Literasi di Era Digital, Apa Saja Jenisnya?
Apa yang ada di pikiran Anda jika mendengar literasi? Apakah yang terpikir adalah aktivitas membaca dan menulis? Ya, rata-rata orang akan mendefinisikan literasi sebagai kemampuan yang berhubungan dengan aktivitas membaca dan menulis. Hal tersebut tidak salah. Namun, sejatinya literasi itu lebih luas dari itu. Apalagi di era digital seperti ini, literasi ada berbagai jenis. Artikel ini selanjutnya akan membahas apa saja jenis literasi di era digital.
Pengertian Literasi
Sebelum membahas apa saja jenis literasi di era digital, ada baiknya kita mencari tahu dulu apa arti literasi itu. Sebenarnya apa pengertian literasi baik secara etimologis maupun secara harfiah?
Secara etimologis, literasi berasal bahasa Latin literatus yang artinya adalah 'orang yang belajar;. Kegiatan belajar itu sendiri berhubungan dengan proses membaca dan menulis. Sementara itu, secara harfiah, literasi diartikan sebagai 'kemampuan individu dalam mengolah dan memahami informasi yang didapatkan dari kegiatan membaca dan menulis'.
Bagaimana pengertian literasi menurut para ahli? Ada banyak ahli yang memberikan definisi tentang literasi ini. Menurut UNESCO, literasi didefinisikan sebagai seperangkat keterampilan nyata, khusunya ketrampilan yang berhubungan dengan membaca dan menulis yang terlepas dari konteks kapan keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
Kemudian, menurut National Institute for Literacy, literasi diartikan sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Berdasarkan definisi ini, literasi dimaknai sebagai sesuatu yang lebih kontekstual. Definisi tersebut memiliki makna bahwa literasi bisa diartikan sebagai keterampilan yang dibutuhkan dalam bidang tertentu. Tak terbatas untuk kegiatan belajar saja, membaca dan menulis.
Pengertian literasi ini terus mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman. Dulu, literasi hanya difokuskan pada kegiatan membaca dan menulis saja. Namun, sekarang literasi mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Litersi mulai digunakan untuk aspek sosial, kultural, hingga politik.
Jenis Literasi
Jenis literasi ini menyesuaikan perkembangan zaman. Namun, ada enam jenis literasi dasar. Pertama, literasi baca tulis. Literasi baca tulis ini adalah kemampuan untuk memahami isi teks tertulis, baik yang tersirat maupun tersurat, ini untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri.
Kedua, literasi numerasi. Literasi numerasi adalah kemampuan dalam memahami angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, literasi sains. Literasi sains ini adalah kemampuan yang terkait dengan memahami lingkungan alam dan sosial yang ada di sekitar untuk mengambil keputusan yang bersifat ilmiah.
Keempat, literasi keuangan. Literasi keuangan adalah kemampuan dalam memahami konsep, risiko, dan motivasi dalam bidang keuangan.
Kelima, literasi budaya dan kewargaan. Literasi budaya dan kewargaan adalah kemampuan yang berhubungan dengan memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia yang beragam sebagai identitas bangsa, serta memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Keenam, literasi digital. Literasi digital adalah kemampuan dalam mengakses media digital secara beretika dan bertanggung jawab, untuk berkomunikasi dan mencari informasi.
Literasi di Era Digital
Lalu, bagaimana perkembangan literasi di era digital ini? Di era industri 4.0 ini, literasi yang berkembang adalah literasi digital. Maklum saja, era ini perkembangan teknologi digital semakin masif dalam semua bidang kehidupan. Digitalisasi tak hanya terjadi dalam informasi dan komunikasi saja. Ini juga di bidang pendidikan, keuangan, ekonomi, politik, sosial, bahkan olahraga.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah kecakapan dalam mengakses digitalisasi ini. Literasi digital adalah kebutuhan utama di era digitalisasi saat ini.
