan.

Persiapan Beasiswa untuk Siswa SMA Sekolah Masjid Terminal, Depok Oleh Komunitas Kejar Mimpi Jakarta
Persiapan beasiswa pendidikan dan karir di SMA Sekolah Master Indonesia. Kegiatan inspiratif komunitas Kejar Mimpi dan didukung oleh kejarcita.id

Dalam penerapannya, modal agama dan budaya ini sangat berguna sebagai penunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan dalam komunitas yang bersangkutan.

Pendekatan ABCD menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengatur sekolah sebagai sebuah ekosistem pendidikan. Pendekatan ini banyak digunakan oleh sekolah penggerak. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap SDM sekolah untuk memahami pendekatan ini.

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan
Perspektif sosiokultural dalam pendidikan berakar dari teori pembelajaran sosial Vygotsky, yang menyatakan bahwa proses belajar tidak terbatas pada individu saja

Demikian artikel tentang mengenal pendekatan ABCD. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam memahami pendekatan ABCD.

Dian Kusumawardani

"Pengajar di BKB Nurul Fikri dan Konselor Menyusui"

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.