Menerapkan Nilai Bhinneka Tunggal Ika pada Murid
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sudah menjadi sebuah kewajiban bagi setiap warga Indonesia untuk mengetahuinya. Namun, tidak sekadar tahu saja, prinsip yang terkandung di dalamnya juga harus diterapkan dengan baik. Dalam situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sangat jelas diterangkan bahwasanya semboyan ini bermakna persatuan dalam banyak sekali perbedaan. Baik dalam hal keyakinan, bahasa, budaya, bentuk tubuh, hingga pada konteks memberikan pendapat. Masyarakat Indonesia bernaung di bawah prinsip yang sama, yakni "Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda-Beda tetapi Tetap Satu Jua."
Apakah konsep ini harus diajarkan sejak dini kepada masyarakat? Jawabannya tentu iya. Bahkan wajib. Tidak hanya di lingkungan keluarga, namun juga wajib diimplementasikan di sekolah. Oleh karena itu, para pengajar perlu membuat pola dan metode belajar untuk murid yang mengandung nilai Bhinneka Tunggal Ika. Bagaimana caranya? Anda bisa melakukan beberapa tindakan berikut:
Sering Berdiskusi di Kelas
Jika di zaman dahulu proses belajar mengajar didominasi dengan komunikasi satu arah, maka saat ini sudah tidak berlaku lagi. Antara guru dan murid harus lebih banyak melakukan interaksi saat pembelajaran berlangsung. Salah satu metode yang paling ampuh tentu dengan gaya berdiskusi. Nah, dalam berdiskusi inilah guru bisa menanamkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Guru dapat mengangkat berbagai topik yang berkaitan dengan keberagaman, toleransi, dan nasionalisme. Masing-masing topik tentu dibahas sesuai dengan tingkat pendidikan siswa. Baik dari segi isu yang diangkat, cara penyampaian, serta bahasa yang digunakan. Dengan kegiatan ini, siswa akan didorong untuk lebih banyak membaca dan mendengarkan. Tidak hanya belajar secara teoretis tentang persatuan dalam keberagaman, dalam berdiskusi juga akan tercipta sikap-sikap yang mengharuskan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut.
Sebagai mediator, guru memang dituntut untuk lebih kaya akan literatur dan pengalaman. Guru perlu lebih meningkatkan diri agar dapat menghadapi pemikiran-pemikiran siswa masa kini yang makin serba ingin tahu. Lebih-lebih, apabila guru mendapatkan mandat mengajar di sekolah yang multikultural, multietnis, dan multiagama. Ini menjadi PR besar untuk mengimplementasikannya secara tepat meskipun hanya lewat diskusi.
Menonton Bersama Film Edukatif
Media pembelajaran di zaman sekarang lebih bervariasi. Salah satu media yang cukup efektif dalam penanaman karakter adalah melalui audio visual seperti film edukatif. Kaitannya dengan penerapan nilai Bhinneka Tunggal Ika adalah dalam pemilihan genre dan topik dari sebuah film yang akan dipertontonkan. Tentu temanya adalah tentang toleransi dan keberagaman.
Mengadakan kegiatan menonton film bersama murid tidak hanya jadi media belajar, tapi juga akan menyegarkan pikiran para guru. Lebih-lebih, jika film yang ditonton sangat menarik dan menghasilkan diskusi yang seru. Nah, di situlah tantangannya. Guru harus jeli dalam memilih film dan memancing obrolan setelah usai menonton.
Salah satu contoh film edukatif yang mengandung nilai Bhinneka Tunggal Ika adalah film animasi berjudul Zootopia. Dari segi penyajian visualnya saja film ini sudah menarik. Ditambah lagi dengan pesan tersirat yang terkandung di dalamnya. Melihat dari judulnya, sudah jelas bahwa tokohnya adalah hewan-hewan yang beragam. Salah satu tokohnya, kelinci yang menjadi polisi sering mengalami intimidasi dari hewan lain. Hal tersebut karena tubuhnya yang kecil. Dengan konflik tersebut, dihadirkan solusi bahwasanya sosok polisi bertubuh kecil bukan berarti berhak untuk dilecehkan dan dikerdilkan. Keberagaman yang dimiliki dalam suatu kelompok justru menjadikannya indah jika bersatu.