Menurut Deakin University’s Graduate Learning Outcome 3, literasi digital diartikan sebagai 'upaya memanfaatkan teknologi dalam menemukan, menggunakan, dan menyebarluaskan informasi dalam dunia digital sekarang ini'. Di sisi lain, menurut Common Sense Media (2009, dalam Harjono), literasi digital itu mencakup adanya tiga kemampuan yang berupa kompetensi pemanfaatan teknologi, memaknai dan memahami konten digital serta menilai kredibilitasnya, meneliti dan mengomunikasikan dengan alat yang tepat.
Jika disimpulkan, literasi digital adalah upaya yang diperlukan individu pada era canggih seperti saat ini untuk menyaring informasi secara akurat.
Komponen Literasi di Era Digital
Literasi digital ini memiliki beberapa komponen. Menurut Steve Wheeler dalam bukunya yang berjudul Digital Literacies for Engagement in Emerging Online Cultures (2012), sembilan komponen penting yang termuat dalam literasi digital.
Pertama, social networking. Komponen ini berhubungan dengan aktivitas individu saat mengakses media sosial. Pada komponen ini, literasi digital diperlukan untuk memanfaatkan fitur-fitur yang terdapat di social media dan melakukan penyaringan informasi yang didapat saat aktivtas social networking.
Kedua, transliteracy. Transliteracy upaya memanfaatkan berbagai platform untuk membuat konten, membagikan, hingga mengomunikasikannya. Pada komponen ini, yang lebih diutamakan adalah kemampuan berkomunikasi dengan berbagai sosial media, grup diskusi, atau layanan online lain.
Ketiga, maintaining privacy. Maintaining privacy adalah komponen literasi digital yang berhubungan dengan kemampuan melindungi privasi. Era digital membuat kita harus lebih berhati-hati melindungi privasi yang dimiliki agar terhindar dari cyber crime yang juga marak dalam era digital ini.
Keempat, managing digital identity. Komponen ini berhubungan dengan bagaimana kita menggunakan identitas secara tepat di berbagai platform media sosial yang kita miliki.
Kelima, creating content. Creating content adalah komponen yang berhubungan dengan bagaimana kita bisa membuat berbagai konten dalam platform digital yang ada. Mulai dari blog, microblogging, social media, ataupun YouTube. Bentuk konten pun beragam, bisa berupa gambar, video, tulisan, suara, atau gabungan dari semuanya.
Keenam, organising and sharing content. Komponen ini berhubungan dengan mengatur dan membagikan konten informasi yang dibuat ataupun diterima agar lebih mudah disebarkan kepada masyarakat luas. Misalnya, pemanfaatan situs social bookmarking yang dinilai bisa memudahkan dalam proses penyebaran informasi dan dapat diakses oleh banyak pengguna internet.
Ketujuh, reusing/repurposing content. Pada komponen reusing/repurposing content ini, berkaitan dengan bagaimana kita selaku pengguna platform digital membuat atau ‘mengolah’ kembali konten yang ada agar bisa dapat digunakan kembali sesuai kebutuhan.
Kedelapan, filtering and selecting content. Pada komponen ini, yang diutamakan adalah kemampuan mencari dan menyaring informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kita melalui mesin pencari di internet.
Kesembilan, self broadcasting. Self broadcasting ini memiliki tujuan membagikan ide atau gagasan menarik serta konten multimedia melalui berbbagai platform digital, misalnya melalui blog atau forum online. Self Broadcasting ini dapat menjadi cara berpartisipasi bagi masyarakat sosial online dalam kegiatan literasi digital.
Sembilan komponen literasi digital ini sangat dibutuhkan di era digitalisasi seperti ini. Dengan literasi digital, kita bisa memainkan peran dengan baik dalam era digitalisasi seperti ini.
Demikian artikel tentang jenis literasi di era digital. Semoga artikel ini bisa memberi Anda informasi seputar literasi di era digital.