Implementasi Computational Thinking di Sekolah Dasar
UNESCO mengajukan Computational Thinking sebagai kemampuan berpikir yang melengkapi 4C (Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Inovation, Communication, Collaboration) sebagai keterampilan penting pada era digital saat ini.
Computational Thinking (CT) menjadi keterampilan yang penting untuk dimiliki di era digital ini. Sebagai kemampuan yang diadaptasi dari ilmu komputer, CT menjadi keterampilan kognitif yang berguna untuk melatih otak agar terbiasa berpikir secara terstruktur, kritis, dan logis. Kemampuan ini bukan hanya sekadar merancang atau melakukan pemrograman, tetapi juga menyusun solusi dari rancangan tersebut.
Computational Thinking pada Jenjang Pendidikan Dasar
Pola berpikir komputasi menjadi keterampilan dasar yang penting untuk dimiliki pada era digital saat ini. Kurikulum Merdeka mengakomodasi CT untuk dapat diajarkan pada siswa sekolah dasar. Tujuan mengajarkan dan mengasah CT sejak peserta didik berada di sekolah dasar, yaitu sebagai berikut.
- Agar terbentuk kepercayaan diri dalam mengambil keputusan dengan menggunakan kemampuan berpikir dalam setiap situasi yang menyulitkan.
- Menyelesaikan persoalan yang sulit, besar, dan kompleks juga butuh keterampilan. Diajarkannya CT sejak jenjang SD dapat menjadi latihan karena mereka akan mulai menyelesaikan persoalan sederhana yang kemudian berkembang sesuai kemampuannya. Pada jenjang selanjutnya, anak akan lebih mudah diarahkan dalam berpikir komputasional untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks.
- Memiliki pemikiran komputasi dapat memunculkan karakter kreatif, inovatif, produktif, hingga mampu bekerja sama dalam kelompok karena dibutuhkan kecakapan untuk merancang solusi yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi. Hal tersebut menjadi keterampilan dasar yang penting pada era digital.
Computational Thinking memiliki empat keterampilan dasar dalam menyelesaikan masalah, yakni dekomposisi, pengenalan pola, generalisasi dan abstraksi, serta berpikir algoritma. Dekomposisi adalah kegiatan menyederhanakan masalah yang kompleks. Pengenalan pola berarti mengenali karakteristik dalam masalah terutama yang sama atau yang telah dikenali sebelumnya untuk membangun suatu penyelesaian.
Berikutnya, abstraksi dan generalisasi merupakan langkah yang berhubungan dengan pengenalan pola. Dengan begitu, keduanya lebih berfokus pada persamaan atau perbedaan dalam persoalan. Keterampilan berpikir algoritma menjadi langkah penyelesaian masalah saat permasalahan yang sama harus diselesaikan lagi.
Berikut tabel penjabaran terkait keterampilan atau indikator dalam Berpikir Komputasional.
Indikator/ Keterampilan CT |
Sub-Indikator |
Dekomposisi |
Siswa mampu mengidentifikasi informasi
yang diketahui dari permasalahan yang diberikan |
Siswa mampu mengidentifikasi informasi
yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan |
|
Pengenalan Pola |
Siswa mampu mengenali pola atau
karakteristik yang sama/berbeda
dalam memecahkan permasalahan yang diberikan guna membangun suatu penyelesaian |
Berpikir Algoritma |
Siswa mampu menyebutkan langkah-langkah
logis yang digunakan untuk menyusun suatu penyelesaian dari permasalahan yang
diberikan |
Generalisasi dan Abstraksi |
Siswa mampu menyebutkan pola umum
dari persamaan/perbedaan yang
ditemukan dalam permasalahan yang diberikan |
Siswa mampu menarik kesimpulan
dari pola yang ditemukan dalam
permasalahan yang diberikan |
Sumber: Mufidah,2018
Bentuk Implementasi Computational Thinking di Sekolah Dasar
Berpikir Komputasional merupakan bentuk literasi berpikir atau generic skill, sehingga CT tidak cukup diajarkan pada mata pelajaran Informatika saja, tetapi juga diterapkan pada semua mata pelajaran tanpa mengubah esensi materi ajar yang disampaikan (Liem, 2022). Oleh karena itu, sebagai literasi berpikir, CT dalam karakteristik Kurikulum Merdeka di jenjang SD diintegrasikan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial).
