Mengajar Matematika dengan Metode CPA
Kehidupan kita tidak pernah lepas dari yang namanya matematika. Ilmu hitung-hitungan ini sangat berguna dalam banyak hal, mulai dari pemecahan masalah sederhana hingga case yang rumit. Contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti penggunaan uang, menghitung waktu sampai urusan pembangunan jembatan, gedung dan lainnya. Sangat sulit, bukan jika dunia ini tanpa matematika? Maka dari itu kita sudah dibiasakan mempelajari matematika sejak usia dini, paling lambat ialah saat sekolah dasar.
Kurikulum pendidikan di Indonesia kini semakin hari, kemajuannya dapat dirasakan. Seperti perubahan sistem penilaian, beragamnya metode belajar, hingga sekarang sangat memperhatikan kesejahteraan mental peserta didik. Matematika yang dianggap rumit sekalipun, kini sudah banyak metode belajar menyenangkan bagi siswa. Selain menyenangkan, efektivitas metode belajar kini juga tidak perlu dipertanyakan lagi. Salah satu metode belajar matematika yang efektif ialah CPA (Concrete Pictorial Abstact), apa itu? Mari kita bahas lebih lanjut!
CPA (Concrete Pictorial Abstact) merupakan sebuah metode atau pendekatan yang akan membawa konsep materi abstrak ke dalam situasi konkret (Rakhmawati, 2017). Metode ini menggunakan alat peraga atau model untuk membentuk pemahaman siswa yang lebih jelas, detail, dan menarik.
Dalam penerapannya di pelajaran matematika, metode CPA membantu siswa memahami konsep abstrak matematika melalui tahap yang konskret (nyata), yakni dengan bahan-bahan yang nyata, lalu tahap semi konkret alias dapat mengubah model nyata menjadi tingkat representasi dengan menggunakan gambar, simbol, angka, dan notasi.
Keunggulan Metode CPA
Kita juga perlu mengetahui keunggulan dari metode CPA sebelum memperaktikkannya di proses belajar mengajar. Simak beberapa poin berikut ini!
Lebih Mudah Dipahami
Mengajar matematika pastinya terkendala dengan pemahaman siswa yang kurang bisa menangkap maksud dari teori yang diajarkan. Terutama jika siswa dihadapkan langsung dengan rumus-rumus dan simbol matematika. Tidak jarang mereka akan bertanya-tanya apa gunanya rumus yang harus mereka pahami tersebut.
Metode CPA membantu guru dalam menyampaikan materi hingga para peserta didik paham dengan apa yang disampaikan. Contohnya, di bangku sekolah dasar, kira-kira di jenjang kelas 1-2 SD biasanya ada jenis soal mencocokkan gambar dengan angka. Akhirnya siswa mengerti fungsi dasar matematika.
Dalam pelajaran fisika, matematika juga sangat terkait. Metode CPA membantu siswa untuk merasionalisasikan rumus-rumus yang digunakan. Misalnya dalam menghitung frekuensi suara, tekanan air (fluida), dan kecepatan. Guru dapat membuat contoh soal dengan video atau pun gambar lalu membuat soal cerita yang mana peserta didik dapat menganalogikan rumus-rumus tersebut.
Selain mudah dipahami, siswa mengetahui tujuan dari materi yang disampaikan akan berguna bagi kehidupannya. Baik di masa sekarang hingga di masa yang akan datang.
Membantu Peserta Didik Menemukan Passion
Apa kaitannya, sih metode CPA dengan passion peserta didik? Oh, tentu saja ada ! Setiap anak memiliki cita-cita di masa depan, ada yang ingin menjadi pilot, pengusaha, dokter, guru, angkasawan, dan masih banyak lagi. Metode CPA yang memberikan gambaran konkret dapat membantu siswa memiliki gambaran kira-kira hal apa saja yang harus disiapkan. Misalnya peserta didik ada yang ingin menjadi angkasawan, setidaknya mereka belajar mengenai gravitasi bumi melalui rumus-rumusnya dan membuat mereka berfikir “Oh, jadi kalau mau jadi astronot harus memahami tentang gravitasi, belajar gravitasi juga harus bisa memahami rumusnya?”
Selain itu, dengan metode CPA, peserta didik dapat mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai pekerjaan yang mereka inginkan. Penting bagi guru menyelipkan gambaran karier saat menjelaskan materi.
Efisiensi Waktu
Dalam proses mengajar, pastinya tenaga pendidik sudah membuat estimasi waktu yang tepat. Namun, tak dapat dihindari jika terkadang siswa ada yang kurang paham dengan rumus atau materi yang diberikan. Metode CPA membantu guru dalam efisiensi waktu, dengan memberikan gambaran yang jelas melalui model konkret, sehingga siswa mudah menyerap apa yang disampaikan.
