Melahirkan Gagasan Inovatif untuk Pembelajaran
Zaman semakin berkembang. Tak terasa kita kini memasuki abad ke 21. Abad 21 ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang pesat, khusunya teknologi digital. Teknologi digital hampir mempengaruhi semua bidang kehidupan, hingga disebut sebagai era digitalisasi.
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan juga mengalami perkembangannya. Pendidikan di abad 21 ini memiliki karakteristik tertentu, yaitu kreatif dan inovatif, berpikir kritis, pengintegrasian ilmu, kemudahan mendapatkan informas, komunikatif dan kolaboratif, menghargai perbedaan pendapat dan pendidikan sepanjang hayat.
Pembelajaran tak sekadar bagaimana mentransfer informasi, tetapi juga harus mampu menumbuhkan inovasi. Inovasi menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Mengapa? Dengan inovasi, siswa akan mudah memecahkan masalah yang dihadapinya. Saat menemukan tantangan atau permasalahan, siswa sudah siap menghadapinya dengan berbagai ide-ide yang diciptakannya. Berpikir inovatif untuk melakukan problem solving.
Lalu, bagaimana guru bisa melahirkan gagasan inovatif untuk pembelajaran? Bagaimana guru bisa mendidik siswanya untuk memiliki kemampuan berinovasi ini? Salah satu caranya adalah dengan melakukan pendekatan design thinking dalam proses pembelajaran.
Beberapa ahli mengungkapkan bahwa, design thinking menjadi salah satu pendekatan yang sangat cocok untuk pendidikan abad 21 ini. Design thinking dianggap mampu mendorong siswa dalam melakukan berbagai inovasi untuk memecahkan masalah.
Artikel ini selanjutnya akan membahas ap aitu design thinking. Mengapa design thinking disebut sebagai pendekatan yang cocok untuk pendidikan di abad 21 ini serta bagaimana design thinking bisa melahirkan gagasan inovatif untuk pembelajaran.
Pengertian Design Thinking
Meski baru akhir-akhir ini design thingking banyak diperbincangkan sebagai sebuah inovasi dalam dunia pendidikan, kenyataannya konsep ini sudah lama adanya. Design thinking muncul pada era 60 an.
John E. Arnold adalah orang yang pertama kali mengemukakan istilah design thinking dalam bukunya yang berjudul “Creative Engineering” pada 1959. Kemudian, pada tahun 1965, L. Bruce Archer telah memperbaharui gagasan design thinking dengan mengemukakan bahwa design thinking tersebut perlu dilakukan secara sistematis.
Pada perkembangan berikutnya, Herbert Simon, seorang sosiolog sekaligus psikolog Amerika menyumbang pemikirannya tentang design thinking melalui artikelnya berjudul The Sciences of The Artificial yang terbit pada 1969. Simon memperkenalkan 5 langkah menggunakan design thinking sebagai sebuah pendekatan kreatif untuk memecahkan masalah.
Menurut Tim Brown (2008), design thinking merupakan metode inovasi yang menggunakan pola pikir, kepekaan, dan metode desainer yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akhir, sampai pada kelayakan strategi dan bisnis yang dapat mengubah nilai pelanggan dan peluang pasar.
Dalam dunia pendiidkan, design thinking dapat didefinisikan sebagai "orientasi pembelajaran yang mencakup kemampuan pemecahan masalah secara aktif dan menyusun kemampuan untuk menciptakan perubahan yang berdampak (Lor, 2017)". Design thinking dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi berbagai macam masalah, termasuk permasalahan yang ada di dalam dunia pendidikan.
Elemen Design Thinking
Design thinking ini memiliki lima elemen penting, yaitu :
- People Centered
Elemen ini menekankan bahwa design thinking berfokus pada setiap tindakan yang dilakukan harus berpusat kepada apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pengguna.
- Highly Creative
Kreativitas diciptakan melalui eksplorasi yang tak terbatas. Pada konsep ini, tidak ada aturan yang kaku dan juga aturan baku.
- Hands On
Penerapan design thinking tak sekadar teori. Namun juga dipraktikkan ke dalam beragam percobaan trial and eror untuk mendapatkan solusi yang terbaik.
- Interative
Pada konsep ini, design thinking mencakup berbagai macam tahapan yang dikerjakan dengan berulang kali. Tujuannya untuk bisa mengimprovisasi serta menghasilkan solusi yang terbaik dalam memecahkan masalah.