Mengintegrasikan CT pada suatu mata pelajaran dapat melalui materi maupun proses pembelajarannya. Pada proses pembelajaran, aktivitas CT dikaitkan dengan Capaian Pembelajaran (CP) masing-masing mata pelajaran. Dengan begitu, bisa jadi hanya beberapa fondasi atau keterampilan CT saja yang muncul dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
Lalu, bagaimana cara melatih CT dan mengintegrasikannya pada suatu mata pelajaran? Meskipun CT tidak bisa diajarkan hanya dengan menyampaikan teori, tetapi dapat dilatih seperti kemampuan berpikir lainnya. Bentuk latihan maupun integrasinya, antara lain sebagai berikut (Natalia, 2022):
1. menyelesaikan tantang Bebras (Bebras, 2023);
2. menggunakan permainan atau aktivitas fisik;
3. melakukan analisis data;
4. menggunakan modeling dan simulasi; dan
5. menggunakan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh Penerapan Computational Thinking pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Salah satu topik yang dipelajari dalam Bahasa Indonesia adalah memahami cerpen. Pada prosesnya terdapat kegiatan siswa untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam cerita. Keterampilan CT terintegrasi pada kegiatan tersebut. Siswa melakukan abstraksi dengan memperhatikan informasi-informasi penting yang diperlukan untuk memahami cerita tersebut.
Contoh aktivitas lainnya yang disarankan oleh Gover (2018) adalah dengan mengidentifikasi pola untuk berbagai jenis kalimat dan aturan tata bahasa, sedangkan oleh Barr dan Stephenson (2011), yakni dengan menampilkan atau memeragakan ulang sebuah cerita.
Contoh Penerapan Computational Thinking pada Mata Pelajaran Matematika
Kemampuan matematika juga mengindikasikan kemampuan berpikir logis siswa yang mana juga memiliki hubungan yang searah dengan kompetensi CT, meski tidak signifikan. Guru dapat merancang terlebih dahulu soal yang mengandung penerapan CT.
Sebagai contohnya, soal cerita terkait garis bilangan dengan permasalahan jumlah lompatan. Pada soal tersebut, siswa diminta mengetahui pola gerakan, posisi awal, posisi akhir, hingga menyajikannya dalam bentuk garis bilangan.
Contoh lain yang diberikan oleh Barr & Stephenson (2011) adalah topik terkait ekspresi atau kalimat matematika. Siswa diminta mengurutkan kalimat matematika sesuai dengan permasalahan yang diberikan. Pada kegiatan tersebut akan muncul salah satu keterampilan CT, yaitu algoritma.
Contoh Penerapan Computational Thinking pada Mata Pelajaran IPAS
Mata pelajaran IPA dan IPS bisa dikombinasikan saat melakukan integrasi CT dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini perlu kreativitas guru sebagai pengajar untuk menggabungkan materi yang tepat dari kedua mata pelajaran tersebut.
Sebagai contoh, pada materi kegunaan uang pada mata pelajaran IPS dan materi lingkungan sekitar khususnya material dan bangunan pada mata pelajaran IPA. Guru memberikan aktivitas siswa secara berkelompok. Pada aktivitas itu, siswa membuat atau mengonstruksi miniatur bangunan seperti menara dengan biaya yang telah ditentukan.
Melalui aktivitas tersebut ditemui keterampilan CT, yakni dekomposisi dan algoritma. Siswa melakukan dekomposisi dengan menganalisis bentuk, menentukan material penyusunnya, dan menentukan anggaran untuk melengkapi kebutuhan. Algoritma dicerminkan dengan kegiatan berbelanja sesuai dengan kebutuhan yang telah disepakati.
Contoh lain yang dikemukakan oleh Gover (2018) untuk mata pelajaran IPS adalah aktivitas mengidentifikasi pola dalam peperangan atau suatu peristiwa sejarah lainnya. Berdasarkan Barr & Stephenson (2011), CT pada mata pelajaran sains dapat melalui aktivitas mengklasifikasikan makhluk hidup, sedangkan pada mata pelajaran IPS, yakni mengumpulkan fakta-fakta menarik pada suatu peristiwa atau objek.
Berdasarkan beberapa contoh penerapan CT pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPAS untuk jenjang SD, yang juga perlu untuk diperhatikan adalah pemahaman dan kemampuan CT dalam diri pengajar. Sebelum penerapan CT diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran, ada baiknya guru sudah memahami dan telah terbiasa menggunakan CT. Sebab, cara berpikir guru akan ditularkan saat menyelesaikan sebuah persoalan baik pada proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, dari banyaknya cara mengintegrasikan CT pada pembelajaran guru harus menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat. Aktivitas yang menyenangkan dan tepat selama pembelajaran membuat siswa dapat lebih aktif dan bersemangat untuk memecahkan tantangan yang diberikan. Sebagai contoh, aktivitas melakukan percobaan pada mata pelajaran sains, penyelidikan berbasis masalah secara langsung, memecahkan soal literasi dan numerasi, menggunakan permainan atau aktivitas fisik, dan sebagainya.