Jika waktu dapat diefisienkan, guru tidak perlu memberi jam tambahan dan dapat menggunakan waktu sisanya untuk latihan soal siswa. Mengingat kini kementrian pendidikan sedang gencar dalam peningkatan mutu dengan program Merdeka Belajar, RPP Satu Halaman, dan Ujian AKM si pengganti Ujian Nasional untuk mengukur literasi peserta didik.
Lebih Efektif
Memberikan gambaran konkret untuk siswa, terutama dalam pembelajaran matematika memang lebih efisien. Terutama bagi siswa sekolah dasar yang masih dalam tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget, “Operational Konkret” yakni mereka mampu berpikir secara logis dengan kejadian-kejadian konkret. Mereka belum bisa berpikir abstrak, maka dari itu metode CPA sangat membantu siswa dalam memahami materi yang guru sampaikan.
Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik
Kreativitas merupakan kemampuan individu untuk menciptakan hal-hal baru. Mengapa metode CPA dalam pengajaran matematika dapat meningkatkan kreativitas peserta didik? Tentu saja karena setiap siswa mendapatkan gambaran konkret, mereka akan mampu menganalisa kejadian atau contoh serupa.
Misalnya materi tentang menghitung volume bangun ruang, guru memberikan model gambar-gambar bangun ruang. Peserta didik akan terlatih jika melihat kardus, kaleng atau benda nyata yang memiliki wujud bangun ruang. Mereka dapat menuangkan kreativitasnya melalui contoh/ model awal yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tips Menerapkan Metode CPA
Setelah kita mengetahui kelebihan metode CPA dalam pembelajaran matematika. Lalu, bagaimana tips menerapkan metode ini dalam kelas virtual maupun kelas tatap muka? Mari kita breakdown beberapa tips berikut ini !
1. Gunakan Pendekatan Budaya untuk Peserta Didik
Setiap sekolah, pastinya memiliki budaya daerah yang berbeda-beda. Ada yang tinggal di Jawa, Kalimanta, Sulawesi, Papua, Sumatera, Bali dan berbagai daerah di Indonesia. Tentu saja akan memberikan pengaruh pada keseharian setiap siswanya. Meski materi dari kurikulum pasti sama, tapi pemahaman siswa dalam metode CPA dapat dibaurkan dengan budaya yang mereka anut.
Misalkan di Bali, soal matematika siswa dapat menggunakan gambar beberapa Pura dan guru meminta peserta didik untuk menghitung terdapat berapa Pura dalam gambar tersebut. Contoh lainnya misalkan peserta didiknya di Papua, guru dapat memberikan soal yang mana siswa menghitung berapa banyak binatang khas Papua dalam gambar.
2. Diskusi Kelompok
Selain mengajarkan kerja tim, tugas kelompok dapat membantu siswa membuka wawasan baru dalam memahami materi yang disampaikan. Saat berdiskusi, peserta didik akan menerima berbagai ide dari rekan satu timnya. Hal ini membuat gambaran mereka mengenai sebuah materi bisa lebih mendalam dan terlihat nyata.
3. Gunakan Media yang Menarik
Tenaga pengajar juga harus tetap melatih kreativitasnya. Ikuti perkembangan zaman agar peserta didik merasakan apa yang diajarkan itu betul-betul mereka alami. Gunakan media belajar yang menarik, gambar-gambar kekinian, visual yang mengundang perhatian dan membuat mereka tidak bosan dalam kelas.
Bagi yang masih menerapkan KBM Online maupun KBM Campuran, saat kelas daring guru dapat meminta siswa mencari atau membuat contoh media yang akan mereka pelajari. Misalkan saja sebelum masuk dalam materi menghitung bangun ruang, siswa diminta untuk memiliki kaleng atau kardus yang mereka hias sedemikian menariknya. Lalu mereka baru diberi materi, diberi tugas untuk menghitung volumenya dan mempresentasikan hasilnya.
Media dan cara yang menarik dapat melatih public speaking dan rasa percaya diri peserta didik, Jadilah guru yang terus mau berbenah dan kreatif untuk di era globalisasi ini!
Jika tenaga pendidik kreatif, siswa akan terkesan dan membuat mereka tak mau kalah kreatif. Bagaimana menurut Anda? Menarik, bukan? Apakah metode CPA akan menjadi list terdepan dalam memperbaiki metode belajar matematika di kelas Anda?