Kerangka PSE Lengkap: 5 Kompetensi Sosial Emosional Menurut CASEL

pendidikan 16 Agt 2025

Pendidikan Sosial Emosional (PSE) adalah pendekatan pendidikan yang berfokus pada pengembangan keterampilan non-akademis, seperti kemampuan mengenali emosi, mengelola diri, membangun hubungan positif, hingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Dalam penerapannya, PSE tidak hanya membantu peserta didik dalam mengelola perasaan dan perilakunya, tetapi juga dapat menumbuhkan sikap empati, rasa hormat, serta keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

PSE berperan penting dalam dunia pendidikan, terutama dalam membentuk karakter dan kesiapan siswa untuk menghadapi tantangan di dalam maupun di luar sekolah. Salah satu lembaga termuka yang mengembangkan kerangka PSE adalah CASEL (Collaborative for Academis, Social, and Emotional Learning). Sejak didirikan, CASEL telah memberikan panduan yang jelas tentang penerapan PSE secara sistematis, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Melalui artikel ini, kita akan membahas tentang kerangka PSE menurut CASEL, termasuk 5 kompetensi sosial emosional utama yang menjadi pondasi utama dari pendekatan ini.

Apa Itu CASEL dan PSE?

CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) adalah sebuah organisasi nirlaba yang berdiri pada tahun 1994 di Amerika Serikat. Menurut CASEL, Pendidikan Sosial Emosional (PSE) adalah proses yang harus dilalui oleh anak-anak maupun orang dewasa dalam memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang dimilikinya untuk:

  • memahami dan mengelola emosi,
  • menetapkan serta mencapai tujuan yang positif,
  • menunjukkan sikap empati terhadap orang lain,
  • membangun serta mempertahankan hubungan yang sehat, dan
  • membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa PSE bukan hanya sekadar tambahan dalam kurikulum saja, tetapi digunakan sebagai kerangka komprehensif yang dapat membantu siswa untuk berkembang seacara holistik. Menurut riset yang dilakukan CASEL, penerapan PSE di kegiatan pendidikan secara konsisten dapat meningkatkan motivasi belajar, keterampilan sosial, serta prestasi akademik siswa.

7 Cara Efektif Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah lewat Program #Citaliterasi
Program #Citaliterasi adalah gerakan literasi yang bertujuan untuk mengajak sekolah untuk terlibat aktif dalam membangun ekosistem literasi

Melalui dasar inilah, CASEL menekankan bahwa pengembangan sosial emosional tidak bisa dipisahkan dari pendidikan akademik. Keduanya saling melengkapi guna membentuk generasi yang berkarakter kuat dan siap menghadapi tantangan hidup, bukan sekadar berprestasi semata.

Kerangka PSE Menurut CASEL

CASEL mengembangkan sebuah kerangka yang dikenal sebagai CASEL Framework atau CASEL Wheel. Kerangka ini menjadi panduan utama dalam memahami, mengajarkan, dan menerapkan Pendidikan Sosial Emosional (PSE) di berbagai konteks. CASEL Wheel menggambarkan bahwa pengembangan sosial emosional tidak hanya berfokus pada individu, tetapi juga harus terintegrasi dalam sistem pendidikan, lingkungan keluarga, dan komunitas.

Kompetensi ini digambarkan dalam bentuk lingkaran (wheel) yang bertujuan untuk menekankan bahwa semua keterampilan berkembang secara terpadu, tidak berdiri sendiri. CASEL juga menekankan bahwa PSE harus diimplementasikan di berbagai konteks:

  • Kelas (Classroom): Guru mengintegrasikan PSE ke dalam kegiatan belajar mengajar, baik melalui mata pelajaran maupun aktivitas pembelajaran kolaboratif.
  • Sekolah (Schoolwide): Nilai-nilai sosial emosional menjadi bagian dari budaya sekolah, misalnya melalui aturan, tata tertib, program ekstrakurikuler, serta dukungan konseling.
  • Keluarga (Family): Orang tua berperan penting dalam menanamkan keterampilan sosial emosional melalui pola asuh, komunikasi, dan teladan sehari-hari.
  • Komunitas (Community): Lingkungan sosial, organisasi, dan masyarakat luas mendukung pengembangan PSE melalui kegiatan sosial, budaya, dan layanan publik.
sumber: kejarcita.id

Prinsip dasar dalam penerapan kerangka PSE menurut CASEL meliputi:

  • Integrasi: PSE tidak diberikan sebagai mata pelajaran yang terpisah, melainkan diintegrasikan ke dalam seluruh aktivitas kegiatan pembelajaran di sekolah.
  • Konsistensi: Pengembangan keterampilan sosial emosional dilakukan secara berkelanjutan, bukan program sesaat.
  • Kolaborasi: Guru, siswa, orang tua, dan komunitas harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.
  • Kontekstualisasi: PSE harus disesuaikan dengan budaya, nilai, dan kebutuhan masyarakat setempat.