- Didorong oleh Prototipe
Melalui prototipe, kita bisa berkomunikasi dan menguji data. Baik itu produk sampel atau ide yang digambar di atas kertas, membuat representasi nyata dari solusi yang memungkinkan untuk berbagi dan mengumpulkan umpan balik.
Tahapan Design Thinking
Ada beberapa tahapan dalam design thinking ini, seperti :
- Emphatize
Emphatize adalah tahapan design thinking yang paling mendasar. Emphatize menjadi awal yang penting dalam menggunakan pendekatan design thinking. Dalam penerapannya, kita harus memahami atau berempati untuk mengenal pengguna. Melalui empati ini kita bisa mengetahui keinginan, kebutuhan, dan tujuan yang dimiliki oleh pengguna.
- Define
Setelah mengobservasi pengguna menggunakan empati, maka langkah selanjutnya adalah mencari tahu masalah atau hambatan yang dialami oleh pengguna. Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah merusmuskan problem statement.
Saat merumuskan problem statement ini, gunakan sudut pandang pengguna. Hal ini sangat penting, agar selanjutnya kita bisa membuat solusi sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh pengguna.
- Ideate
Langkah yang harus dilanjutkan selanjutnya setelah mengenal pengguna dan membuat problem statement yaitu mencari ide-ide yang kreatif untuk mencari solusi. Dari tahap inilah proses kreatif mulai diproses. Menurut Nielsen Norman Group, ideate merupakan proses menghasilkan rangkaian gagasan yang dibuat berdasarkan topik tertentu, tanpa harus ada upaya untuk menilai atau mengevaluasi.
Pada tahap ini, kita dapat melakukan eksplorasi ide sebebas mungkin. Bisa dikatakan bahwa ideate ini merupakan proses yang cukup menantang untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan, kita membutuhkan proses pemikiran yang mendalam untuk mencari ide-ide yang solutif
- Prototype
Setelah merumuskan ide, maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu memvisualisasikan ide yang telah dirancang. Ide tersebut bersifat abstrak, maka langkah yang harus dilakukan selanjutnya yaitu mengkonkritkan ide tersebut dalam bentuk prototype.
Prototype ini merupakan produk yang belum jadi, sifatnya masih sementara. Dalam prototype ini, kita dapat melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang telah dibuat. Apabila masih ada yang kurang, kita dapat memperbaiki ide tersebut. Bisa dikatakan bahwa prototype ini merupakan bentuk simulasi atas solusi yang ditawarkan.
- Test
Test adalah tahapan terakhir dalam design thinking. Pada tahap ini, kita bisa melakukan test atau uji coba prototype yang sudah dibuat kepada para pengguna. Test ini berupa product review dari para penggunaa atas solusi yang kita tawarkan.
Kembali lagi pada pengertian design thinking, yang selalu inovatif dan solutif, jika memang prototype yang ditawarkan tidak sesuai, maka kita perlu mencari ide baru lagi. Merumuskan kembali solusi yang memang dibutuhkan oleh pengguna.
Design Thinking Melahirkan Gagasan Inovatif dalam Pembelajaran
Pendekatan design thinking memberikan seseorang kesempatan untuk bertindak dengan percaya diri, kreatif, dan menganggap diri mereka sebagai bagian dari menciptakan masa depan yang lebih diinginkan.
Jika design thinking ini diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran, akan memungkinkan siswa memperoleh dan mengalami penguasaan kreatif dengan menyediakan proses pemecahan masalah yang kreatif, ruang kerja yang kreatif dan kolaborasi dalam tim.
Kesimpulannya, design thinking merupakan salah satu metode inovasi yang berpijak pada kebutuhan pengguna. Metode design thinking ini sangat mudah diimplementasikan ke dalam berbagai bidang dan lapangan pekerjaan, salah satunya yaitu pada bidang pendidikan. Penggunaan design thinking dalam pembelajaran dianggap mampu melahirkan inovasi-inovasi dalam pemecahan masalah. Design thinking melahirkan gagasan inovatif untuk pembelajaran.
Demikian artikel tentang bagaimana design thinking melahirkan gagasan inovatif untuk pembelajaran. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam menerapkan design thinking sebagai upaya melahirkan gagasan inovatif untuk pembelajaran.