Pentingnya Peningkatan Pembelajaran Literasi dan Numerasi dengan Pendidikan Digital
Pernah nggak kamu membaca suatu berita, informasi atau pesan, tapi ternyata hoaks? Pernah nggak suatu ketika kamu berbelanja di swalayan, tapi salah ambil produk karena tidak dicek lebih dulu? Atau mungkin juga salah hitung harga, karena termakan promo marketing?
Kira-kira seberapa sering kita terhasut suatu berita yang belum tentu kebenarannya? Seberapa banyak kita terpapar informasi yang bisa jadi rekaan belaka? Atau seberapa kerap kita khilaf karena tidak membaca dengan tepat?
Ternyata masalah membaca dengan tepat ini bukan sekadar mampu membaca suatu kalimat atau informasi secara tuntas lho! Kemampuan membaca yang baik juga perlu bersinggungan dengan melek. Melek membaca memiliki istilah umum yang disebut literasi.
Tak hanya kemampuan dalam literasi, dalam menjalani aktivitas sehari-hari kita juga akan dilibatkan dengan kemampuan dalam mengaplikasikan konsep bilangan dan operasi hitung. Kemampuan ini disebut dengan numerasi. Kedua kemampuan ini sangat dibutuhkan agar informasi yang diperoleh baik berupa teks atau bilangan, dapat kita terima dan olah dengan tepat.
A. Literasi dan Numerasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Namun lebih dalam lagi, literasi sebenarnya mencakup konteks yang lebih kompleks dan dinamis. Kemampuan literasi dimaknai bila seseorang mampu mengolah dan memahami suatu informasi saat membaca maupun menulis.
Bila literasi (berasal dari kata litera-tulisan) merupakan kemampuan dalam membaca dan menulis, maka numerasi kemampuan yang berkaitan erat dengan numerik (bilangan). Bukan hanya berpatokan pada teori matematika, kemampuan numerasi dimaknai dengan memahami aplikasi operasi hitung maupun pola bilangan dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu, bagaimana kemampuan berliterasi dan numerasi kita selama ini? Apakah beberapa pertanyaan di awal berkaitan dengan masalah literasi dan numerasi?
B. Masalah Literasi dan Numerasi
Kemudahan akses internet dan semakin berkembangnya teknologi berpengaruh besar dalam penyebaran suatu informasi. Tak hanya lewat koran atau televisi, kita bisa mengetahui berbagai berita terbaru dari sosial media, platform digital maupun berbagai aplikasi lainnya. Dengan kemudahan tersebut, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menyebarkan informasi, baik yang faktual maupun tidak. Akibatnya banyak berita palsu (hoaks) beredar, lalu banyak pula orang yang percaya.
Mudahnya orang Indonesia mempercayai suatu informasi yang tersebar lantaran kemampuan berliterasi cukup rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke 72 dari 77 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada di peringkat 10 besar terbawah negara yang memiliki tingkat literasi rendah.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran berupa stigma pada berbagai aspek seperti mutu pendidikan, rendahnya rasio gizi, daya saing, kemampuan berinovasi hingga kualitas SDM yang profesional. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mendukung peningkatan kemampuan berliterasi dan numerasi terutama di dunia pendidikan.
C. Upaya Peningkatan Literasi dan Numerasi
Adanya hasil penelitian PISA terkait kemampuan literasi dan numerasi siswa di Indonesia menjadi pendorong Kemendikbudristek untuk meluncurkan berbagai kebijakan yang mereformasi sistem pendidikan. Pada tingkat sekolah dasar, kurikulum merdeka berfokus pada kompetensi dasar yang mencakup literasi dan numerasi. Dengan mengganti pelaksanaan asesmen nasional maupun program-program yang dijalankan untuk mendorong kegiatan berliterasi di sekolah.
Tak mau ketinggalan, kejarcita.id bersama Child Fun di Indonesia juga turut serta membantu upaya peningkatan literasi dan numerasi bagi siswa. Salah satu kegiatannya yaitu menyelenggarakan Literacy and Numeracy Scale Up (LINE UP) dengan penekanan pendidikan digital di Kulon Progo, Jawa Tengah.
Sebagaimana yang dijelaskan Komisi IV DPRD Kulon Progo, pada tahun 2020 tingkat melek huruf di Kulon Progo mencapai 41,5%. Jumlah tersebut tergolong rendah karena masih di bawah 50% dari standar nasional. Alasan rendahnya melek huruf ini dikarenakan tidak ada akses ke bahan bacaan, kurangnya budaya membaca dan terbatasnya akses ke sumber daya online.
Program pendidikan ini dilaksanakan berbasis teknologi informasi dengan menjembatani kesenjangan melalui penyediaan kelas multimedia. Dengan sasaran siswa sejumlah kurang lebih 500-an serta puluhan guru. Program ini terdiri dari lokakarya yang diharapkan mampu mendampingi guru, kepala sekolah maupun siswa untuk mengembangkan soft skill, pembiasaan, pengembangan dan menjalankan pembelajaran berbasis literasi untuk menciptakan ekosistem sekolah dasar melek huruf diperkuat dengan teknologi informasi.
Sebagai kegiatan awal dari implementasi LINE UP, bersama mitra lokal Paguyuban Badan Musyawarah Masyarakat Mitra Anak Sejati (PBMM MAS) membantu terlaksananya pelatihan bagi siswa. Dengan tujuan mengenal dan menggunakan ragam gawai (gadget) dengan bijak dan aman serta memanfaatkan platform kejarcita.id sebagai pendukung kegiatan belajar siswa.
Penggunaan platform kejarcita.id menjadi pendorong bagi siswa untuk meningkatkan literasi dan numerasi secara digital.
Pelatihan bagi siswa sekolah dasar dengan sasaran siswa kelas 1-3 yang berasal dari sekolah sasaran LINE UP dilaksanakan selama 3 hari. Siswa dari setiap sekolah dikelompokkan dan didampingi dua orang guru perwakilan sekolahnya masing-masing. Kejarcita mengirimkan pemateri juga 5 orang lainnya bertugas sebagai fasilitator pendamping kelompok. Kegiatan berlangsung dengan baik dan cukup kondusif, selanjutnya program lainnya akan terus hadir sebagai tindak lanjut pelatihan yang telah dilaksanakan.