Dengan kerangka ini, PSE dipandang sebagai upaya sistematis yang menyeimbangkan aspek akademik dengan pengembangan karakter. Tujuan akhirnya adalah membentuk individu yang cerdas, peduli, berempati, serta mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.

5 Kompetensi Sosial Emosional Menurut CASEL

1. Self-Awareness (Kesadaran Diri)

sumber: kejarcita.id

Self-awareness adalah kemampuan untuk mengenali emosi, pikiran, nilai, dan perilaku yang dimiliki diri sendiri serta memahami bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi interaksi mereka dengan orang lain.

Contoh indikator:

  • Menyadari perasaan yang sedang dialami seperti perasaan marah, senang, dan cemas.
  • Mengenali kekuatan dan kelemahan diri.
  • Memiliki rasa percaya diri dan optimisme.

Manfaat dalam kehidupan sehari-hari:

Seseorang yang memiliki kesadaran diri yang tinggi akan lebih mudah mengendalikan sikapnya. Misalnya, siswa yang sadar bahwa ia cenderung gugup saat presentasi dapat berlatih lebih keras untuk mengatasi kelemahannya.

2. Self-Management (Manajemen Diri)

Self-management adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengatur pikiran, emosi, dan perilaku yang dimilikinya secara efektif dalam berbagai situasi. Kemampuan ini mencakup pengendalian diri, disiplin, dan motivasi.

Contoh indikator:

  • Mengendalikan amarah ketika menghadapi suatu konflik.
  • Mengelola stres dengan cara yang sehat.
  • Menetapkan target pribadi dan berusaha mencapainya.
  • Menunjukkan disiplin dalam belajar maupun bekerja.

Relevansi dalam pembelajaran:

Siswa yang mampu mengelola diri biasanya lebih teratur dalam belajar, konsisten dalam mengerjakan tugas, dan tidak mudah menyerah meskipun menghadapi kesulitan.

3. Social Awareness (Kesadaran Sosial)

Social-awareness adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami pandangan atau perspektif orang lain, menunjukkan sikap empati, serta menghargai adanya keragaman dan norma sosial.

Contoh indikator:

  • Menunjukkan sikap empati kepada teman yang sedang mengalami kesulitan.
  • Menghargai perbedaan budaya, agama, maupun latar belakang sosial.
  • Memahami perasaan yang dimiliki orang lain, baik secara langsung maupun secara tersirat, seperti bahasa tubuh atau ekspresi wajah.

Dampak pada hubungan sosial:

Seseorang yang memiliki kesadaran sosial yang baik cenderung lebih mudah diterima dalam lingkungan pertemanan, mampu menjalin komunikasi yang sehat, serta lebih toleran terhadap perbedaan.

4. Relationship Skills (Keterampilan Berhubungan)

Relationship Skills adalah kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat serta saling mendukung. Kemampuan ini mencakup komunikasi, kerja sama, dan penyelesaian konflik.

Contoh indikator:

  • Berkomunikasi secara jelas dan sopan.
  • Mampu bekerja sama dalam tim.
  • Menyelesaikan konflik dengan cara damai dan adil.
  • Menjalin hubungan pertemanan yang positif.

Pentingnya dalam membangun jejaring sosial:

Keterampilan berhubungan dapat membantu seseorang untuk memiliki jaringan sosial yang luas dan sehat. Misalnya, dalam dunia kerja kemampuan bekerja sama dalam tim adalah keterampilan yang sangat dihargai.

5. Responsible Decision-Making (Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab)

Responsible decision-making adalah kemampuan untuk membuat pilihan berdasarkan etika, standar keselamatan, serta mempertimbangkan kesejahteraan diri sendiri dan orang lain.

Contoh indikator:

  • Berpikir kritis sebelum mengambil keputusan penting.
  • Mempertimbangkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.
  • Membuat keputusan yang adil, etis, dan bertanggung jawab.

Relevansi dengan kehidupan akademik maupun sosial:

Dalam konteks sekolah, siswa dengan kemampuan ini tidak mudah terpengaruh ajakan negatif, misalnya tawuran atau menyontek. Dalam kehidupan sosial, mereka akan lebih bijak dalam mengambil langkah, sehingga terhindar dari keputusan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

5 Cara Membangun Ruang Belajar yang Aman dan Inklusif untuk Siswa
Ruang belajar yang aman adalah tempat di mana siswa belajar dengan nyaman, tenang, dan tidak ada perasaan takut

Melalui kerangka yang dikembangkan CASEL dengan lima kompetensi utamanya yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berhubungan, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, siswa dapat berkembang secara utuh, tidak hanya unggul dalam akademik tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

Dengan penerapan yang konsisten di sekolah, keluarga, dan komunitas, PSE mampu menciptakan lingkungan belajar yang sehat sekaligus menyiapkan individu untuk menghadapi tantangan kehidupan. Oleh karena itu, sudah saatnya kita menempatkan PSE sebagai bagian integral dari pendidikan, agar lahir generasi yang tidak hanya pintar berpikir, tetapi juga bijak dalam bertindak dan berempati terhadap sesama.

Agnes Meilina

content writer - content creator - reviewer books

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.