Nah dari film ini, siswa jadi bisa melihat dengan lebih jelas tentang ilmu teoretis yang telah diberikan oleh guru. Jadi, siswa lebih memiliki gambaran pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat mensyukuri akan perbedaan dan saling menghormati dalam keberagaman. Karena sejatinya belajar melalui media yang sifatnya menghibur akan lebih mudah diingat dan tertanam dalam pikiran anak.
Toleransi dalam Beragama
Cara selanjutnya adalah dengan membiasakan tindakan toleransi beragama di sekolah. Bagi guru yang memiliki peserta didik yang berbeda-beda agama, tentu hal ini wajib dilakukan. Hal yang paling sederhana untuk diterapkan adalah ketika memberikan penjelasan terkait materi, berikan siswa beberapa sudut pandang sesuai dengan agama mereka masing-masing. Tidak fokus pada satu agama saja. Maka dari itu, guru harus lebih punya wawasan luas dari luar agama yang dianutnya. Tujuannya semata-mata agar bisa merangkul siswanya yang beragam denngan lebih mudah.
Selain itu, menerapkan toleransi beragama juga bisa dilakukan dengan memberikan waktu khusus untuk beribadah sesuai agama masing-masing. Setiap siswa diajarkan untuk saling menghormati setiap kegiatan yang berbeda dari agamanya sendiri. Jadi, guru semestinya memberikan wawasan secara umum mengenai lima agama yang ada di Indonesia dengan lebih interaktif.
Toleransi dalam Berbudaya
Perbedaan budaya dan adat istiadat juga menjadi isu yang selalu hangat diperbincangkan. Rentan menimbulkan konflik jika tidak saling mengenal dan menghargai. Oleh sebab itu penting diajarkan sejak dini kepada anak untuk bertoleransi dalam perbedaan budaya. Biasanya yang akan sering mengalami kondisi ini adalah siswa sekolah internasional. Banyak sekali siswa yang punya latar belakang berbeda, terutama bahasa dan budaya dari luar daerah. Bahkan ada siswa yang berasal dari luar negeri.
Jika guru menemukan pertikaian antar siswa yang berkaitan dengan bullying karena beda karakter berdasarkan latar belakang daerah yang tidak sama, maka harus segera diatasi. Semestinya tidak pembelaan dari guru pada salah satu siswa yang terlibat konflik. Tapi berikan contoh konkrit kepada mereka tentang bagaimana saling menghargai keberagaman bahasa dan kebiasaan adat istiadat. Indahnya perbedaan akan sangat terasa jika setiap orang bersedia untuk menerima, bukan membencinya. Salah satu caranya adalah bisa dengan mengadakan pertunjukan atau pentas seni yang bertajuk kebudayaan aga siswa bisa semakin dekat satu sama lain.
Toleransi dalam Perbedaan Fisik
Menerapkan nilai Bhinneka Tunggal Ika juga bisa dilakukan dengan mengajarkan pada siswa tentang indahnya perbedaan warna kulit dan bentuk fisik. Guru harus memulainya. Hindari untuk membuat lelucon dalam kelas dengan menyebut-nyebut fisik etnis tertentu. Hal tersebut akan sangat berdampak pada cara pandang siswa. Jika bentuk fisik dijadikan lelucon, siswa bisa dengan mudah menganggap hal demikian sebuah kelumrahan.
Dalam pembagian kelompok, selalu terapkan sistem pembauran yang beragam. Jangan sampai siswa yang berkulit terang selalu dikelompokkan sama sama. Begitu juga dengan yang berkulit gelap. Jika guru melihat indikasi geng di antara siswa yang berdasarkan warna kulit, segera tegur dan berikan pengertian. Tunjukkan pada mereka bahwa perbedaan itu akan menghasilkan keindahan yang luar biasa.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi pedoman yang sangat erat untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Jika sejak kecil penerus generasi negeri ini sudah dibekali dengan karakter tersebut, ia akan lebih mudah dalam menjaga keutuhan Negara yang sangat beragam ini. Semoga para guru selalu diberikan kemudahan dalam membimbing peserta didik menjadi penerus yang berlandaskan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Salam toleransi!